Anda di halaman 1dari 4

1.

Banyak orang yang mengalami stres akibat banyaknya tantangan yang mengharuskan kita untuk
beradaptasi menghadapinya. Sumber stres tidak mungkin untuk Anda hilangkan, tetapi Anda bisa
mengelola stres untuk menghadapinya. Banyak yang belum mengetahui tahapan stres yang dikenal
sebagai sindrom adaptasi umum (GAS), tapi ketika Anda memahami tahapan stres, akan lebih mudah
untuk mengidentifikasi tanda-tanda stres kronis dalam diri Anda.

Tahapan stres ini dikemukakan oleh Hans Selye, seorang dokter dan peneliti medis dengan mengamati
serangkaian perubahan fisiologis pada tikus setelah mereka mengalami stres. Hans mengidentifikasi
tahap-tahap ini sebagai alarm, resistensi, dan kelelahan.

1) Alarm

Reaksi alarm mengacu pada gejala awal tubuh ketika stres. Reaksi alami ini mempersiapkan Anda untuk
melarikan diri dalam situasi berbahaya. Denyut jantung meningkat, kelenjar adrenalin melepaskan
kortisol (hormon stres) dan Anda menerima dorongan adrenalin yang meningkatkan energi. Terjadi
respons melawan atau lari di tahap ini.

2) Tahap Resistensi

Setelah peristiwa menegangkan, tubuh mulai memperbaiki dirinya sendiri. Ini melepaskan jumlah
kortisol lebih rendah, detak jantung dan tekanan darah Anda mulai normal. Tubuh memasuki fase
pemulihan tetapi tetap dalam kondisi siaga tinggi untuk sementara waktu. Jika stres teratasi, tubuh akan
terus memperbaiki diri sampai kadar hormon, detak jantung, dan tekanan darah mencapai keadaaan
pra-stres. Jika stres tidak teratasi, akhirnya tubuh akan beradaptasi dan belajar bagaimana hidup dengan
tingkat stres yang lebih tinggi. Tubuh mengalami perubahan yang tidak disadari dalam upaya mengatasi
stres. Tubuh akan tetap mengeluarkan hormon stres dan tekanan darah tetap tinggi. Jika tahap
resistensi berlanjut tanpa jeda, ini dapat menyebabkan tahap kelelahan. Tahan resistensi ditandai
dengan sifat yang lekas marah, frustasi, dan konsentrasi yang buruk.

3) Tahap Kelelahan

Tahap ini adalah hasil dari stres yang berkepanjangan. Mengalami stres untuk waktu yang lama dapat
menguras energi, emosi, dan mental hingga tubuh tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan stres.
Anda mungkin menyerah dan merasa tidak ada harapan. Kelelahan ditandai dengan energi habis,
depresi, kegelisahan, toleransi stres menurun, sistem kekebalan tubuh.

2.

3. Tips dalam menghadapi pandemi covid 19 yaitu:

1) Kecemasan adalah Normal


Kepada UNICEF, psikolog remaja Lisa Damour mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan
sehat yang mengingatkan seseorang akan ancaman dan membantu diri mengambil tindakan untuk
perlidnungan.

"Kecemasan Anda akan membantu membuat keputusan yang harus Anda buat sekarang, tidak
menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok besar, mencuci tangan, dan tidak
menyentuh wajah," ujarnya. Perasaan ini tidak hanya membantu Anda namun juga agar orang lain tetap
aman.

Terkait kecemasan seputar COVID-19, Damour meminta agar remaja mendapatkan sumber yang bisa
dipercaya apabila mencari informasi. Selain itu, apabila Anda merasakan gejalanya, penting untuk
membicarakan itu pada dengan orangtua.

"Perlu diingat bahwa penyakit akibat infeksi COVID-19 umumnya ringan terutama untuk anak-anak dan
dewasa muda."

2. Membuat Pengalihan

Di kala seseorang tidak bisa melakukan apa pun untuk mengatasi kondisi kecemasan, Damour
merekomendasikan Anda menciptakan pengalihan bagi diri kita sendiri. Di saat seperti ini, remaja bisa
melakukan pekerjaan rumah, menonton film, membaca novel, atau tidur untuk menemukan
keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Temukan Cara Baru Terhubung dengan Teman

Ada banyak cara untuk tetap terhubung dengan orang lain di tengah pandemi COVID-19. Anda bisa
menggunakan media sosial dan melakukan banyak permainan kreatif yang sedang tren akhir-akhir ini.

"Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja," kata Damour. Menurutnya, mereka akan
selalu bisa menemukan cara untuk saling terhubung satu sama lain yang berbeda dari sebelumnya.
Tentu saja, batasi diri dari akses ke internet atau media sosial secara berlebihan. "Itu tidak sehat, itu
tidak pintar, itu bisa memperkuat kecemasan Anda."

(Sumber: iStockphoto)

4. Fokus Pada Diri Anda

Berkegiatan di rumah bisa menjadi saat tepat untuk melakukan sesuatu yang baru. Fokuslah pada diri
sendiri dan temukan cara untuk menghabiskan waktu dengan cara yang produktif demi kesehatan
mental.

5. Merasakan Perasaan Anda

Damour menyarankan agar Anda membiarkan diri merasakan perasaan kecewa dan jengkel karena
banyak hal yang hilang karena pandemi ini.

"Ketika tiba dengna perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah melewatinya. Maju
dan bersedih, dan apabila Anda bisa membiarkan diri sendiri sedih, Anda akan mulai merasa lebih cepat
untuk baik."

Ada banyak cara seseorang untuk memproses perasaan mereka. Beberapa akan membuat karya seni,
beberapa akan membicarakannya dengan orang lain. Yang penting, lakukan apa yang menurut Anda
baik dan benar.

6. Berbaik Hati pada Diri Sendiri dan Orang Lain

Ada banyak anak dan remaja yang mengalami perundungan karena terdampak COVID-19. Damour
mengatakan orang lain harus lebih peka dan mendorong korban perundungan untuk meminta bantuan
atau dukungan pada teman serta orang dewasa.
Cobalah tawarkan dukungan ketika melihat teman yang diintimidasi. Hubungi mereka dan tawarkan
bantuan. Tidak melakukan apa pun bisa membuat mereka merasa semua orang tak peduli dengannya.
Kata-kata Anda bisa membuat perbedaan.

Namun, pastikan tidak membuatnya semakin tersakiti saat mencoba membantunya.

Anda mungkin juga menyukai