Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terbentuk dari beratus etnis. Etnis-
etnis ini bermukim mulai dari Sabang hingga Papua. Keberadaan mereka dapat
menjadi sebuah berkah karena melahirkankeberagaman budaya, tetapi juga
sebaliknya dapat menjadi bencana karena menyimpan potensi konflik.
Untuk menghindari konflik antaretnis di Indonesia salah satu caranya adalah dengan
peningkatan tolerasi terhadap keberadaan masing-masing etnis melalui pemahaman
yang benar tentang karakteristik masing-masing etnis sehingga dapat diketahui
tentang sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan ketika berinteraksi dengan
etnis lain.Aceh adalah nama kelompok etnis yang mempunyai karakteristik berbeda
dengan kelompok etnis lain yang ada di Indonesia. Daerah asal orang-orang dari
kelompok etnis Aceh adalah daerah Aceh, berada diujung utara Pulau Sumatera,
terutama di bagian pesisirnya. Daerah ini sangat penting kedudukannya diIndonesia
karena, seperti diketahui, dari daerah Aceh inilah hitungan nol kilometer wilayah
paling baratRepublik Indonesia dimulai. Selain itu, di wilayah Aceh pula terdapat
Selat Malaka, yang merupakan salahsatu jalur tersibuk dalam jaringan pelayaran
internasional. Dengan demikian, Aceh memiliki nilai strategisyang tinggi dari sudut
pandang ekonomi, politik, pertahanan, dan keamanan.Etnis Aceh seringkali menyebut
dirinya sebagai ureueng Aceh (orang Aceh). Ureueng Aceh memiliki budaya
tersendiri dalam bertingkah laku, bersikap, beradat, berbudaya, dan sebagainya.
Ureueng Aceh,menurut sebuah sumber, berkarakter keras, tidak mau begitu saja
didikte, tidak cepat menyerah hampir dalamsemua kesempatan dan teguh dalam
menghadapi masalah. Kata sumber lainnya Abdullah bahwa adat tatakelakuan
masyarakat Aceh identik dengan nilai-nilai budaya Islam. Pada bagian lain Sufi
mengatakan bahwasalah satu karakteristik budaya masyarakat Aceh adalah suka
melakukan tueng bila, maksudnya menuntut bela. Jika ia secara keluarga dimatikan
sehingga tumpahnya darah (luka) atau tewas (hilangnya nyawa), makaakibatnya akan
terjadi seperti yang terdapat di dalam narit maja : darah ta sukat nyawa ta dhiet (jika
lukadiukur keparahannya kalau mati harus bayar diet (pampasan darah atau
nyawa).Selain seperti yang telah disebutkan,ureueng Aceh juga memiliki
karakteristik lain. Salah satu yangkhas adalah sistem kepemimpinan. Dalam struktur
pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal adanyalapisan masyarakat yang
disebut sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian atau kelompok
elitesekuler. Pemimpin elite sekuler dan pemimpin adat memimpin bersama-sama
dalam sebuah gampong,misalnya, terdapat keuchik  (yang memimpin dalam hal
pemerintahan) dan imeum meunasah (yang memimpindalam hal agama). Sistem ini
mempunyai kearifan lokal yang sesuai dengan budaya Aceh.Apabila dibandingkan
juga dengan dunia Barat, sistem kepemimpinan dalam masyarakat Aceh berbeda.
Dalam dunia Barat, kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak pada
orang lain,untuk membuat mereka melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki.
Kekuasan terdiri dalam hubungantertentu antara orang-orang ataupun kelompok
orang dimana salah satu pihak dapat memenangkankehendaknya terhadap yang
satunya. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk menampilkan kembali bentuk-
bentuk kepemimpinan Aceh yang ideal agar dapat dikenal dan diketahui oleh
kalangan masyarakat secara luas, baik formal maupun informal

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai