MATA KULIAH
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MANADO
1. KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Kecemasan yang dialami oleh keluarga perlu segera diatasi karena hal
ini akan berdampak pada kinerja perawat dalam memberikan asuha
keperawatan. Jika seorang perawat berbicara dengan klien/keluarga yang
ansietas, dalam waktu singkat perawat juga akan mengalami perasaan
ansietas (Stuart, 2016).
Prinsip-prinsip etik :
1. Beneficence : mengerjakan yang baik.
2. Nonmaleficence : tidak merugikan orang.
3. Otonomi : menghargai penentuan sendiri.
4. Kesetiaan : ketulusan hati
5. Altruistik : mementingkan klien
Isu legal dalam kegawatdaruratan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Negligence (kelalaian)
2. Malpractice (tindakan yang salah)
3. Good Samaritan Laws (status ini melindungi privasi pasien tetapi
biasanya tidak berlaku pada situasi gawat darurat biasa)
4. Informed consent
5. Implied consent
6. Kewajiban melaporkan tersangka kejahatan kepada polisi
7. Kewajiban mengumpulkan bukti pada investigasi kejahatan, mengerti
tentang kebijakan RS dan hukum yang berlaku untuk pengumpulan
bukti.
A. Primary Survey
a) General Impressions
b) Pengkajian Airway
c)Pengkajian Breathing (Pernafasan)
d) Pengkajian Circulation
e) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
f) Expose, Examine dan Evaluate
B. Secondary Assessment
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary
survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian
tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.
- Anamnesis
a. Kulit kepala
b. Wajah
c. Vertebra servikalis dan leher
d. Toraks
e. Abdomen
f. Pelvis (perineum/rectum/vagina)
g. Ektremitas
h. Bagian punggung
i. Neurologis
Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian
kembali (reassessment) yang penting untuk melengkapi
primary survey pada pasien di gawat darurat adalah :
Komponen Pertimbangan
Airway Pastikan bahwa
peralatan airway :
Oro Pharyngeal
Airway, Laryngeal
Mask Airway ,
maupun Endotracheal
Tube (salah satu dari
peralatan airway)
tetap efektif untuk
menjamin kelancaran
jalan napas.
Pertimbangkan
penggunaaan
peralatan dengan
manfaat yang optimal
dengan risiko yang
minimal.
6.TRIAGE
I. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap
kemungkinan penyakit yang mengancam
kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care
Provider. “
2) Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan.
Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti
akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma,
organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta,
organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi
akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh
karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
c. Mekanisme Trauma tumpul
1) Trauma kompresi atau crush injury terhadap organ viscera akibat
pukulan langsung. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat
maupun orang berongga dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama
organ-organ yang distensi, dan mengakibatkan perdarahan maupun
peritonitis.
2) Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ visceral sebenarnya
adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman tidak
digunakan dengan benar.
3) Trauma decelerasi pada tabrakan motor dimana terjadi pergerakan
yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti suatu ruptur lien
ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak ) dengan ligamennya
(organ yang terfiksir). Trauma tumpul pada pasien yang mengalami
laparotomi.
d. Trauma Thoraks
Trauma thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul. Pada
trauma tajam, terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin
lebih mencapai jaringan otot ataupun lebih dalam lagi hingga melukai
pleura parietalis atau perikardium parietalis. Dapat juga menembus lebih
dalam lagi, sehingga merusak jaringan paru, menembus dinding jantung
atau pembuluh darah besar di mediastinum.
Meskipun secara morfologis hanya di dapat fraktur sederhana dan
tertutup dari iga dalam kedudukan baik, namun mampu menimbulkan
hematotoraks atau pneumotoraks, bahkan tidak tertutup kemungkinan
terjadi “Tension Pneumotorax”, karena terjadi keadaan dimana alveoli
terbuka, pleura viseralis dengan luka yang berfungsi “Pentil” dan luka
pleura parietalis yang menutup akibat desakan udara yang makin
meningkat di rongga pleura. Tension pneumotoraks selanjutnya akan
mendesak paru unilateral, sehingga terjadi penurunan ventilasi antara 15
– 20 %. Bila desakan berlanjut, terjadi penggeseran mediastinum kearah
kontralateral dan selanjutnya bahkan akan mendesak paru kontralateral
yang berakibat sangat menurunnya kapasitas ventilasi.
Hemotoraks maupun hemopneumotoraks adalah merupakan
keadaan yang paling sering dijumpai pada penderita trauma toraks, pada
lebih dari 80% penderita dengan trauma toraks didapati adanya darah
pada rongga pleura. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria
internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma
tumpul.Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan
terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak
memerlukan intervensi operasi.