SISTEM SARAF II
OLEH
WITRI WINANDA
1101370/2011
BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
2013
SISTEM SARAF II
A. Gerak Refleks
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori
ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam
otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan
refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Gerak refleks berjalan sangat ceapt dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan dapat terjadi tanpa di pengaruhi kehendak atau tanpa di sadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu di
mulai dari reseptor penerima rangsangan, kemudian di teruskan oleh penerima
rangsangan, kemudian di teruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, di terima
oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.
d. Karakteristik refleks
1. Dapat diramalkan, artinya jika satu kali terjadi respons dari satu organ
terhadap rangsang spesifik, kita bisa meramalkan bahwa jika diberi
rangsang spesifik yang sama, responnya akan sama pula.
2. Mempunyai tujuan tertentu
3. Pada refleks terdapat reseptor tertentu dan respons terhadap rangsang
terjadi pada efektor tertentu.
4. Refleks memerlukan waktu antara stimulus dan mulainya terjadi respons
pada efektor.
5. Umumnya spontan
6. Mempunyai fungsi sebagai pelindung dan pengatur dan sangat penting
dalam tingkah laku hewan.
7. Respons yang terus menerus menyebabkan terjadinya kelelahan.
1. Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang
terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata karena
rangsangan cahaya.
2. Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan
saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya
sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing.
Saraf tepi terdiri dari pasangan saraf kranial dan spinal yang keluar dari otak
dan sum-sum tulang belakang serta menghubungkannya dengan tiap reseptor dan
efektor dalam tubuh. Sistem saraf tepi dibagai menjadi sistem sensori somatik dan
sistem autonom.
Dari ke 12 nama saraf kranial, saraf nomor I, II, dan VIII terdiri atas
neuron-neuron sensori. Saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII terdiri atas
neuron-neuron motor. Sedangkan V, VII dan IX merupakan gabungan
neuron motor dan sensori. Saraf nomor X mempunyai daerah jelajah luas
sehingga disebut saraf pengembara.
b. Saraf spinal
Urat saraf sum-sum tulang belakang berjumlah 31 pasang dan terdapat di
dalam tulang belakang. Urat saraf ini merupakan gabungan neuron
sensori dan motor.
• Tiap pasang saraf diberi nomor sesuai tulang belakang di atasnya :
– 8 pasang saraf spinal serviks; C1-C8
– 12 pasang saraf spinal toraks; T1-T12
– 5 pasang saraf spinal lumbar; L1-L5
– 5 pasang saraf spinal sakral; S1-S5
– 1 pasang saraf spinal koksigeal; C0
2. Saraf Autonom
Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang
bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum
tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang
mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal,
kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah.
Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu
saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Fungsinya mengontrol kediatan organ-organ dalam, misalnya kelenjar
keringat, otot perut, pembuluh darah, dan alat-alat reproduksi. Stimulasi dari saraf
simpatik pada umumnya berakibat merangsang kerja organ. Sebaliknya, stimulasi
oleh saraf parasimpatik umumnya bersifat menghambat kerja organ. Jadi, efek
kedua sistem saraf ini bersifat antagonis. Efek yang berbeda ini disebabkan oleh
neurotransmiter yang dihasilkan juga berbeda. Neurotransmiter saraf simpatik
adalah noradrenalin sedangkan neurotransmiter saraf parasimpatik adalah asetil
kolin..
1. Saraf simpatis
Saraf simpatik terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom
cranial dan saraf otonom sacral.. Terletak di depan kolumna vertebra dan
berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.
Fungsinya :
d. Mempersarafi parotis
b. Saraf otonom sakral : ke-2, 3, 4 à membentuk urat saraf pada organ dalam
pelvis & bersama2 SS simpatis membentuk pleksus yang mempengaruhi kolon,
rektum dan kdg kemih
Gambar saraf simpatik dan parasimpatik
1. Epilepsi
Ayan atau epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan
serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata 'epilepsi' berasal dari
bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti 'serangan'.
Penyebab ayan
Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), yang bertugas
mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan,
berpikir, menggerakkan otot.Pada penderita ayan, kadang-kadang sinyal-sinyal
tersebut, tidak beraktivitas sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diakibatkan oleh
berbagai unsur-unsur, antara lain; trauma kepala (pernah mengalami cedera di
daerah kepala), tumor otak, dan lain sebagainya.Umumnya ayan mungkin
disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke,
tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi
ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.
2. Autisme
interaksi sosial,
komunikasi (bahasa dan bicara),
perilaku-emosi,
pola bermain,
gangguan sensorik dan motorik
perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak
berusia 3 tahun.
3. insomnia
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya
permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan
diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah
terapi kognitif. Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki
kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.
Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang
lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk
menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak
dapat tidur tanpa obat tersebut.
4. migrain
Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah.
Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit
kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang
berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus.
Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit
kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai
gejala yang hampir sama dengan gejala migrain.
Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit
yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala
yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.
5. Kesemutan
Kesemutan atau parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sensasi pada
permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar.
Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh
tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu timbul bila terjadi
iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan.
Kesemutan terjadi jika syaraf dan pembuluh darah mengalami tekanan Misalnya,
saat duduk bersimpuh atau menekuk kaki terlalu lama, maka syaraf dan aliran
darah terganggu. Umumnya kesemutan akan mereda jika bagian tubuh yang
mengalaminya digerakkan.
6. alzeimer
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang ‘mengerikan’ karena dapat
melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang. Keadaan ini ditunjukkan
dengan kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan
perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari.
Nama penyakit Alzheimer berasal dari nama Dr. Alois Alzheimer, dokter
berkebangsaan Jerman yang pertama kali menemukan penyakit ini pada tahun
1906. Dr. Alzheimer memperhatikan adanya perubahan jaringan otak pada wanita
yang meninggal akibat gangguan mental yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Hasil pengamatan dari bedah, Alzheimer mendapati saraf otak tersebut bukan saja
mengerut, bahkan dipenuhi dengan sedimen protein yang disebut plak amiloid dan
serat yang berbelit-belit neuro fibrillary.
Meskipun penyakit ini ditemukan hampir satu abad yang lalu, ia tidak
sepopuler penyakit lain, seperti sakit jantung, hipertensi, Sindrom Pernafasan
Akut Parah (SARS) dan sebagainya.
7. Paralisa bell
Paralisa Bell adalah penyakit pada saraf otak ketujuh yang mengakibatkan
kelemahan unilateral wajah atau kelumpuhan. Perkembangan penyakit ini sangat
cepat.
Meskipun menyerang segala usia, penyakit ini umumnya ditemukan pada
orang berusia di bawah 60 tahun. 80% sampai 90% penderita bisa sembuh secara
spontan dalam tempo 1 sampai 8 minggu, meskipun penyembuhan dapat tertunda
pada orang berusia lebih tua.
Penyebab
Paralisa Bell menghambat susunan saraf otak ketujuh yang bertanggung
jawab sebagai saluran saraf ke otot wajah.
. Gejala
Paralisa Bell disebabkan oleh kelemahan wajah pada satu sisi, kadang-
kadang dengan rasa sakit di sekitar sudut rahang bawah atau di belakang kuping.
Pada sisi yang terserang, mulut terkulai (menyebabkan penderita terkulai juga
pada sudut mulutnya) dan pengindraan rasa juga terganggu pada bagian lidah
depan.
Selain itu, kening terlihat halus, dan kemampuan penderita untuk menutup
mata pada sisi wajah yang terserang sangat terbatas. Saat mencoba menutup mata
tersebut, mata bergulir ke atas (disebut fenomena Bell) dan mengakibatkan air
mata yang berlebiha
. Meskipun fenomena Bell terjadi pada orang yang normal, fenomena ini
tidak terlihat karena mata dapat menutup secara utuh dan menutupi gerakan mata
ini. Pada paralisa Bell, tidak utuhnya penutupan mata membuat gerakan ini
terlihat sangat jelas
Diagnosa
Diagnosis penyakit ini tergantung pada hasil presentasi klinis penampilan
wajah yang terganggu dan ketidakmampuan menaikkan alis, menutup pelupuk
mata, tersenyum, menunjukkan gigi, atau menggembungkan pipi.
8. Menginsitis
Penyebab
Beberapa organisme infeksius bisa menyerang otak dan tumbuh di dalam
otak, kemudian secara bertahap menyebabkan gejala-gejala dan kerusakan.
Yang paling sering adalah jamur Cryptococcus, virus sitomegalo, virus penyebab
AIDS dan bakteri penyebab tuberkulosis, sifilis dan penyakit Lyme.
Gejala
Gejalanya menyerupai meningitis bakterialis, tetapi penyakit ini
berkembang lebih lambat, biasanya lebih dari beberapa minggu. Demam yang
timbul tidak sehebat pada meningitis bakterialis. Sering terjadi sakit kepala,
linglung dan bahkan sakit punggung dan kelainan saraf (misalnya kelemahan,
kesemutan, mati rasa dan kelumpuhan wajah).
9. Kanker Otak
Pada kanker otak, terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh secara tidak normal.
Dalam penyebarannya, kanker ini sangat menakutkan.
Gejala yang muncul sangat tergantung di bagian otak mana tumor atau kanker
tersebut muncul. Namun gejala-gejala yang paling umum dari tumor otak dan
kanker otak yaitu adanya perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia)
seperti, mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan
sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan
depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
10. Hydrocepallus
11. Amnesia
adalah kondisi terganggunya daya ingat. Penyebab amnesia dapat berupa organik
atau fungsional. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak, akibat trauma
atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif).
12. parasomia
Parasomnia adalah mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi
selama tidur. Sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali,
bisa terjadi selama tidur. Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Sesaat
sebelum tidur, hampir semua orang kadang mengalami sentakan tunggal, singkat
dan diluar kesadaran pada seluruh tubuh. Kadang mereka juga mengalami
kelumpuhan tidur atau halusinasi ringan.
Selama tidur, secara normal orang kadang mengalami sentakan kaki; orang
dewasa bisa mengalami gerakan periodik, mimpi buruk dan giginya mengatup
dengan kuat. Berjalan dalam keadaan tidur, teror malam dan mimpi buruk sering
terjadi pada anak-anak dan membuat mereka ketakutan. Kejang epileptik bisa
terjadi pada usia berapa saja. Akatisia (kaki yang tidak bisa diam) merupakan
kelainan yang relatif sering ditemukan, yang sering terjadi sesaat sebelum tertidur,
terutama pada usia diatas 50 tahun.
Gejala
Cavernous sinus thrombosis menyebabkan mata menonjol, sakit kepala berat,
mengantuk atau koma, gamang, demam tinggi, dan perasaan tidak normal atau
otot lemah pada daerah tertentu. Untuk mengenali bakteri, contoh darah dan
contoh cairan, lendir, atau nanah dari tenggorokan dan hidung dikirim ke
laboratorium untuk dikultur.
Pengobatan
Infus antibiotik dosis tinggi diberikan dengan segera, jika keadaan tidak berubah
setelah 24 jam pengobatan antibiotik, sinus kemungkinan dikeringkan dengan
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://nasional.vivanews.com/news/read/249378-bayi-berusia-5-bulan-ini-idap-
hidrocepallus( di unduh tanggal 10 November2011 pukul 14.00 )