Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM SARAF II

OLEH

WITRI WINANDA

1101370/2011

BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013
SISTEM SARAF II

A. Gerak Refleks

Baik disadari maupun tidak,tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan


seseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak.
Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah
terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.
Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan
melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh
yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam
tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi
dengan perangkat tubuh yang lain.Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang
siergis.
Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap
Semua indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar segala
sesuatu sehalus apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan seperti
itu diri kita pasti refleks melompat bahkan akan menjerit.Denyut jantung akan
cepat dan secara refeks kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak refleks
yang terjadi pada diri kita.

a. Mekanisme gerak refleks


Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya
terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat
kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel
neuroglia.
Refleks adalah aktivitas yang cepat, otomatis, dan tidak disadari sebagai
respons terhadap suatu rangsangan pada suatu organ atau sistem organ. Misalnya,
bila kaki kita menginjak paku, secara otomatis kita akan menarik kaki dengan
cepat dan berteriak. Refleks juga terjadi saat kita membaui makanan yang enak,
dengan keluarnya air liur tanpa kita sadari.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori
ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam
otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan
refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

Gerak refleks berbeda dengan gerak biasa karena rangsang tidak


diolah di otak terlebih dahulu. Jalur pergerakan gerak refleks adalah:

Rangsangan → reseptor → neuron sensori → sumsum tulang


belakang → neuron motorik → efektor
b. Lengkung Refleks

Lengkung refleks sederhana, melibatkan sejumlah struktur reseptor yaitu


organ indera yang khusus bagian akhir kulit atau fusus neuromuskularis yang
perangsangannya memprakarsai suatu impuls neoron aferent yang mentransmisi
impuls melalui suatu saraf perifer ke susunan saraf pusat, tempat di mana saraf
bersinaps dengan suatu neuron interkalasi, satu atau lebih neuron interkalasi
menyampaikan impuls ke saraf eferent. Neoron eferent berjalan keluar dalam
saraf dan menyampaikan impuls ke suatu efektor. Dan efektor yaitu otot ( otot
polos, lurik, atau otot jantung ) atau kelenjar yang memberikan respon.

Sementara kesatuan anatomik susunan saraf adalah neuron, maka kesatuan


fungsionalnya adalah lingkungan refleks ini merupakan dasar anatomik untuk
kegiatan – kegiatan refleks diluar pengendalian kemauan kita, ini berarti reaksi –
reaksi yang lebih kurang bersifat otomotik dan tidak berubah-ubah yang tidak
melibatkan pusat-pusat fungsional susunan saraf pusat yang lebih tinggi.

c. Komponen Lengkung Refleks


Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks yang paling
sederhana terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :

1. Suatu reseptor, yang peka terhadap suatu macam rangsangan.


2. Suatu neuron aferen (sensorik) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke
susunan saraf pusat (medula spinalis atau batang otak), dan mengadakar synapsis.
3. Suatu neuron eferen (motorik) yang dapat mengantarkan impils-impuls ke
perifer.
4. Suatu alat efektor, yang merupekan tempat terjadinya reaksi, dan yang dapat
diwakili oleh suatu serat otot atau sel kelenjar.

Di dalam suatu lengkungan refleks sederhana seperti tersebut diatas, suatu


rangsangan yang mengenai reseptor akan dapat menimbulkan suatu impuls saraf
yang pada akhirnya dapat diantarkan ke alat efektor, yaitu serat otot atau kelenjar,
dan menimbulkan reaksi dalam bentuk kontraksi atau sekresi. Akan tetapi,
sebenarnya banyak kegiatan-kegiatan refleks yang dapat terjadi pada orang hidup
mempunyai dasar anatomik yang jauh lebih rumit.

Pada lengkung refleks ada yang disebut monosinaps dan polisinaps,


jumlah sinaps dalam lengkungan bervariasi dari 2 sampai beratus-ratus. Pada
kedua jenis lengkung refleks ini, tetapi terutama pada lengkung refleks polisinaps,
aktivitasdi ubah oleh fasilitasi spesial dan temporal oklusi efek subliminimal dan
efek lainnya. Refleks monosinaps: refleks regang. Apabila otot kerangka dengan
saraf yang utuh diregangkan otot akan berkontraksi. Jawaban ini di namakan
refleks regang. Rangsangan yang membangkitkan refleks ini adalah regangan otot,
dan jawabannya adalah kontraksi otot yang di regangkan tersebut.

Organ sensoriknya adalah kumparan otot. Impuls yang berasal kumparan


di hantarkan ke SSP oleh serabut-serabut sensorik yang cepat dan langsung
melintas ke neuron-neuron motorik yang menyerafi otot yang sama. Refleks
regang adalah satu-satunya refleks monosinaps dalam tubuh. Contoh-contoh dari
dalam klinik, ketokan pada urat patela menimbulkan sentakan lutut, yaitu suatu
refleks regang dari m.quadriceps femoris sebab ketokan pada urat meregangkan
otot tersebut.

Gerak refleks berjalan sangat ceapt dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan dapat terjadi tanpa di pengaruhi kehendak atau tanpa di sadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu di
mulai dari reseptor penerima rangsangan, kemudian di teruskan oleh penerima
rangsangan, kemudian di teruskan oleh saraf sensorik ke pusat saraf, di terima
oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar.

Penghantar impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan


melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan patensial
listrik antara bagian luar bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub
positif terdapat di bagian dalam sel saraf. Penghantar impuls melalui sinapsis, titik
temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis.

d. Karakteristik refleks
1. Dapat diramalkan, artinya jika satu kali terjadi respons dari satu organ
terhadap rangsang spesifik, kita bisa meramalkan bahwa jika diberi
rangsang spesifik yang sama, responnya akan sama pula.
2. Mempunyai tujuan tertentu
3. Pada refleks terdapat reseptor tertentu dan respons terhadap rangsang
terjadi pada efektor tertentu.
4. Refleks memerlukan waktu antara stimulus dan mulainya terjadi respons
pada efektor.
5. Umumnya spontan
6. Mempunyai fungsi sebagai pelindung dan pengatur dan sangat penting
dalam tingkah laku hewan.
7. Respons yang terus menerus menyebabkan terjadinya kelelahan.

Ada dua macam gerak refleks yaitu:

1. Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang
terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata karena
rangsangan cahaya.
2. Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan
saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya
sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing.

B. SISTEM SARAF TEPI (SARAF PERIFER)

Saraf tepi terdiri dari pasangan saraf kranial dan spinal yang keluar dari otak
dan sum-sum tulang belakang serta menghubungkannya dengan tiap reseptor dan
efektor dalam tubuh. Sistem saraf tepi dibagai menjadi sistem sensori somatik dan
sistem autonom.

1. Saraf Sensori Somatik


Sistem ini terdiri atas 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal.
Saraf-saraf ini meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, juga
meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot-otot rangka tubuh.
Sistem saraf somatik menghasilkan gerakan hanya di jaringan otot rangka.
a. Saraf kranial

Dari ke 12 nama saraf kranial, saraf nomor I, II, dan VIII terdiri atas
neuron-neuron sensori. Saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII terdiri atas
neuron-neuron motor. Sedangkan V, VII dan IX merupakan gabungan
neuron motor dan sensori. Saraf nomor X mempunyai daerah jelajah luas
sehingga disebut saraf pengembara.
b. Saraf spinal
Urat saraf sum-sum tulang belakang berjumlah 31 pasang dan terdapat di
dalam tulang belakang. Urat saraf ini merupakan gabungan neuron
sensori dan motor.
• Tiap pasang saraf diberi nomor sesuai tulang belakang di atasnya :
– 8 pasang saraf spinal serviks; C1-C8
– 12 pasang saraf spinal toraks; T1-T12
– 5 pasang saraf spinal lumbar; L1-L5
– 5 pasang saraf spinal sakral; S1-S5
– 1 pasang saraf spinal koksigeal; C0

2. Saraf Autonom
Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang
bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum
tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang
mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal,
kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah.
Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu
saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Fungsinya mengontrol kediatan organ-organ dalam, misalnya kelenjar
keringat, otot perut, pembuluh darah, dan alat-alat reproduksi. Stimulasi dari saraf
simpatik pada umumnya berakibat merangsang kerja organ. Sebaliknya, stimulasi
oleh saraf parasimpatik umumnya bersifat menghambat kerja organ. Jadi, efek
kedua sistem saraf ini bersifat antagonis. Efek yang berbeda ini disebabkan oleh
neurotransmiter yang dihasilkan juga berbeda. Neurotransmiter saraf simpatik
adalah noradrenalin sedangkan neurotransmiter saraf parasimpatik adalah asetil
kolin..

Sistem saraf otonom terbagi dua:

1. Saraf simpatis

Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang


belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki
serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-
ganglion yaitu serabut saraf yang yang menuju ganglion dan serabut saraf yang
keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion.
Contoh Saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat
proses pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri,
memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung kemih.

Saraf simpatik terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom
cranial dan saraf otonom sacral.. Terletak di depan kolumna vertebra dan
berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.

Fungsinya :

a. Mensarafi otot jantung

b. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

c. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

d. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

e. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit

f. Mempertahankan tonus semua otot sadar

Saraf simpatik terletak di depan kolumna vertebra, berhubungan dengan sumsum


tulang belakang melalui serabut saraf. Tersusun dari ganglion2 pada daerah :

a. 3 psg ganglion servikal

b. 11 psg ganglion torakal

c. 4 psg ganglion lumbal

d. 4 psg ganglion sakral

e. 1 psg ganglion koksigen

Saraf simpatik sering disebut sistem saraf torakolumbar


2. Saraf parasimpatif

Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan


ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sebelum sampai pada organ serabut saraf
akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. Saraf
parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-
ganglion pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama
tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis.

Contoh saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut jantung,


mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi, memperbesar diameter
pembuluh arteri, memperkecil pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan
kantung

Fungsi saraf parasimpatis adalah

a. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,


submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung

b. Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung

c. Menpersarafi kelenjar ludah

d. Mempersarafi parotis

e. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT,


ginjal, pancreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis

f. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat


kelamin

g. Miksi dan defekasi


Saraf parasimpatis disebut sistem saraf kraniosakral. System saraf ini terbagi
menjadi 2 bagian

a. Saraf otonom kranial: ke-3 (okulomotorius),7 (fasialis),9 (glosofaringeal),10


(vagus)

b. Saraf otonom sakral : ke-2, 3, 4 à membentuk urat saraf pada organ dalam
pelvis & bersama2 SS simpatis membentuk pleksus yang mempengaruhi kolon,
rektum dan kdg kemih
Gambar saraf simpatik dan parasimpatik

Perbedaan saraf simpatik dan parasimpatik

Pembeda Saraf Simpatik Saraf Para simpatik

Dendrit neuron praganglion pendek panjang

Akson neuron pascaganglion panjang pendek

Cara kerja merangsang kerja organ menghambat kerja organ

Neurotransmiter noradrenalin asetilkolin

Pembeda Saraf Simpatik Saraf Para simpatik

Dendrit neuron praganglion pendek panjang

Akson neuron pascaganglion panjang pendek

Cara kerja merangsang kerja organ menghambat kerja organ

Neurotransmiter noradrenalin asetilkolin


C. Ganguan pada sistem saraf

1. Epilepsi
Ayan atau epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan
serangan mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata 'epilepsi' berasal dari
bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti 'serangan'.

Penyebab ayan

Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), yang bertugas
mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan,
berpikir, menggerakkan otot.Pada penderita ayan, kadang-kadang sinyal-sinyal
tersebut, tidak beraktivitas sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diakibatkan oleh
berbagai unsur-unsur, antara lain; trauma kepala (pernah mengalami cedera di
daerah kepala), tumor otak, dan lain sebagainya.Umumnya ayan mungkin
disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke,
tumor otak, alkohol. Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi
ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

2. Autisme

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun


saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial
atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia
lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-
Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah
adanya 6 gangguan dalam bidang:

 interaksi sosial,
 komunikasi (bahasa dan bicara),
 perilaku-emosi,
 pola bermain,
 gangguan sensorik dan motorik
 perkembangan terlambat atau tidak normal.

Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak
berusia 3 tahun.

3. insomnia

Insomnia adalah gejalakelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang


untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu.
Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.

Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya
permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan
diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah
terapi kognitif. Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki
kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.
Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang
lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk
menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak
dapat tidur tanpa obat tersebut.

4. migrain

Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah.
Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit
kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang
berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus.

Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit
kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai
gejala yang hampir sama dengan gejala migrain.

Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit
yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala
yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.

5. Kesemutan
Kesemutan atau parestesia dalam ilmu kedokteran, adalah sensasi pada
permukaan tubuh tertentu yang tidak dipicu rangsangan dari dunia luar.
Sebenarnya parestesia adalah sensasi rasa dingin atau panas di suatu bagian tubuh
tertentu, atau sensasi rasa dirambati sesuatu. Parestesia itu timbul bila terjadi
iritasi pada serabut saraf yang membawa sensasi kesemutan.
Kesemutan terjadi jika syaraf dan pembuluh darah mengalami tekanan Misalnya,
saat duduk bersimpuh atau menekuk kaki terlalu lama, maka syaraf dan aliran
darah terganggu. Umumnya kesemutan akan mereda jika bagian tubuh yang
mengalaminya digerakkan.

Gejala penyakit serius


Namun bila kesemutan tak hilang setelah bagian tubuh digerakkan, atau semula
hanya dialami sebagian kecil organ tubuh namun kemudian merambat ke bagian
yang lebih luas; atau bila semula hanya terjadi sekali-sekali dan menjadi kian
sering; atau bila kesemutan menjadi rasa kebal, sebaiknya Anda segera
memeriksakan diri ke dokter. Kesemutan jenis ini merupakan gejala penyakit
serius.

Dokter akan menyelidiki bagian tubuh yang mengalami kesemutan, luasnya,


tempat awal kesemutan, dan perkembangan kesemutan itu sejak awal. Semua
informasi ini akan menunjukkan penyebab masalah. Bisa jadi pada saraf tepi, pada
otot, sumsum tulang belakang, atau bahkan otak.

6. alzeimer
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang ‘mengerikan’ karena dapat
melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang.  Keadaan ini ditunjukkan
dengan kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan
perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari.

Nama penyakit Alzheimer berasal dari nama Dr. Alois Alzheimer, dokter
berkebangsaan Jerman yang pertama kali menemukan penyakit ini pada tahun
1906. Dr. Alzheimer memperhatikan adanya perubahan jaringan otak pada wanita
yang meninggal akibat gangguan mental yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Hasil pengamatan dari bedah, Alzheimer mendapati saraf otak tersebut bukan saja
mengerut, bahkan dipenuhi dengan sedimen protein yang disebut plak amiloid dan
serat yang berbelit-belit neuro fibrillary.

Meskipun penyakit ini ditemukan hampir satu abad yang lalu, ia tidak
sepopuler penyakit lain, seperti sakit jantung, hipertensi, Sindrom Pernafasan
Akut Parah (SARS) dan sebagainya.

Publikasi mengenai penyakit Alzheimer masih rendah, banyak orang tidak


mengetahui penyakit ini hingga dipublikasikan secara terbuka oleh mantan
Presiden Amerika Serikat yang ke-40, Ronald Reagan dalam suratnya tertanggal 5
November 1994

7. Paralisa bell
Paralisa Bell adalah penyakit pada saraf otak ketujuh yang mengakibatkan
kelemahan unilateral wajah atau kelumpuhan. Perkembangan penyakit ini sangat
cepat.
Meskipun menyerang segala usia, penyakit ini umumnya ditemukan pada
orang berusia di bawah 60 tahun. 80% sampai 90% penderita bisa sembuh secara
spontan dalam tempo 1 sampai 8 minggu, meskipun penyembuhan dapat tertunda
pada orang berusia lebih tua.

Bila penyembuhan hanya sebagian, kontraksi dapat berkembang sebagai


kelumpuhan pada sebagian sisi wajah. Paralisa Bell dapat terjadi lagi, pada tempat
yang sama atau sisi yang berlainan pada wajah.

Penyebab
Paralisa Bell menghambat susunan saraf otak ketujuh yang bertanggung
jawab sebagai saluran saraf ke otot wajah.

Saraf terhambat karena adanya reaksi infeksi (biasanya pada lubang


telinga bagian dalam) yang sering dikaitkan dengan infeksi dan dihasilkan sebagai
akibat dari pendarahan di dalam, tumor, meningitis atau trauma lokal

. Gejala
Paralisa Bell disebabkan oleh kelemahan wajah pada satu sisi, kadang-
kadang dengan rasa sakit di sekitar sudut rahang bawah atau di belakang kuping.
Pada sisi yang terserang, mulut terkulai (menyebabkan penderita terkulai juga
pada sudut mulutnya) dan pengindraan rasa juga terganggu pada bagian lidah
depan.

Selain itu, kening terlihat halus, dan kemampuan penderita untuk menutup
mata pada sisi wajah yang terserang sangat terbatas. Saat mencoba menutup mata
tersebut, mata bergulir ke atas (disebut fenomena Bell) dan mengakibatkan air
mata yang berlebiha

. Meskipun fenomena Bell terjadi pada orang yang normal, fenomena ini
tidak terlihat karena mata dapat menutup secara utuh dan menutupi gerakan mata
ini. Pada paralisa Bell, tidak utuhnya penutupan mata membuat gerakan ini
terlihat sangat jelas

Diagnosa
Diagnosis penyakit ini tergantung pada hasil presentasi klinis penampilan
wajah yang terganggu dan ketidakmampuan menaikkan alis, menutup pelupuk
mata, tersenyum, menunjukkan gigi, atau menggembungkan pipi.

Setelah 10 hari, pemeriksaan elektromiografi dapat menolong perkiraan tingkat


penyembuhan yang diharapkan dengan membedakan kerusakan konduksi
sementara dengan infeksi serius pada serat saraf.

8. Menginsitis

Meningitis Kronis adalah suatu infeksi otak yang menyebabkan peradangan di


dalam meningen (selaput otak) yang berlangsung selama 1 bulan atau lebih.

Meningitis kronis biasanya mengenai orang-orang yang sistem kekebalannya telah


terganggu karena AIDS, kanker, penyakit berat lainnya, obat anti-kanker atau
penggunaan prednison jangka panjang.

Penyebab
Beberapa organisme infeksius bisa menyerang otak dan tumbuh di dalam
otak, kemudian secara bertahap menyebabkan gejala-gejala dan kerusakan.
Yang paling sering adalah jamur Cryptococcus, virus sitomegalo, virus penyebab
AIDS dan bakteri penyebab tuberkulosis, sifilis dan penyakit Lyme.

Beberapa penyakit non-infeksius (misalnya sarkoidosis) dan beberapa


kanker bisa mengiritasi menigen dan menyebabkan meningitis kronis.
Penyebab non-infeksius yang paling banyak ditemukan adalah penyebaran
limfoma dan leukemia ke dalam meningen

Peradangan meningen juga bisa disebabkan oleh obat-obat yang digunakan


untuk mengobati kanker, obat untuk pencangkokan organ dan bahkan oleh obat
anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen).

Gejala
Gejalanya menyerupai meningitis bakterialis, tetapi penyakit ini
berkembang lebih lambat, biasanya lebih dari beberapa minggu. Demam yang
timbul tidak sehebat pada meningitis bakterialis. Sering terjadi sakit kepala,
linglung dan bahkan sakit punggung dan kelainan saraf (misalnya kelemahan,
kesemutan, mati rasa dan kelumpuhan wajah).

9. Kanker Otak

Kanker otak adalah penyakit yang sangat berbahaya hingga berakhir


dengan kematian. Selain mematikan, pengobatannya pun menelan biaya yang
sangat besar.

Pada kanker otak, terdapat sel-sel tubuh yang tumbuh secara tidak normal.
Dalam penyebarannya, kanker ini sangat menakutkan.
Gejala yang muncul sangat tergantung di bagian otak mana tumor atau kanker
tersebut muncul. Namun gejala-gejala yang paling umum dari tumor otak dan
kanker otak yaitu adanya perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia)
seperti, mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan
sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan
depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.

10. Hydrocepallus

Istilah hydrocephalus diperoleh dari kata-kata Yunani "hydro" berarti air


dan "cephalus" berarti kepala. Seperti namanya menyiratkan, ia adalah kondisi
dimana karakteristik utama adalah akumulasi cairan yang berlebihan dalam otak.
Meskipun hydrocephalus pernah sekali dikenal sebagai "air di otak," "air"
sebenarnya adalah cairan cerebrospinal atau cerebrospinal fluid (CSF) - cairan
bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang (spinal cord). Akumulasi yang
berlebihan dari CSF berakibat pada pelebaran yang abnormal dari ruang-ruang
dalam otak yang disebut ventricles. Pelebaran ini menciptakan tekanan yang
berpotensi membahyakan pada jaringan-jaringan otak.

Sistim ventricular terbentuk dari empat ventricles yang dihubungkan oleh


jalan-jalan lintasan yang sempit. Normalnya, CSF mengalir melalui ventricles,
keluar kedalam cistern-cistern (ruang-ruang tertutup yang melayani sebagai
reservoir-reservoir) pada dasar dari otak, merendam permukaan-permukaan dari
otak dan spinal cord (sumsum tulang), dan kemudian menyerap kembali kedalam
aliran darah.
CSF mempunyai tiga fungsi-fungsi mempertahankan hehidupan yang
penting: 1) untuk mempertahankan jaringan otak mengapung, bekerja sebagai
bantalan atau "peredam goncangan"; 2) untuk bekerja sebagai kendaraan untuk
pengantaran nutrisi-nutrisi pada otak dan mengeluarkan pembuangan; dan 3)
untuk mengalir antara cranium dan spine (tulang belakang) dan mengkompensasi
perubahan-perubahan pada volume darah intracranial (jumlah darah didalam
otak).

11. Amnesia
adalah kondisi terganggunya daya ingat. Penyebab amnesia dapat berupa organik
atau fungsional. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak, akibat trauma
atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif).

Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme


pertahanan ego. Amnesia dapat pula terjadi secara spontan, seperti terjadi pada
transient global amnesia. Jenis amnesia global ini umum terjadi mulai usia
pertengahan sampai usia tua, terutama pada pria, dan biasanya berlangsung
kurang dari 24 jam.

12. parasomia
Parasomnia adalah mimpi yang hidup dan aktivitas fisik yang terjadi
selama tidur. Sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali,
bisa terjadi selama tidur. Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Sesaat
sebelum tidur, hampir semua orang kadang mengalami sentakan tunggal, singkat
dan diluar kesadaran pada seluruh tubuh. Kadang mereka juga mengalami
kelumpuhan tidur atau halusinasi ringan.

Selama tidur, secara normal orang kadang mengalami sentakan kaki; orang
dewasa bisa mengalami gerakan periodik, mimpi buruk dan giginya mengatup
dengan kuat. Berjalan dalam keadaan tidur, teror malam dan mimpi buruk sering
terjadi pada anak-anak dan membuat mereka ketakutan. Kejang epileptik bisa
terjadi pada usia berapa saja. Akatisia (kaki yang tidak bisa diam) merupakan
kelainan yang relatif sering ditemukan, yang sering terjadi sesaat sebelum tertidur,
terutama pada usia diatas 50 tahun.

Penderita akatisia, terutama ketika sedang mengalami stres, merasakan


sensasi tidak nyaman yang samar-samar pada tungkainya, yang disertai dengan
gerakan kaki spontan dan tak terkendali..

13. Cavernous Sinus Thrombosis

Cavernous sinus thrombosis adalah penyumbatan pada pembuluh besar


pada dasar otak (cavernous sinus). Hal ini biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri yang berasal dari infeksi sinus atau dari infeksi pada mata atau sekitar
hidung. Sehingga infeksi pada daerah sekitar hidung menuju lingkaran pada mata
selalu diperhatikan dengan serius.

Gejala
Cavernous sinus thrombosis menyebabkan mata menonjol, sakit kepala berat,
mengantuk atau koma, gamang, demam tinggi, dan perasaan tidak normal atau
otot lemah pada daerah tertentu. Untuk mengenali bakteri, contoh darah dan
contoh cairan, lendir, atau nanah dari tenggorokan dan hidung dikirim ke
laboratorium untuk dikultur.

Pengobatan
Infus antibiotik dosis tinggi diberikan dengan segera, jika keadaan tidak berubah
setelah 24 jam pengobatan antibiotik, sinus kemungkinan dikeringkan dengan
operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan


Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979 Dirjen Dikti Depdinas
Suntoro, Susilo Handary, dkk. 1994. Anatomi Hewan. Jakarta : Universitas
Terbuka
Winatasasmita, Djamhur. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta :
Universitas Terbuka
http://amintabin.blogspot.com/2010/03/sistem-saraf-pada-invertebrata.html.
(diunduh tanggal 27 Februari 2011 pukul 13.00)
http://sistem koordinasi pada hewan « biologi online.html. (diunduh tanggal 27
Februari 2011 pukul 13.30)
http://xamthoneplus.acepsuherman.com/2011/08/jus-manggis/obat-herbal-
kepikunan-alzheimer/ ( di unduh tanggal 10 November2011 pukul 10.00)

http://www.totalkesehatananda.com/hydrocephalus1.html( di unduh tanggal 10


November 2011 pukul 11.15)

http://nasional.vivanews.com/news/read/249378-bayi-berusia-5-bulan-ini-idap-
hidrocepallus( di unduh tanggal 10 November2011 pukul 14.00 )

http://www.mentari.biz/kanker-otak.html( di unduh tanggal 10 November2011


pukul 15.00)

http://doktersehat.com/semua-tentang-kesemutan/ ( di unduh tanggal 10


November2011 pukul 16.00)

http://cariobat.blogspot.com/2010_08_03_archive.html ( di unduh tanggal 10


November2011 pukul 20.00)

Anda mungkin juga menyukai