Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Proses menua juga akan di iringi dengan penurunan-
perunurnan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Salah satu penurunan yang cukup
sering dialami lansia adalah depresi. Depresi timbul akibat adanya ketidakefektifan koping lansia
dalam menghadapi berbagai macam permasalahan yang dialaminya. Penatalaksanaan depresi
pada lansia dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologi. Terapi non-
farmakologi merupakan pengobatan depresi yang dilakukan dengan cara menjalani pola hidup
sehat, menghentikan pemakaian zat yang membahayakan tubuh, istirahat yang cukup, mengelola
stres, aktivitas. Beberapa terapi non farmakologi yang bisa dilakukan untuk mengatasi depresi
pada lansia yaitu terapi koginitif spiritual, Supportive care therapy dan terapi reminiscence.
Terapi kognitif spiritual dan senam latih otak merupakan sebuah terapi untuk
menurunkan tingkat depresi lansia, hal ini telah dibuktikan pada penelitian yang berjudul
Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Kognitif Dan Senam Latih Otak Di
Panti Werdha dilakukan oleh Anton Surya Prasetya, Achir Yani S.Hamid, Herni Susanti pada
tahun 2010 di Panti Werdha Lampung. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi, yaitu berusia
lebih dari 55 tahun, bersedia jadi responden ditandai dengan penandatanganan informed consent,
memiliki diagnosa depresi (karena memiliki nilai kuesioner depresi 5-11 atau dengan katagori
depresi ringan - sedang) dan tidak mengalami penurunan kesadaran, komunikatif secara verbal
dan koperatif..
Penelitian ini menggunakan desain penelitian “Quasi Experimental Pre-Post Test With
Control Group” dengan intervensi terapi kognitif dan senam latih otak. Besar sampel penelitian
ditetapkan dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah total sampel sebanyak 56
orang, 28 orang untuk kelompok intervensi dan 28 orang untuk kelompok control. Instrumen
penelitian menggunakan 2 (dua) yaitu kuesioner A yang terdiri dari data karakteristik responden
yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status perkawinan, sakit fisik
dan lama sakit fisik dan kuesioner B tentang tingkat atau kondisi depresi pada lansia yang
dimodifikasi dari Geriatric Depression Scale. Instrumen sudah diuji validitas dan realibilitas (r >
0,632). Analisis data diolah dengan menggunakan program statistik (SPSS) yang meliputi
analisis univariat dan bivariat.
Hasil dari penelitian ini bahwa terapi kognitif disertai senam latih otak memiliki pengaruh
yang cukup bermakna dalam perubahan tingkat atau kondisi depresi klien lansia jika
dibandingkan klien yang hanya mendapatkan terapi kognitif saja yaitu selisih 1,18 point. Hasil
penelitian ini dapat meningkatkan keperawatan jiwa sehingga diharapkan Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung dapat menetapkan kebijakan bahwa terapi kognitif dan senam latih otak dapat
menjadi bagian program kesehatan lansia dan keswamas di puskesmas. Senam latih otak juga
menjadi bagian program dipanti khususnya lansia yang depresi dan keterbatasan fisik. Hasil
penelitian ini juga bermanfaat dalam perkembangan ilmu keperawatan jiwa khususnya
kemampuan intervensi spesialis dan digunakan sebagai acuan penelitian diarea lain dan acuan
modifikasi terapi yang berbeda.
Intervensi yang kedua yang bisa dilakukan untuk mengatasi depresi pada lansia yaitu
terapi music langgam jawa. Pada tahun 2010 peneliti terapi tersebut yaitu Junaidi dan Zolkhan
Noor dengan judul peneletiannya yaitu Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Melalui
Terapi Musik Langgam Jawa. Penelitian melibatkan 60 orang lansia yang mengalami kecemasan
dari total 100 orang lansia yang tinggal di Panti. Sejumlah masing-masing 30 sampel dipilih
secara acak untuk diberi perlakuan dan atau sebagai kelompok kontrol. Data diambil melalui
teknik wawancara dengan bantuan modifikasi kuesioner Hamilton Rating Scale (HRS-A).
Sedangkan, posttest dilakukan kepada semua partisipan penelitian baik kelompok eksperimen
maupun kontrol. Semua subjek penelitian bersuku Jawa sehingga dapat diambil sebagai prasyarat
inklusi yakni di wisma A, C, dan E. Total enam ruangan/wisma yang ada di tempat penelitian
yaitu sebuah Panti Werdha di Yogyakarta. Wisma A, C, E dijadikan kelompok perlakuan dan
wisma B, D, F sebagai kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok perlakuan dengan pemberian terapi
music langgam Jawa selama enam minggu mengalami penurunan kecemasan dari awal 25,33
turun menjadi 16,80, penurunan angka sebasar 8.58 poin dengan p= 0.000 (< 0.05). Hal ini dapat
diartikan bahwa setelah dilakukan post-test didapatkan hasil yang menyatakan perbedaan yang
sangat bermakna pada kelompok eksperimen. Sehingga dapat diartikan bahwa terapi musik
langgam jawa terbukti lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan dibandingkan
kelompok kontrol tanpa perlakuan terapi music langgam jawa yakni dari pre tes 19.57 menjadi
17.53 pada pos test, turun sebesar 2.02 poin atau p=0.001 (<0.05) penurunan poin jauh di bawah
kelompok perlakuan..
Intervensi ketiga yang bisa dilakukan dalam hal upaya menurunkan tingkat depresi lansia
yaitu dengan life review therapy. Penelitian terkait terapi ini yaitu Efek Life Review Therapy
Terhadap Depresi Pada Lansia yang dilakukan pada tahun 2015 oleh Nati Aswanira, Rumentalia,
dan Vausta. Sampel pada penelitian Populasi peneli-tian adalah semua lansia yang tinggal di
Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Km 6 Palembang yang berjumlah 70 orang. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu total sampling, dimana sampel merupakan
keseluruhan dari populasi, sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Km 6 Palembang dengan kriteria inklusi mengalami depresi ringan dan
sedang, komunikasi verbal dapat dipahami dan bersedia menjadi responden. Hasil penelitian
dapat disimpulkan rerata skor depresi pada lansia sebelum dilakukan life review therapy adalah
11,61 dengan standar deviasi sebesar 2,061. Rerata skor depresi lansia sesudah dilakukan life
review therapy adalah 10,07 dengan standar deviasi sebesar 2,035. Hasil penelitian didapatkan
bahwa ada perbedaan rerata skor depresi yang signifikan sebelum dan sesudah life review
therapy yaitu dengan skor depresi sebelum life review therapy adalah 11.61. Rerata skor depresi
sesudah life review therapy adalah 10,07. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p=
0.002, yang berarti ada pengaruh antara sebelum diberikan life review therapy dan sesudah life
review therapy terhadap depresi pada lansia.
Dari pemaparan diatas hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa upaya yang bisa dilakukan
untuk mengatasi depresi pada lansia bisa dikukan dengan cara terapi kognitif spiritual, senam
otak, terapi music langgam jawa, dan life review therapy.

Anda mungkin juga menyukai