Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU SHARING JURNAL

“Sepsis Calculator Implementation Reduces Empiric Antibiotics


For Suspected Early-Onset Sepsis”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Keperawatan


Departemen Keperawatan Anak

Oleh:

Rizki Taufikur Rahman

NIM. 190070300011028

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
individu Sharing Jurnal dengan judul “Sepsis Calculator Implementation Reduces
Empiric Antibiotics For Suspected Early-Onset Sepsis”. Tugas individu ini
disusun untuk memenuhi penugasan pada pendidikan profesi ners keperawatan
departemen keperawatan Anak yang dibimbing oleh Ibu Ns. Sholihatul Amaliya, M.
Kep., Sp. Kep. An

Dalam penulisan sharing jurnal ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dan
menjelaskan tugas yang penulis peroleh dan semua pihak yang telah memberikan
dorongan dan bantuannya selama menyelesaikan tugas yang penulis kerjakan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas individu ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan tugas selanjutnya.

Malang, 16 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................ 3

BAB II ISI
A. Identifikasi Jurnal .............................................................................. 4
B. Latar Belakang Masalah Jurnal........................................................ 4
C. Tujuan Penelitian Jurnal.................................................................... 5
D. Metode Penelitian Jurnal................................................................... 5
E. Hasil Penelitian dalam Jurnal ........................................................... 7

BAB III Pembahasan


A. Pembahasan/Diskusi ....................................................................... 9
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 10
C. Implikasi di Indonesia ....................................................................... 10

BAB IV PENTUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepsis neonatorum merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih (IDAI, 2009). Sepsis merupakan kondisi biologis
yang sangat kompleks dan memerlukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat
dan cepat. Pada saat ini sepsis neonatorum masih menjadi salah satu tantangan
terbesar bagi sejawat yang bekerjadi bidang kesehatan anak terutama pada
Emergensi dan Rawat Intensif Anak, oleh karena mortalitasnya yang masih tinggi.
(Latief et al., 2016). Menurut Randolph & McCulloh (2014) kasus sepsis
neonatorum meruapakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas dan
mortalitas (50%-60%) anak yang dirawat diruang rawat inap dan ruang rawat
intensif.
Sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian bayi baru lahir
di dunia. Laporan World Health Organization Statistic tahun 2015 didapatkan
angka kematian bayi didunia sebesar 31,7 per 1000 kelahiran hidup (KH)
diantaranya adalah angka kematian neonatal sebesar 19,2 per 1000 KH
selanjutnya WHO juga menyebutkan bahwa Pervalensi sepsis neonatorum di
dunia sendiri masih tergolong tinggi, menurut WHO insiden sepsis neonatorum
early onset di dunia adalah 1 sampai 5 dari 1000 keliharan Sedangkan di wilayah
Asia sendiri WHO menyebutkan bahwa angka kematian neonatal di wilayah Asia
adalah 24,3 per 1000 KH dan sepsis neonatorum menyumbang kematian
neonatal 3,4 per 1000 KH (WHO, 2015). Sedangkan kasus sepsis neonatorum di
Indonesia juga tinggi menurut Priyatiningsih dkk (2016) di unit perawatan intensif
anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3% dari 502
pasien anak yang dirawat mengalami sepsis dengan angka mortalitas 54%.
Sedangkan menurut WHO (2015) kejadian sepsis neonatorum di Indonesia
mencapai 1,8 per 1000 kelahiran hidup.
Penanganan yang tepat dan cepat diperlukan dalam penanganan kasus
sepsis neonatorum maupun suspek kasus tersebut. Latief et al (2016)
mengatakan bahwa penegakkan diagnosis sepsis sangat penting pemberian
antibiotika, antifungal, antiviral, maupun antiparasit, yang merupakan salah satu

1
bundle penting dalam tatalaksana sepsis. Sebagian besar kasus sepsis
mendapatkan antibiotika sejalan dengan pemberian resusitasi cairan, perlu
kejelian dalam pemberian antibiotik sehingga pemberiannya tepat sasaran. Pada
pasien suspect atau dicurigai sepsis karena pemeriksaan kultur dan pemeriksaan
lainnya untuk melihat kejelasan penyebab dan konfirmasi sepsis membutuhkan
waktu maka menurut Latief et al (2016) apabila penyebab sepsis belum jelas,
antibiotik spektrum luas diberikan dalam 1 jam pertama sejak diduga sepsis,
dengan sebelumnya dilakukan pemeriksaan kultur darah Setelah bakteri
penyebab diketahui, terapi antibiotika definitif diberikan sesuai pola kepekaan
kuman.
Pemeriksaan penunjang seperti kultur sendiri menurut Cox (2017)
pemeriksaan kultur memerlukan waktu sekitar 6 jam di Rumah sakit Hospital Long
Beach California. Padahal membutuhkan penanganan segera untuk pasien yang
dicurigai sepsis sedangkan apabila menurut Latief et al (2016) penyebab yang
belum jelas tapi dicurigai akan mendapatkan antibiotik dalam 1 jam pertama. Hal
ini dapat berarti baik dan dapat berarti buruk pemberian antiobiotik pada neonatus
sendiri sangat berisiko. Antibiotik dapat dapat menyebabkan resistensi patogen,
keracunan, menyusui terganggu, mengubah mikroba usus, biaya mahal dan
sebagainya (Cox, 2017). Yang paling berbahaya adalah kemungkinan dapat
resistensi patogen sehingga akan mempersulit dalam proses penyembuhan.
Untuk itu perlunya skrining awal yang dapat menjadi referensi dalam skrining
pasien suspect sepsis neonatoru terutama early onset, sehingga dengan skrining
awal ini dapat membedakan apakah diperlukan pemberian antibiotik atau tidak.
Salah satu skrining awal yang dilakukan adalah dengan faktor-faktor risiko yang
mana tiap negara biasanya berbeda-beda, di Indonesia sendiri menurut Latief et
al (2016) Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi, tanda infeksi,
dan reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi infeksi, meliputi: faktor genetik,
usia, status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis,
transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat terapi (steroid,
antibiotika, tindakan invasif) dan pemeriksaan lab dan klinis. Secara klinis ditandai
oleh demam atau hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara laboratoris,
digunakan penanda (biomarker) infeksi: pemeriksaan darah tepi (lekosit,
trombosit, rasio netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan morfologi darah tepi

2
(granula toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma), c-reactive protein
(CRP), dan prokalsitonin. Apabila terdapat beberapa tanda maka dicurigai
selanjutnya akan diberikan antibiotik bila di Indonesia, tetapi hal tersebut juga
masih dicurigai. Terdapat salah satu skrining lain yang cepat setelah skrining
risiko yaitu dengan menggunakan sepsis calculator yang dapat diakses pada
https://neonatalsepsiscalculator.kaiserpermanente.org/. untuk itu penulis ingin
melakukan analisis jurnal yang berhubungan dengan sepsis calculator tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan


masalah dengan mengidentifikasi sebuah Jurnal Internasional yang berjudul
“Sepsis Calculator Implementation Reduces Empiric Antibiotics For
Suspected Early-Onset Sepsis”.

C. Tujuan

Tujuan dari dibuat makalah dari jurnal ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh/dampak dari


penggunaan/implementasi Sepsis Calculator terhadap penggunaan
antibiotik pada pasien suspect Early-Onset Sepsis
2. Mahasiswa dapat melakukan analisa dan pembahasan tentang hasil dari
penelitian dalam jurnal tersebut untuk diaplikasikan dalam keadaan di
Indonesia

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritik
Hasil analisis dari jurnal penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai penggunaan Sepsis Calculator terhadap pasien suspect Early-
Onset Sepsis.
2. Manfaat Aplikatif
Dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan intervensi atau
penatalaksanaan dan atau kolaborasi pada penanganan kasus Early-
Onset Sepsis di masing-masing fasilitas kesehatan.

3
4
BAB II
ISI

A. Identifikasi Jurnal

1. Judul
“Sepsis Calculator Implementation Reduces Empiric Antibiotics For
Suspected Early-Onset Sepsis”
2. Penulis Jurnal
 Niek B. Achten
 J. Wendelien Dorigo-Zetsma
 Paul D. van der Linden
 Monique van Brakel
 Frans B. Plötz
3. Nama Penerbit dan Tahun Publikasi
European Journal of Pediatrics, Tahun 2018, Volume 177, Issue 5, Pages :
741-746
4. Topik Penelitian
Penelitian tentang implementasi Sepsis Calculator pada pasien suspect Early-
Onset Sepsis apakah dapat mengurangi penggunaan antiobiotik pada kasus
tersebut.
5. Tempat Penelitian
Tergooi hospital, Hilversum, Belanda.

B. Latarbelakang Masalah Jurnal


Early onset sepsis (EOS) merupakan infeksi/sepsis yang terjadi dalam 72 jam
pertama setelah lahir dan telah dibuktikan pada hasil kultur yang positif. Di eropa
kejadian EOS mencapai 0,5-1 per 1000 kelahiran hidup. Penegakanan diagnosa
EOS belum spesifi dan masih dalam perkembangan, diperlukan pemeriksaan
lanjutan yang cukup memekan waktu sehingga ini menyebabkan konsekuensi
perawatan menggunakan antibiotik. Sekitar 8% neonatus di eropa mendapat
antibiotik setiap tahunnya, sehingga ini akan mengakibatkan resistensi antibiotik,
mengganggu interaksi bayi dengan ibu karena bayi harus masuk NICU dan
meningkatkan biaya perawatan. Dari hal tersebut dibutuhkan sesuatu untuk

5
mengurangi penggunaan antibiotik pada pasien suspect EOS tanpa
menyebabkan kecurian pasien EOS. Esccobar dkk mengembangkan sepsis
calculator yang mana merupakan kombinasi skrining risiko EOS dan faktor risiko
dari maternal. Belum ada penelitian yang menggunakan sepsis calculator ini
diluar USA sehingga peneliti ingin meneliti sepsis calculator ini di belanda.

C. Tujuan Penelitian Jurnal


Untuk melihat pengaruh/dampak dari penggunaan/implementasi Sepsis
Calculator terhadap penggunaan antibiotik pada pasien suspect Early-Onset
Sepsis sehingga dapat menjadi referensi/panduan dalam penggunaan antibiotik
pada neonatus yang lahir aterm (usia kehamilan ≥ 35 minggu) yang berisiko
EOS atau suspect EOS.

D. Metode Penelitian Jurnal


Peneliti menggunakan single-center prospective study dari tanggal 1 April 2016
sampai 31 maret 2017. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah neonatus lahir
aterm, mengalami risiko kemungkinan EOS/suspect EOS (satu atau lebih dari
gejala berikut: demam maternal (≥38 °C) selama persalinan, ibu positif B
streptococcus (GBS) ketubahan pecah 24 jam sebelum kelahiran, dicurigai
chorioamnionitis) tetapi suspect juga didasarkan pada pendapat para dokter,
perawat, bidan di ruangan. Sedangkan kriteria ekslusi adalah suspec atau
mengalami kecacatan, termasuk cacat kromosom, dan keliharan diluar rumah
sakit Tergooi.

Protokol yang dilakukan dalam penelitian ini tertuang dalam gambar dibawah ini,
adalah sebagai berikut

6
Setiap kelahiran akan dilakukan skrining, bila ada 1 atau lebih risiko EOS maka
akan dilakukan evaluasi secara klinis dan lab sembari menunggu lab akan
dilakukan skrining menggunakan sepsis calculator, pada sepsis calculator
insiden diatur 0.6 per 1000 kelahiran hidup sesuai dengan rekomendasi.
Selanjutnya hasil dari sepsis calculator akan menjadi referensi dalam
pengambilan keputusan dalam pemberian antibiotik dan evaluasi/monitoring
yang dilakukan.

Dalam hal ini pasien yang digunakan skrining sepsis calculator menjadi subjek
penelitian dan masuk dalam kelompok intervensi dengan pendekatan prospektif
sedangkan subjek penelitian kelompok kontrol menggunakan pendekatan
retrospektif kohort yang mana data diperoleh dari rekam medis sebelumnya
dimana menunjukkan pasien suspect EOS yang dilakukan perawatan dan
pemberian antibiotik dengan protokol yang ada sebelumnya (tanpa sepsis
calculator) kriteria inklusi dalam kelompok kontrol ini adalah lahir hidup aterm (≥
35 minggu)

7
E. Hasil Penelitian Jurnal
Total subjek dalam kelompok intervensi/prospektif adalah 208 kasus. Kemudian
dari 208 terdapat 34 kasus risiko EOS dan dilakukan perawatan dengan
antibiotik dan terdapat 17 kasus tambahan yang diberi antibiotik sehingga total
terdapat 51 kasus pada kelompok intervensi/prospektif dalam 1 tahun penelitian.
Sedangkan kelompok kontrol/retrospektif terdapat 100 kasus suspect EOS yang
dilakukan perawatan dengan antibiotik dari 2076 total kelahiran dari 1 januari
sampai 31 desember 2014.

8
hasil penelitian ditunjukkan pada tabel diatas, setelah dilakukan implementasi sepsis
calculator, terdapat penurunan signifikan dalam penggunaan antibiotik pada pasien
suspec EOS dimana (2.7 vs. 4.8%, P < 0.001 dengan penurunan 44%). Penurunan
ini banyak pada kelompok risiko rendah EOS dimana pada kelompok intervensi 41
dan kelompok kontrol 11. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan pada durasi antibiotik, waktu memulai perawatan, median umur
gestasional dan distribusi jenis kelamin. Sedangkan kejadian positiv EOS yang
dibuktikan dari kultur darah positif adalah 2 (0,10%) pada kelompok intervensi dan 2
(0,11%) pada kelompok kontrol.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan/Diskusi
Pada jurnal diatas menunjukkan bahwa terdapat penurunan penggunaan
anntibiotik pada pasien suspect EOS dimana pada kelompok intervensi 2,7%
dan kelompok kontrol 4,8% dimana ini menunjukkan penurunan sebanakan
44%. Dengan kasus EOS yang terkonfirmasi sama-sama hanya 2 sehingga
penelitian ini mengindikasikan bahwa penurunan penggunaan antiibiotik pada
pasien suspek EOS dengan menggunakan sepsi calculator. Pada penelitian
sebelumnya juga ditunjukkan penurunan penggunaan antibiotik yaitu pada
penelitian Kerste et al (2016) dimana pada penelitian tersebut menunjukkan
penurunan penggunaan antibiotik sampai 50%. Hasil penelitian lainnya juga
mendukung hasil penelitian ini, pada laporan/report yang dilakukan oleh
Laroia, Christy, & Mullin (2017) menunjukkan bahwa penggunaan sepsis
calculator menurunkan penggunaan antibiotik dari 16,5% menjadi 8,9%, pada
report tersebut juga menunjukkan peningkatan rata-rata inisiasi menyusui
yang maa meningkat dari 81% menjadi 84%.

Rata-rata penelitian menggunakan sepsis calculator pada pasien suspect


EOS dapat menurunankan penggunaan antibiotik. Hasil penelitian yang
menunjukkan penurunan ini merupakan hal yang baik karena dengan
terjadinya penurunan penggunaan antibiotik dan tidak terjadi kecurian kasus
positif maka efek negatif dari pemberian antibiotik dapat dihilangkan. Menurut
Cox (2017) Antibiotik dapat dapat menyebabkan resistensi patogen,
keracunan, menyusui terganggu, mengubah mikroba usus, biaya mahal dan
sebagainya sehingga bila mengalami penurunan pengunaan antibiotik maka
dapat menurunkan risiko resistensi patogen kemudian juga dapat
meningkatkan inisiasi menyusui yang juga dilaporkan oleh Laroia, Christy, &
Mullin (2017). Tetapi penggunaan sepsis calculator sendiri juga bukan
merupakan alat skrining utama tetapi sepsis calculator merupakan bagian dari
referensi atau data penunjang untuk tenaga kesehatan merencakan intervensi

10
atau mengambil keputusan terkait tindakan apa yang akan dilakukan,
sehingga keputusan yang diambil dapat maksimal (Achten et al., 2018).

B. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa eterbatasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok kontrol dalam penelitian ini merupakan data retrospektif pada
tahun 2014 sehingga mungkin pengambilan keputusan/pengetahuan
pada tahun 2014 berbeda pada tahun 2016/2017

C. Implikasi di Indonesia
Penggunaan sepsis calculator di Indonesia kemungkinan dapat dilakukan. Di
Indonesia sendiri penggunaan antibiotika berdasarkan pedoman dari
Konsensus Diagnosis dan tatalaksana sepsis pada anak yang diterbitkan oleh
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) pada tahun 2016 yang mana
menyatakan bahwa di Indonesia Kecurigaan infeksi didasarkan pada
predisposisi infeksi, tanda infeksi, dan reaksi inflamasi. Faktor-faktor
predisposisi infeksi, meliputi: faktor genetik, usia, status nutrisi, status
imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis, transplantasi, keganasan,
kelainan bawaan), dan riwayat terapi (steroid, antibiotika, tindakan invasif)
dan pemeriksaan lab dan klinis. Secara klinis ditandai oleh demam atau
hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara laboratoris, digunakan penanda
(biomarker) infeksi: pemeriksaan darah tepi (lekosit, trombosit, rasio
netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan morfologi darah tepi (granula
toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma), c-reactive protein (CRP),
dan prokalsitonin. Apabila terdapat beberapa tanda maka dicurigai
selanjutnya akan diberikan antibiotik spektrum luas pada 1 jam pertama,
sehingga penggunaan antibiotik pada pasien suspek juga cukup tinggi. Hal ini
hampir sama dengan latar belakang pada jurnal penelitian yang dianalisis.
Penggunaan sepsis calculator mungkin dapat dilakukan karena tidak terdapat
kontraindikasi tertentu dalam implementasi sepsis calculator ini dan apabila
dapat diterapkan maka malah akan menimbulkan efek yang positif karena
dapat menurunkan kejadian resistensi patogen, meningkatkan hubungan ibu
dengan bayi, meningkatkan inisiasi menyusui dan menurunkan biaya

11
perawatan. Pada saat ini, di Indonesia sendiri belum ada yang
mengaplikasi/menggunakan sepsis calculator ini (sepengetahuan penulis).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian dalam jurnal tersebut mendapatkan bahwa
pemberian/implementasi sepsis calculator dapat memberikan dampak yang
positif dimana dapat menurunkan penggunaan antibiotik pada pasien suspek
early onset sepsis dengan penurunan dari 4,8 menjadi 2,7% atau menurun
sebanyak 44%.

Implikasi di Indonesia sendiri pada saat ini penulis belum menemukan


penggunaan sepsis di Indonesia (sepengetahuan penulis) dengan dampak
positif dan tidak ada kontraindikasi dilakukannya/implementasi sepsis
calculator maka kemungkinan sepsis calculator ini dapat juga diaplikasikan di
Indonesia tentu dengan sebelumnya harus diketahui jumlah kejadian early
onset sepsis di Indonesia dan mempertimbangkan klinis lainnya yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan baik Dokter, Perawat maupun Bidan karena
hasil dari sepsis calculator ini berupa data tambahan bukan sesuatu hal yang
mutlak.

B. Saran
Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai penelitian lanjutan tentang
sepsis calculator dikarenakan saat ini masih diperlukan penelitian lanjutan
yang dilakukan di Indonesia sendiri, sehingga hasil penelitian tersebut dapat
menjadi dasar yang lebih baik untuk mengaplikasikan sepsis calculator di
Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Achten, N. B., Dorigo-Zetsma, J. W., van der Linden, P. D., van Brakel, M., & Plötz,
F. B. (2018). Sepsis calculator implementation reduces empiric antibiotics for
suspected early-onset sepsis. European Journal of Pediatrics, 177(5), 741–746.
https://doi.org/10.1007/s00431-018-3113-2
IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
Cox, K. (2017). Implementation of a Neonatal Early-Onset Sepsis Risk Score
Calculator. Retrieved from https://www.marchofdimes.org/events/Event
Document.aspx?documentID=a2a7c13d-d761-4338-bfcf-bc8ceda2a595&c=63
Kerste, M., Corver, J., Sonnevelt, M. C., van Brakel, M., van der Linden, P. D., M.
Braams-Lisman, B. A., & Plötz, F. B. (2016). Application of sepsis calculator in
newborns with suspected infection. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal
Medicine, 29(23), 3860–3865. https://doi.org/10.3109/14767058.2016.1149563
Laroia, N., Christy, C., & Mullin, S. (2017). Reducing Antibiotic use in a Community
Hospital by integrating the Kaiser Sepsis Risk calculator into the Electronic
Medical Record (EMR). New York. Retrieved from http://www.albayan.ae
Latief, A., Hadinegoro, S. R. S., Chairulfatah, A., Pudjiadi, A. H., Malisie, R. F., &
Alam, A. (2016). Konsensus diagnosis dan tata laksana sepsis pada anak.
Badan Penerbit IDAI, 1–47.
Priyatiningsih DR, Latief A, Pudjiadi AH. Karakteristik sepsis di pediatric intensive
care unit RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2016.
Randolph, A. G., & McCulloh, R. J. (2014). Pediatric sepsis: Important
considerations for diagnosing and managing severe infections in infants,
children, and adolescents. Virulence, 5(1), 172–182.
https://doi.org/10.4161/viru.27045
WHO. Probability of Dying per 1000 live births data by WHO region. 2015
WHO. Region Sepsis and Other Infectious Conditions of Newborn. 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai