Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2012). Masa remaja merupakan
salah satu transisi penting dalam rentang kehidupan yang ditandai dengan kecepatan
yang luar biasa dalam pertumbuhan setelah masa kanak-kanak. Pada masa transisi,
remaja mengalami pertumbuhan secara fisik serta menunjukkan perkembangan kognitif
yang cukup pesat. Perkembangan kognitif berguna bagi remaja agar siap menghadapi
peran-peran serta tugas-tugas barunya sebagai orang dewasa (Sarwono, 2011).
Menurut Erickson dalam (Desmita, 2017) mengatakan bahwa remaja memiliki
tugas perkembangan yaitu mencapai identitas diri versus bingung peran. Kemampuan
dalam mencapai identitas diri dilakukan melalui serangkaian tugas perkembangan yang
harus diselesaikan oleh remaja. Beberapa tugas perkembangan yang penting ada masa
remaja yaitu mampu menerima keadaan fisiknya, mampu menerima dan memahami
peran seusai dewasa, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok,
mencapai kemandirian emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual,
memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa, serta mengembangkan
perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
Potter & Perry (2012) memaparkan bahwa semua tugas perkembangan pada masa
remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan
dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan
remaja diantaranya mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita, mencari peran sosial pria dan wanita serta menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Potter & Perry, 2012).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) masalah kesehatan
yang sering terjadi pada tahap perkembangan remaja yaitu masalah kesehatan
reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), penyakit saluran pernafasan dan HIV
AIDS. Kehidupan remaja tidak akan lepas dari berbagai macam konflik dalam
perkembangannya, selain masalah kesehatan, masalah lain yang muncul pada tahap
perkembangan yaitu masalah sosial.
Perilaku merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih dianggap
sebagai perilaku wajar, serta merupakan bagian dari kehidupan sosial dan gaya hidup,
tanpa memahami resiko yang dapat terjadi dan merupakan salah satu faktor resiko utama
dari penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, diabetes mellitus dan penyakit
lainnya seperti impotensi (Kemenkes RI, 2012).
Perilaku remaja yang demikian, dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga atau peran
orang tua dalam mendidik remaja. Salah satu contoh peran orang tua dalam
perkembangan remaja adalah pola asuh. Pola asuh merupakan salah satu faktor yang
secara signifikan turut membentuk atau mempengaruhi perilaku dan karakter seorang
anak, hal ini didasari bahwa
pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama bagi
anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun (Agus, 2012). Pola
asuh yang dilakukan secara tepat oleh orang tua terkait dengan memberikan pengaruh
positif pada remaja sangat penting sehingga tidak melakukan perilaku merokok
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kharie (2014)
yang melakukan penelitian dengan menggunakan chi-square dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada anak laki-laki usia 15-
17 tahun di Kelurahan Tanah Raja Kota Ternate dengan nilai p=0,003 (p<α 0,05). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Silvanora (2014) menunjukan bahwa nilai p sebesar 0,009
dengan taraf signifikan 0,05 yang artinya ada hubungan peran ayah dengan perilaku
merokok pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta.
Menurut Kemenkes RI (2015) Jumlah penduduk usia >10 tahun yang setiap hari
merokok sebesar 0,243x199.178.321 = 48.400.332 jiwa , ratarata jumlah batang rokok
yang dihisap 12 batang rokok perhari. Tren usia merokok meningkat pada usia remaja
yaitu pada umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun. Menurut PUSLITDATIN BNN (2016)
prevalensi merokok 5 kota tertinggi di Indonesia adalah Yogyakarta (42%), Kalimantan
Utara (36%), Sulawesi Utara (34%), Sumatra Barat (33%) dan DKI Jakarta (31%).
Berdasarkan uraian diatas membuktikan bahwa salah satu masalah keperawatan
yang muncul adalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan komunitas pada agregat remaja dengan
masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah mampu mengaplikasikan hasil asuhan
keperawatan komunitas pada agregat remaja dengan masalah perilaku kesehatan
cenderung beresiko
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memaparkan hasil pengkajian pada agregat remaja dengan
masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
- Mahasiswa mampu memaparkan hasil analisa data pada agregat remaja dengan
masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
- Mahasiswa mampu memaparkan intervensi keperawatan pada agregat remaja
dengan masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
- Mahasiswa mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan yang sesuai
dengan intervensi keperawatan.
- Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari implementasi yang telah dilakukan.
4. Manfaat
Makalah ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
- Masyarakat
Komunitas pada agregat remaja dapat menerapkan tindakan yang tepat dalam
mengatasi masalah perilaku kesehatan cenderung beresiko
- Bagi Pengembang Ilmu Teknologi Keperawatan
Menambah keluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
keperawatan komunitas pada agregat remaja dengan masalah perilaku kesehatan
cenderung beresiko.
- Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil praktek keperawatan,
khususnya studi kasus tentang asuhan keperawatan komunitas pada agregat
remaja dengan perilaku kesehatan cenderung beresiko
DAFTAR PUSTAKA

Agus, W. (2012). Pendidikan Karakter Usia Dini. Yongyakarta: Pustaka Pelajar.


Desmita. (2017). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya
Jahja, Y. (2012). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Kemenkes RI. (2012). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Kharie, R. R, Pondang, L. & Lolong, J. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perilaku Merokok pada Anak Laki-laki Usia 15-17 Tahun Di Kelurahan Tanah Raja
Kota Ternate. Ternate: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulagi Manado.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN. (2016). Survei Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba pada Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015. Jakarta: Puslitdatin-BNN.
Potter & perry. (2012). Fundamental Of Nursing : Fundamental Keperawatan: Buku Edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika
Sarwono. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Silvanora, R. (2014). Hubungan Peran Ayah Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMP
Muhammadiyah 10 Yogyakarta Tahun 2014. Yogyakarta: Program Studi Bidan
Pendidik Jenjang DIV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‘Aisyiyah Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai