Anda di halaman 1dari 8

"Puasa" Plastik, Inilah 5 Tips Menciptakan Ramadhan yang Ekologis

Kerusakan lingkungan akibat sampah plastik turut direspon oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melalui fatwa No. 47/2014 tentang "Pengelolaan Sampah Untuk Mencegah Kerusakan
Lingkungan". Fatwa itu berisi tentang larangan tadzbir (penyianyiaan) dan israf (berlebih-
lebihan) barang/harta. Fatwa itu turut menyoroti persoalan sampah plastik yang dampaknya
merusak lingkungan dan membunuh hewan-hewan laut.

Dalam himbauan "EcoRamadhan"nya, MUI menyebutkan terjadi peningkatan sampah plastik


hingga 20%. Peningkatan ini terjadi akibat kebiasaan kita berbelanja saat berbuka puasa yang
tidak ekologis terutama pada plastik sekali pakai. Hal ini tentu harus menjadi perhatian
bersama mengingat salah satu dari kewajiban kaum muslimin adalah menjaga alam yang kita
tempati ini. Sebab itu, terapkanlah 5 langkah mengurangi sampah plastik berikut ini :

1. Bawalah Tas Belanja


Kebiasaan kita saat berbelanja masih menggunakan kantong plastik. Kebiasaan ini terbawa
saat bulan Ramadhan dan bahkan mengalami peningkatan. Hal itu terlihat saat moment buka
puasa. Kita membeli bermacam-macam makanan atau jajanan buka puasa yang hampir semua
dibungkus dengan plastik seperti bahan masakan, lauk, sayuran siap saji, kue, gorengan, dan
lainnya. Setelah selesai menyantap makanan berbuka, plastik akan terbuang dan menumpuk.
Maka dapat dibayangkan, berapa banyak plastik yang terbuang setiap habis buka puasa.
Kebiasaan itu tergolong sikap penyia-nyiaan karena kita dengan mudah membuang barang-
barang selain juga merusak lingkungan.

Mulai saat ini, kita harus hindari penggunaan kantong plastik sekali pakai dengan
menggunakan tas belanja yang dapat dipakai berkali-kali. Kita lebih hemat dan
memaksimalkan nilai guna dari sebuah benda. Selain itu kita juga mengurangi resiko
kematian hewan di laut yang telah banyak jadi korban kantong plastik sekali pakai itu.

2. Kurangi Penggunaan Sedotan


Penggunaan sedotan plastik juga masih menjadi kebiasaan kita. Sedotan itu hanya bisa sekali
dipakai lalu dibuang. Memang sangat nikmat jika kita melepas dahaga setelah seharian
berpuasa diterpa terik matahari. Namun dibalik kenikmatan itu, ternyata banyak hewan yang
terluka akibat sedotan plastik seperti dalam foto seekor kura-kura yang tertusuk sedotan di
hidungnya.

Sedotan plastic telah banyak dikritik oleh dunia. Kita harus beralih ke sedotan baja yang
ekologis dan dapat berkali-kali dipakai. Dengan demikian, kita akan terhindar pula dari sikap
pemubadziran barang. Jadikan Ramadhan ini sebagai moment untuk hijrah ke sikap hidup
ekologis.

3. Kurangi Produk Makanan Berbungkus Saset


Sebuah foto di media sosial memperlihatkan seeokor burung, kura-kura, dan ikan paus mati
akibat banyaknya plastik saset makanan di perutnya. Hewan-hewan itu mengira benda-benda
yang memikat pandangan adalah makanan.

Selain itu, hewan seperti ikan paus yang memakan plankton dan ikan kecil dengan membuka
lebar-lebar mulutnya akan sekaligus menelan ribuan plastik yang melayang-layang di laut.
Ikan paus itu tentu tidak dapat menghindari sampah saset makanan yang bertebaran.
Salah satu prinsip Islam yang menjadi qaidah fiqh adalah sabda Nabi Muhammad "la dharara
wala dhirara" yang berarti tidak ada bahaya dan tidak membahayakan. Penggunaan saset
makanan itu tentu membahayakan bagi kehidupan hewan.

Sebab itu mulailah kurangi "jajan" makanan berbungkus saset. Lebih enak jika kita membuat
aneka camilan dan kue sendiri. Selain lebih sehat, hal itu akan merekatkan keluarga di
moment Ramadhan. Tentu lebih seru jika menjelang buka, satu keluarga bersama-sama
membuat kue dan camilan sendiri untuk waktu berkumpul.

4. Gunakan Botol Minuman Sendiri


Salah satu penghasil terbanyak sampah plastik lainnya adalah botol plastik minuman
kemasan. Memang sangat praktis ketika kita berpergian tidak susah memperoleh air untuk
berbuka puasa. Namun, menyapkan bekal air di botol sendiri juga tidak menyita waktu
banyak.

Kita juga dapat mencegah kerusakan alam dengan menyisihkan beberapa menit kita untuk
mengisi air ke dalam botol sebelum berangkat kerja atau belajar. Lebih nikmat lagi jika kita
membuat teh hangat di rumah. Selain menghangatkan dahaga, hati pun juga akan hangat
dengan secangkir teh bersama keluarga.

5. Daur Ulang Sampah Plastik


Cara ini sudah mulai banyak diterapkan oleh berbagai kelompok masyarakat di daerah-
daerah. Namun disbanding dengan jumlah sampah plastik yang membanjir setiap hari, maka
dibutuhkan banyak orang yang menanganinya. Jika di lingkungan kita belum mengadakan
konsep daur ulang sampah plastik, kita dapat melakukan dakwah ekologis di Ramadhan ini.

Ajaklah warga atau teman di sekitar untuk bersama-sama mendaur ulang sampah plastik
sekaligus memberikan penyadaran perintah agama untuk merawat alam. Dakwah ekologi itu
akan menjadi amal jariah yang berkali lipat di bulan Ramadhan dan akan terus mengalir dan
bertambah sepanjang banyaknya orang yang mengikuti ajakan EcoRamadhan itu.

April 09, 2020


Peningkatan Sampah Saat Wabah dan Para Petugasnya yang Rentan

Sampah rumah tangga meningkat di Jakarta di tengah krisis corona antara lain karena
pemakaian masker dan tisu basah.

by Siti Parhani, Reporter


Lifestyle
Share:

Selain sampah medis yang sudah tentu mengalami lonjakan selama penanganan wabah virus
corona (COVID-19), sampah rumah tangga tak kalah mengalami peningkatan. Hal ini
dirasakan Lilik, 55, ibu rumah tangga yang tinggal di Jakarta Barat dengan lima anggota
keluarga di rumahnya. Ia mengatakan sejak pandemi, jumlah sampah di rumahnya meningkat
dua kali lipat, karena lebih sering memasak untuk kebutuhan anak cucu, serta memakai
masker sekali buang, tisu basah, serta hand sanitizer.

“Dulu enggak ada kebutuhan kayak tisu basah sama masker, tapi sekarang kan wajib ya,” ujar
Lilik kepada Magdalene (8/3).

Peningkatan volume sampah rumah tangga turut dirasakan oleh aktivis lingkungan hidup dari
Komunitas Tjiliwoeng, Suparno Jumar. Ia mengatakan, volume sampah sudah dipastikan
meningkat di lingkungannya, karena orang-orang yang dulunya menyebar kini hanya berdiam
diri di satu tempat.

“Sehingga sampah yang dihasilkan hanya di satu tempat, yaitu pemukiman,” ujarnya.

Meski adanya peningkatan sampah di level rumah tangga terasa naik, secara statistik
keseluruhan volume sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang
justru menurun. Hal ini dikarenakan penghasil sampah terbesar terutama dari sumber
komersial, seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan tempat wisata berhenti
beroprasi untuk sementara waktu.

Yogi Ikhwan, Humas Dinas Lingkungan Hidup Jakarta mengatakan, ada penurunan tonase
atau berat sampah sebesar rata-rata 620 ton per hari. Data tersebut didapat setelah adanya
pemantauan harian dari periode 1-15 Maret 2020 sebelum imbauan pembatasan sosial,
dibandingkan dengan tonase sampah setelah adanya imbauan. Berat sampah per hari rata-rata
biasanya sekitar 9.300 ton, ujar Yogi.
“Jadinya sampah rumah tangga bisa meningkat, tapi data dari pusat menurun karena sampah
dari sektor komersial berkurang,” ia menambahkan.

Petugas sampah yang rentan

Walaupun volume sampah secara total di pusat pembuangan berhasil ditekan, penanganan di
level rumah tangga selama pandemi ini tak kalah krusial dibanding penanganan limbah
medis. Adanya jenis sampah rumah tangga tambahan seperti masker, disinfektan, hand
sanitizer, dan alat proteksi diri lainnya menjadikan penanganan sampah rumah tangga tak
bisa lagi menggunakan alur yang sama dengan hari-hari sebelum pandemi.

Kandungan bahan kimia berbahaya yang masih menempel pada sampah ataupun masker-
masker bekas pakai yang seharusnya tidak sembarangan disentuh membuat para petugas
sampah harian rentan terpapar COVID-19.

Baca juga: 5 Cara Bantu Selesaikan Masalah Krisis Iklim dari Rumah

Direktur Pengolahan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal


Tahar mengatakan, sudah ada aturan resmi berupa surat edaran dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah yang memuat Standard Operating Procedure (SOP) terkait penanganan
sampah rumah tangga.

Dalam SOP-nya, seluruh petugas kebersihan atau pengangkut sampah rumah tangga wajib
dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) khususnya masker, sarung tangan dan safety
shoes yang setiap hari harus disucikan dari hama. Selain itu seharusnya pemerintah daerah
menyiapkan sampah/drop box khusus masker di ruang publik, sehingga orang tidak lagi
mencampurkan sampah masker bekas pakai dengan sampah lainnya.

“Ada sekitar 10.000 petugas kebersihan yang beroperasi untuk mengambil sampah, sekarang
masih dalam kondisi sehat, belum ada laporan penularan,” ujar Novrizal.

Setelah SE ini diterbitkan 16 Maret 2020 lalu, pemakaian APD bagi para petugas
pengambilan sampah nyatanya belum terealisasi secara merata, masih banyak petugas yang
mengambil sampah tanpa menggunakan masker dan sarung tangan. Menurut Novrizal, hal
tersebut terjadi selain karena pemahaman akan bahayanya penularan yang masih kurang, juga
diperparah dengan sebagian besar daerah yang belum siap dengan aturan tersebut, terlebih
bila menyangkut masalah anggaran.

“Pengelolaan sampah itu tanggung jawab daerah, sedangkan anggaran sendiri sudah habis
untuk menggaji petugas dan kebutuhan rumah tangga pengelola, sehingga banyak daerah
yang memang belum siap,” ujarnya.

Menyadari keterbatasan pemerintah daerah dalam menangani keamanan para petugas


sampah, banyak pihak yang turut membantu penggalangan dana penyediaan APD. Bijaksana
Junerosano, pendiri Greenetion Foundation dan Waste4Change, yang merupakan organisasi
nonprofit berfokus pada isu lingkungan dan sampah, adalah salah satunya.

Gerakan Waste4Change sendiri menggalang dana yang nantinya akan disalurkan kepada
pemulung serta petugas sampah. Menurut Bijaksana, mereka yang jadi pihak rentan tapi
terkadang luput dari perhatian seperti pemulung dan petugas sampah sudah seharusnya
mendapat pengamanan yang mumpuni.

“Tantangannya tentu saja memberi pemahaman ke mereka supaya mau pakai APD. Tapi
memberi pemahaman tanpa adanya fasilitas juga percuma, jadi kita usaha kasih fasilitas
dulu,” ujar Bijaksana dalam konferensi pers #IndonesiaLawanCorona lewat Zoom.

Aturan memilah sampah

Orang Indonesia bukan yang paling disiplin dalam hal sampah. Ketika terjadi krisis karena
pandemi seperti sekarang ini, permasalahan sampah semakin disepelekan. Masker bekas
pakai tak jarang dibiarkan tergeletak di jalanan, atau bahkan dibuang seenaknya ke tempat
sampah biasa. Kesadaran akan perlunya perlakukan khusus dalam penanganan sampah
harusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas sampah tetapi semua kalangan tanpa
terkecuali.

Baca juga: Produk-produk Unik Ramah Lingkungan yang Harus Kamu Coba

Dalam SE yang diterbitkan KLHK, publik dihimbau untuk turut mengelola sampah bekas
perlindungan diri seperti masker dengan cara merobek, memotong, atau menggunting masker
bekas pakai, lalu dikemas rapi sebelum di buang ke tempat sampah. Cara-cara semacam itu
bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan masker oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.

Untuk mengurangi pertambahan volume sampah rumah tangga, Novrizal mendorong


masyarakat menggunakan masker kain guna ulang yang bisa dicuci, dan menghindari
penggunaan disposable mask (masker sekali pakai). Sedangkan untuk mengurangi sampah
plastik, kantong belanja dan penggunaan tumbler harus mulai diterapkan, ujarnya.

Sementara itu, Humas DLH Yogi Ikhwan mengatakan, jika saat pandemi seperti ini prinsip
pemilihan dan pengelolaan sampah yang sejak tahun lalu dikampanyekan oleh pihaknya
sebaiknya diterapkan kembali agar mampu membantu para petugas sampah. Kampanye yang
ia maksud adalah Samtama, atau program sampah tanggung jawab bersama, yang
mengadvokasi aktivitas kurangi sampah, pilah, dan olah sampah.

Tiga strategi pengurangan sampah yang bisa dilakukan masyarakat adalah pertama, memilah
produk yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan membawa Kantong Belanja Ramah
lingkungan (KBRL) saat berbelanja.

Kedua, sisa barang tidak buru-buru dibuang ke tempat sampah; bisa dengan tidak makan
berlebihan dan bisa menyumbangkan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Ketiga,
disiplin memilah sampah di mulai dari rumah, misalnya sampah organik masuk ke komposer,
sampah anorganik yang dapat didaur ulang dikumpulkan sementara.

Kepala Divisi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Indonesian Center for Environmental


Law (ICEL)  Fajri Fadhillah mengatakan, penting untuk mengatur regulasi yang mendorong
masyarakat untuk mengolah sampah, bukan hanya sekedar kampanye biasa. Berkaca pada
data yang memperlihatkan bahwa 60 persen sampah rumah tangga merupakan sampah
organik, Fajri pun mendukung jika alur regulasi tentang pengolahan sampah ini dijadikan
aturan tertulis, sehingga jika tidak dilaksanakan akan ada konsekuensi yang diterima
masyarakat.

“Penting untuk memikirkan caranya biar di level rumah tangga pemilahan sampah di
sumbernya memang dilaksanakan. Adanya konsekuensi itu akan berguna baik dalam keadaan
normal maupun lagi krisis kayak sekarang ini,” ujarnya.

Inisiatif Pengelolaan Sampah Perusahaan Swasta Terhadap Produk


Kemasan
Diposting pada 3 September 2019

0 Comments

Reading time: 3 menit

Inisiatif Pengelolaan Sampah Perusahaan Swasta Terhadap Produk Kemasan. Foto: Tetra Pak
Indonesia

Jakarta (Greeners) – Sebagai perusahaan swasta yang memiliki niat bertanggung jawab atas
produk kemasan yang dihasilkan, Tetra Pak Indonesia, perusahaan pemrosesan dan
pengemasan makanan dan minuman, mengumumkan komitmennya untuk menerapkan
prinsip circular economy melalui peta jalan untuk meningkatkan daur ulang kemasan karton
bekas minuman hingga 24% pada tahun 2020.

Komitmen tersebut pun diapresiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) di mana sebagai produsen minuman, Tetra Pak Indonesia sebagai perusahaan
pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman telah melakukan daur ulang produknya
di tahun 2018 mencapai 10.338 ton.
Direktorat Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK, melalui Novrizal Tahar Direktur
Pengelolaan Sampah mengatakan apa yang dilakukan oleh Tetra Pak Indonesia ini patut
untuk diapresiasi di mana sebuah perusahaan kemasan air minum sudah bisa mendaur ulang
sampahnya sendiri kurang lebih sebesar 10 ribu ton, apalagi mempunyai peta jalan yang
cukup jelas.

BACA JUGA : Presiden Jokowi Tegaskan Pengawasan Ketat Terhadap Impor Sampah
Ke Indonesia

“Sesuai dengan perencanaan regulasi EPR (Extended Producer Responsibility) yang sebentar
lagi akan selesai, di mana kemasan dari para perusahaan swasta ini mudah untuk di daur
ulang atau terurai di TPA dengan sempurna. Apa yang dilakukan Tetra Pak ini kita apresiasi.
Diharapkan perusahaan lainnya juga bisa menerapkan daur ulang kemasannya dengan baik”
ujar Novrizal Tahar kepada Greeners, Senin (02/09/2019).

Sementara itu, Reza Adreanto, Environment Manager of Tetra Pak Indonesia mengatakan
dari hampir 50 ribu ton kemasan karton bekas minuman yang ada di masyarakat setiap
tahunnya, Tetra Pak berhasil mendaur ulang sebanyak 10.338 itu di tahun 2018, dan tentunya
jumlah ini akan terus ditingkatkan sejalan dengan target peta jalan.

Kiri ke Kanan : Reza Andreanto (Tetra Pak Indonesia), Yanto (Leo Graha), Mignonne M.
Akiyama (Daur Esia). Foto : Tetra Pak Indonesia

“Misalnya, pada 2019 ini saja kami berharap peningkatan daur ulang mencapai 22,5% dan
pada tahun 2020 kita mencanangkan target tingkat daur ulang sebesar 24% dan lebih dari
13.000 ton kemasan karton bekas yang akan terdaur ulang.” ujar Reza saat diskusi media di
Greenhouse Cowork.

Reza mengatakan kesuksesan Tetra Pak dalam meningkatkan kapasitas daur ulang tidak
terlepas dari kolaborasi jangka panjang dengan para mitra seperti pengumpul sampah,
pendaur ulang, pelanggan, masyarakat, pemerintah, komunitas, bank sampah, dan pemangku
kepentingan lainnya. Jadi, tidak hanya mengurangi dampak terhadap lingkungan, komitmen
ini juga memberikan nilai ekonomis bagi para mitra usaha daur ulang.

“Untuk produk hasil daur ulang dari karton kemasan bekas minuman ini bisa dijadikan kertas
diproduksi oleh Daur Esia dan atap gelombang yang diproduksi oleh Leo Graha. Untuk
inovasi lainnya, kemasan karton bekas minuman ini bisa masuk ke industri plastik yang
bahan dasarnya yakni polimer aluminium. Bisa dijadikan ember, gayung, dan pot. Artinya
sifatnya yang dihancurkan,dicairkan, dibekukan, dan dicetak,” jelasnya.

BACA JUGA : Tanggapi Aksi Ecoton, Kedubes Amerika Sesali Pengiriman Sampah
Ilegal

Reza mengatakan jika melihat jumlah tingkatan daur ulang yang dicapai oleh Tetra Pak ini
masih kecil, jika dibandingkan negara-negara Eropa yang memiliki tingkat daur ulang
mencapai di atas 45%, Amerika 25-30%.

Mendukung target peningkatan proses daur ulang ini, Mignonne N.B. Maramis selaku mitra
produksi Daur Esia menyampaikan jika Daur Esia juga menerapkan gaya hidup hijau melalui
kreativitas, serta menyampaikan kepedulian lingkungan kepada masyarakat.

“Kolaborasi dengan Tetra Pak sejalan dengan misi kami di Daur Esia dalam menanamkan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Serat kertas berkualitas baik dari hasil daur
ulang kemasan Tetra Pak, kami olah menjadi berbagai karya kreatif berwawasan lingkungan
yang memberikan nilai tambah bagi kami selaku pelaku bisnis,” pungkas Mignonne.

Penulis: Dewi Purningsih

Sampahku adalah tanggung jawabku

kebersihan adalah investasi

Anda mungkin juga menyukai