Anda di halaman 1dari 2

Apa yang Allah Ajarkan dengan Musibah Corona?

Hidayatullah.com | Setiap kejadian ada hikmah yang bisa diambil. Apakah itu
kejadian besar atau kecil. Umat Islam adalah umat yang bertauhid. Umat yang
mengesakan Allah. Tauhid (‫ )توحيد‬yang bentuknya masdar dari fi’il madhinya
wahhada (wahhada) bermakna mengesakan, “menjadikan esa atau tunggal”.

Sehingga, mereka tidak fokus pada makhluq yang nampak di alam ini. Mereka tidak
melihat Si A punya kekuatan, Si B punya kekuatan, Si C punya kekuatan dst. Ada
orang meninggal tabrakan, meninggal terkena sihir bahkan banyak orang saat ini
meninggal karena corona tidak merisaukan hatinya. Sebab dia meyakini yang punya
kekuatan hanyalah Allah, begitupula yang menghidupkan dan mematikan Allah
semata, tiada sekutu baginya.

Tauhid ini didapat apabila tidak syirik. Apabila sudah benar-benar meyakini hanya
Allah zat yang punya kekuatan, menghidupkan dan mematikan. Makhluk tidak
mempunyai pengaruh (atsar) tapi Allah-lah sang pencipta yang mempunyai pengaruh
(mu’attsir). Tauhid inilah yang akan melahirkan akhlak akhlak yang terpuji
sebagaimana para sahabat. Seperti, sabar, ikhlas, tawakkal, syukur, cinta, ridha dst.
Mau marah kepada siapa jikalau hatinya sudah diliputi rasa cinta, ridha dan
mengetahui (makrifat) bahwa semua dari kekasih yang dicintainya.

Setidaknya ada 10 hal yang Allah ajarkan dengan corona pada umat saat ini :

Pertama, mudah bagi Allah, dengan mengirimkan satu tentara saja yang (makhluq
Allah kasat mata) tidak kelihatan mampu mengguncang dunia. Mulai yang
mempunyai kedudukan tertinggi sampai terendah tidak mampu mengatasi. Presiden,
ilmuwan dan para hartawan mengerahkan segala upayanya. Harta, tahta dan
kecerdasan sudah dimaksimalkan mengatasinya, namun tidak mampu. Kemana
engkau bersandar dan meminta tolong?

Kedua, mudah bagi Allah mengembalikan kestabilan dunia sebagaimana dilansir


banyak peneliti. Di mana banyak kerusakan oleh ulah tangan manusia baik di darat
dan lautan. Pada 8 Maret lalu seperti dikutip dari kompas.com, peneliti sumber daya
lingkungan dari Standford University, Marshall Burke melakukan beberapa
perhitungan baik tentang penurunan polusi udara baru-baru ini di beberapa wilayah di
China.

Peneliti ini kemudian mencoba menghitung pengurangan polusi selama dua bulan.
Hasilnya, mungkin saja pengurangan polusi ini telah menyelamatkan nyawa 4.000
anak di bawah 5 dan 73.000 orang dewasa di atas 70 di China. Itu secara signifikan
lebih dari jumlah kematian global saat ini dari virus corona.

Ketiga, syariat yang satu berkaitan dengan syariat lain. Syariat penanggulangan
wabah ala Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga dilaksanakan di zaman Sayyidina
Umar dapat berjalan mulus karena adanya tanggungjawab pemenuhan kebutuhan
pokok. Kalau tidak, maka hanya teori belaka.

Keempat, adanya wabah corona menunjukkan bahwa alam ada yang menciptakan,
mengatur dan memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan. Corona hanya salah
satu perantara kematian, banyak orang terkena corona juga sembuh dan banyak orang
yang tidak terdampak corona juga meninggal dunia. Jadi, orang meninggal karena
telah sampainya ajal.

Kelima, adanya wabah corona menunjukkan manusia lemah. Makhluk kecil saja tak
mampu mereka taklukkan. Dilarangnya rasa sombong dan merasa besar.

Keenam, banyak kemungkaran, kedzaliman dan ketidakadilan di dunia ini, tapi umat
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tidak adzab sebagaimana kaum terdahulu. Sebab
umat ini punya syariat dan hukuman bagi pelanggarnya. Namun saat ummat abai,
Allah sendiri yang akan menghukumnya.

Ketujuh, Allah yang menjaga agama dan mengatur dunia ini. Jika seseorang tidak
mampu atau malah berbuat kerusakan sebagai khalifah di bumi, maka Allah ganti
yang lebih baik.

( ‫) َوإِن تَتَ َولَّ ۡو ۟ا یَ ۡست َۡب ِد ۡل قَ ۡو ًما غ َۡی َر ُكمۡ ثُ َّم اَل یَ ُكونُ ۤو ۟ا أَمۡ ثَ ٰـلَ ُكم‬

“Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu)
dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini).” [Surat
Muhammad: 38]

Kedelapan, Allah perintahkan makan yang halal. Inilah awal mula dugaan terjadinya
wabah kali ini. Sembarang hewan dimakan tanpa memperdulikan haram dan halal.
Padahal Al-Qur’an bukan hanya petunjuk bagi orang bertaqwa (Al-Baqarah ayat 2)
tapi juga petunjuk bagi manusia secara umum (Surat al-Baqarah ayat 185).

Kesembilan, Allah tampakkan syari’at menutup aurat, cuci tangan, wudhu, tidak
jabat tangan non-mahram dst, meskipun mungkin saat ini dilakukan berdasarkan asas
manfaat.

Sepuluh, Allah syari’atkan dakwah atas kemaksiatan karena kemaksiatan itu


mengundang bencana yang akan menimpa juga orang-orang beriman, sebagaimana di
surah al anfal ayat 25. Syaikh Umar Hasyim, Amirul Mu’minin Fil Hadits, Mesir juga
menyatakan :

‫لم ينزل البالء اال بالذنوبة ولم يكشف الوباء اال بالتوبة‬

“Tidaklah turun bencana kecuali karena dosa dan tidaklah diangkat wabah kecuali
dengan taubat.”

Wal akhir, husnudzonlah pada Allah. Dzat yang menciptakan, memberi rezeki dan
mengatur alam ini. Yakinlah yang ada di sisi Allah hanya kebaikan. Baik dan buruk
kejadian hanya dalam sudut pandang manusia yang terbatas, berpatokan manfaat atau
tidak terhadap dirinya secara akal. Padahal, makhluk Allah bukan hanya manusia.*

Anda mungkin juga menyukai