Anda di halaman 1dari 8

Nama : Fajar Kurniawan Pratama

NIM : 41204720118011

Mata Kuliah : Kimia Elektroanalisis

Jenis – Jenis Korosi


A. Pengertian Korosi

Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan lingkungannya. Korosi atau
pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan
sekitarnya.

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan
sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek
elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron
(katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-
atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut.
Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap
elektron-elektron yang tertinggal pada logam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi antara lain sebagai berikut:
 Jenis dan konsentrasi elektrolit
 Adanya oksigen terlarut pada elektrolit
 Temperatur tinggi
 Kecepatan gerakan elektrolit
Pitting dan crevice corrosion terjadi pada elektrolit yang tidak mengalir.
 Jenis logam/paduan
 Adanya galvanic cell
 Adanya tegangan (tarik)
B. Jenis – jenis Korosi
1. Uniform attack ( korosi seragam )
Korosi Seragam adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena
pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin menipis. Biasanya
ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara
Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.

2. Korosi Erosi
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang disebabkan aliran fluida
yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film pelindung. Korosi dapat
pula terjadi pada permukaan yang bergerak cepat sementara fluida disekitarnya mengandung
partikel-partikel padat. Korosi erosi terbentuk ketika logam terserang akibat gerak relative antara
elektroit dan permukaan logam. Korosi ini terutama di akibatkan oleh efek-efek mekanik seperti
pengausan, abrasi dan gesekan. Logam-logam lunak sangat mudah terkena korosi jenis ini,
misalnya, tembaga, kuningan, aluminium murni dan timbal. Pada stainless steel, paduan nikel dan
titanium biasanya lebih tahan akan korosi, karena mereka ulet dan tahan lama pasif film. Logam
yang mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam.
Gambar 2 Sebuah Blade Akibat Korosi Erosi
Proses terjadinya korosi secara umum adalah melalui beberapa tahap berikut :
1. Pada tahap pertama terjadi serangan oleh gelembung udara yang menempel di permukaan
lapisan pelindung logam, karena adanya aliran turbulen yang melintas di atas permukaan
logam tersebut.
2. Pada tahap kedua gelembung udara tersebut mengikis dan merusak lapisan peindung.
3. Pada tahap ketiga, laju korosi semakin meningkat, karena lapisan pelindung telah hilang.
Logam yang berada di bawah lapisan pelindung mulai terkorosi, sehingga membentuk
cekungan, kemudian terjadi pembentukan kembali lapisan pelindung dan logam, menjadi tidak
rata. Bila aliran terus mengalir, maka akan terjadi serangan kembali oleh gelembung udara
yang terbawa aliran. Serangan ini akan mengikis dan merusak lapisan pelindung yang baru
saja terbentuk, rusaknya lapisan pelindung tersebut akan mengakibatkan serangan lebih lanjut
pada logam yang lebih dalam sampai membentuk cekungan.

Gambar 3 Mekanisme Korosi Erosi


3. Pitting corrosion ( korosi sumur )
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau
area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling
merusak dari korosi, karena sulit terlihat kerusakaanya jika tanpa alat bantu. Mekanisme Korosi
Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang
mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif
(oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur
perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di
lokasi anodik (pusat tetesan air).

(Gambar 5. Contoh pitting corrotion) (Gambar 4. Mekanisme pitting


corrosion)
4. Galvanis Corrosion (Korosi Galvanis )
Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam
yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.

(Gambar 6. Korosi Galvanic pada Sambungan Baut)


Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam
metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron
mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya
metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion
positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.
Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur
karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

(Gambar 7. Mekanisme
Korosi Galvanis)

5. Stress Corrosion (Korosi Tegangan )

(Gambar 8. Korosi SCC pada sebuah logam)


Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan dari
bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan
bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk intercrystalline atau
transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau
tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan
rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan.
Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap
larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

(Gambar 9. Mekanisme korosi

6. Intergranular Corrosion
Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi
interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis
korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular
stress corrosion cracking".

(Gambar 10. Korosi batas butir pada pipa)


Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam
komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada
batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui
dan diterima dalam korosi intergranular.

(Gambar 11. Mekanisme korosi batas


butir)

7. Transgranular Corrosion
Transgranullar adalah korosi yang terjadi memotong butir. Sebenernya ini bukanlah bagian
dari jenis korosi, namun lebih kepada morphologhy crack karena jenis korosi yang lain.
Identifikasi terhadap trangranular dapat dilihat dengan terjadinya patah getas.

Gambar 12. Korosi Transgranular

8. Fatigue Corrosion ( korosi lelah )

Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus berulang sehingga
smakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya
terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal.
Gambar 13. Korosi Fatigue

Anda mungkin juga menyukai