Anda di halaman 1dari 7

Secara tektonik rernbasan minyak didapatkan dalam cekungan sedimen

dengan struktur yang kandungan minyaknya telah tererosikan atau telah


dihancurkan sehingga lapisan minyak tersebut keluar pada permukaan,
pada pinggiran cekungan atau juga pada jalur dengan ketidakselarasan
sarnpai ke permukaan. Rembesan ini terutama didapatkan dalam cekungan
sedimen yang mempunyai suatu jalur mobil pada salah satu sisinya,
misalnya saja di geosinklin Mesopotamia (di Timur Tengah) dan Venezuela.
Di sini rembesan keluar sepanjang ketidakselarasan, atau karena
pematahan yang mengakibatkan kebocoran reservoir sarnpai ke permukaan,
ataupun di tempat yang lapisan reservoirnya tererosi. Di bagian yang
lebih landai dari cekungan tersebut, juga didapatkan rembesan. Sebagai
contoh misalnya, pasir-ter di Athabasca di Canada dan juga di Venezuela.
Tetapi pada umumnya bagian yang lebih landai daripada cekungan
tidak terlalu banyak menghasilkan rembesan.
Pengaruh rembesan terhadap cadangan minyak yang bocor, mengakibatkan
pengurangan cadangan itu. Di berbagai tempat dengan kebocoran yang
besar, struktur reservoir minyaknya sendiri bahkan menjadi kosong.
Rembesan seperti itu biasanya banyak didapatkan di lapisan muda yang terlipat,
terpatahkan dan tererosi pada pinggiran cekungan.
Rembasan didefinisikan sebagai tempat pemunculan gas dan cairan hidrokarbon
pada permukaan bumi, yang dapat diamati. Rembesan ini haruslah
dipisahkan dengan didapatkannya minyak dalam skala mikroskopis yang
hanya bisa ditemukan dengan metoda geokimia dan dengan sendirinya
tidak dapat disebut sebagai suatu rembesan. Seringkali keluarnya
minyak dari rembesan diikuti dengan gas dan biasanya berasosiasi
dengan air asin.

Saat ini minyak adalah sumber energi utama yang paling cepat berkembang di
dunia. Eksplorasi, produksi, impor minyak mentah lainnya telah diliberalisasi.
Total konsumsi energi pada tahun 2001 adalah 39% minyak, 23% gas alam, 24%
batubara, 6% nuklir dan 8% lainnya. Cadangan minyak dunia, tidak termasuk
minyak konvensional sekitar satu triliun barel. Konsumsi minyak pada tahun 2000
diperkirakan sekitar 28 miliar barel. Sekitar 730 miliar barel minyak diperlukan
sepanjang tahun 2000- 2020. Jumlah cadangan minyak hanya bisa dipulihkan
selama ada ladang minyak baru yang ditemukan (IEA, 2001).
Dari data penghasialan minyak bagian timur tengah sebagai berikut

Konsumsi minyak dunia 2001


Potensi Minyak di Timur Tengah

Timur Tengah memiliki lebih dari setengah total cadangan minyak di seluruh
dunia, dan menjadi penentu pasar minyak dunia (BP, 2002). Cadangan terbesar
ada di Arab Saudi, yang memiliki sekitar 36% dari total cadangan minyak di
Timur Tengah, disusul Irak 16%, UAE 14%, Iran 13%, Kuwait 13%, Libya 4%,
Oman 1%, Qatar 1%, Yaman 1%, dan Aljazair 1% (BP, 1999). Cadangan minyak
Timur Tengah bisa dilihat dalam Tabel 2.

Cadangan minyak di Timur Tengah


Saudi memproduksi minyak mentah sekitar 10-10,5 juta barel per hari (IEA,
2004a). Jauh meningkat dari tahun 2003 yang memproduksi sekitar 8,7 juta per
hari. Sementara itu, OPEC memperkirakan Iran masih memiliki 100 miliar barel
cadangan minyak (IEA, 2001). Prospek produksi minyak Iran tergantung pada
akses keuangan dan teknologi modern.

Irak diperkirakan masih memiliki 115 miliar barel cadangan minyak, dan
mungkin saja jumlah ini meningkat. Masih ada daerah-daerah ‘perawan’ yang
belum dijelajahi. Sehingga, cadangan minyak Irak menempati posisi ketiga di
dunia (IEA, 2003a). Pada tahun 2003, produksi minyak Irak rata-rata 1,29 juta per
barel.

Jumlah produksi minyak tahun 2003


Pasar dan Perdagangan Minyak Timur Tengah

Timur Tengah adalah eksportir minyak yang paling penting. Saat ini, 60% dari
ekspor minyak Timur Tengah ditujukan untuk pasar Asia. Kawasan Timur
Tengah memasok sekitar 29% dari 3,4 miliar barel minyak mentah yang diimpor
oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 (Mobbs et al, 2001). Saudi yang
merupakan pemasok utama minyak mentah kepada AS, telah menyediakan sekitar
588 juta barel atau 17% dari impor minyak mentah AS pada tahun 2001.
Karenanya, Saudi bisa menentukan harga yang tinggi untuk minyak, misalnya
pada musim panas tahun 2000, harga minyak 30 dolar yang membuat Saudi
mampu memenuhi kebutuhan APBN, dan juga membayar sebagian utangnya.

Jika kita lihat APBN Saudi pada tahun 1999, negara ini tidak akan bisa bertahan
jika harga minyak lebih rendah dari 20 dolar per barel. Untuk membayar gaji
pegawai Saudi harus mengeluarkan 44 miliar dolar, belum lagi belanja militer.
Jika harga minyak 20 dolar per barel, maka jumlah ini hanya cukup untuk
memenuhi APBN dan menyisakan sedikit untuk membayar hutang (Chalabi,
2000).

Iran mengekspor minyak sekitar 2,6 juta barel per hari pada tahun 2002 (EIA,
2003a). Pelanggan utama minyak Iran adalah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan,
Taiwan, dan Eropa. APBN Iran pada tahun 2004/2005 didasarkan pada perkiraan
harga minyak sekitar 19,9 per barel. Kondisi ini sebanding dengan harga rata-rata
minyak mentah Iran pada tahun 2003 yang mencapai 26 dolar per barel, dan
perkiraan untuk tahun 2004 sekitar 30 dolar per barel. Defisit anggaran Iran
adalah masalah kronis, sebagian besar disebabkan karena Iran memberikan
subsidi sekitar 4,7 miliar untuk rakyatnya, termasuk untuk bahan pokok makanan
dan bensin. Pendapatan dari ekspor minyak yang meningkat dalam beberapa tahun
terakhir telah membantu memperbaiki kondisi ini. Iran mendapatkan peningkatan
keuntungan sekitar 900 juta dolar setiap kenaikan harga minyak 1 dolar per barel.
Kelebihan pendapatan Iran sebesar 15 miliar dolar dijadikan ‘dana stabilisasi
minyak’ (EIA, 2004b).

Produksi dan konsumsi minyak di Irak tahun 1980-2000


Pada tahun 2005, pemerintah Irak membuat program perluasan industri minyak,
agar bisa memproduksi minyak sebesar 3 juta barel per hari. Dengan biaya sekitar
30 miliar dolar, dan bekerjasama dengan perusahaan asing, Irak memproduksi
minyak lebih dari 3 juta barel per hari. Jika sanksi Irak dicabut, maka Irak mudah
untuk memproduksi minyak sebsar 10 juta barel per hari pada tahun 2010. Irak,
yang mengekspor 290 juta barel ke AS, berada di urutan keenam negara pemasok
minyak AS pada tahun 2001 (Mobbs wt al., 2001).

Impor minyak Timur Tengah ke Asia Pasifik


Impor Turki dari Saudi telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, yang
disebabkan karena meningkatnya produksi minyak Irak. Turki menandatangani
perjanjian untuk membeli minyak Irak sebanyak 75.000 barel per hari. Pelabuhan
Ceyhan Turki adalah gerbang utama masuknya minyak Irak. Pada tahun 2002,
175.667 ribu barel minyak diangkut dari Irak. Pada tahun 2004, AS mengucurkan
1,7 miliar dolar untuk rekonstruksi sektor minyak Irak, 809 juta dolar
direncanakan untuk konstruksi infrastruktur Irak, 501 juta dolar untuk impor
minyak sulingan, 323 juta dolar untuk perlengkapan lainnya, dan sekitar 68 juta
dolar untuk keamanan infrastruktur (EIA, 2004c).
Impor minyak Timur Tengah 2002
Kuwait mengekspor minyak sekitar 2 juta barel per hari pada tahun 2003. Pada
tahun 2004, ekspornya sekitar 1,9 juta barel. Sedangkan Qatar, pendapatan dari
ekspor minyaknya mencapai 8,5 miliar dolar. APBN Qatar pada tahun 2003/2004
didasarkan pada asumsi harga minyak senilai 17 dolar per barel, sekitar 11 dolar
di bawah harga yang sebenarnya. Qatar diperkirakan mengekspor minyak sebsar
47.000 barel per hari pada tahun 2004(EIA, 2004e). Uni Emirat Arab (UEA),
pendapatan dari ekspor minyaknya sekitar 24, 2 miliar dolar pad tahun 2003, naik
sebesar 29% dari total pendapatan pada tahun 2002.

Perspektif Masa Depan dan Emisi Karbondioksida


Permintaan minyak Timur Tengah meningkat sekitar 2,1 % per tahun. Sedangkan
kenaikan konsumsi di kawasan juga diperkirakan akan berdampak pada upaya
pengembangan gas alam. Badan Energi Internasional (EIA) meyakini bahwa
negara-negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sekitar 45
juta barel per hari untuk mencukupi kebutuhan. Menurut perkiraan EIA, dunia
akan sangat bergantung pada 5 negara penghasil minyak yaitu Iran, Irak, Kuwait,
Saudi, dan UEA, yang akan diminta untuk memproduksi dua kali lipat dari
kapasitas produksi minyak sehari-hari (Chalabi, 2000).

Emisi karbondioksida di Timur Tengah


Salah satu penyebab global warming adalah emisi karbon dioksida yang sangat
tinggi. Emisi ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Menurut struktur
kimianya, bahan bakar yang juga disebut hidrokarbon terdiri dari rantai atom
karbon dan hidrogen. Jika hidrokarbon ini dibakar dengan oksigen, maka akan
menghasilkan karbondioksida dan uap air. Tetapi jika pembakarannya tidak
sempurna maka akan dihasilkan juga karbonmonoksida yang sangat beracun.

Ada 15 negara di Timur Tengah yang berkontribusi besar bagi minyak dunia. Dari
konsumsi energi di kawasan itu, mereka hanya menghasilkan 5,8% karbon
dioksida. Timur Tengah, pernah sangat banyak menghasilkan karbondioksida
karena kebakaran di ladang minyak Kuwait yng mengakibatkan 130 Mt
karbondioksida memancar ke atmosfer. Negara penghasil emisi terbesar bahan
bakar minyak adalah Saudi (55,86 Mt).

Timur Tengah adalah pusat dari pasar minyak global, karena memiliki cadangan
minyak sekitar 65%. Saat ini, 60% dari ekspor minyak Timur Tengah ditujukan
untuk kawasan Asia. Timur Tengah juga menyediakan 29% dari total 3,4 miliar
barel minyak mentah yang diimpor AS pada tahun 2001. Bahkan, IEA meyakini
bahwa negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sejumlah 41
juta barel pada tahun 2010, dan pada tahun 2020 akan mencapai 45 juta barel per
hari (Chalabi, 2000).

Anda mungkin juga menyukai