Saat ini minyak adalah sumber energi utama yang paling cepat berkembang di
dunia. Eksplorasi, produksi, impor minyak mentah lainnya telah diliberalisasi.
Total konsumsi energi pada tahun 2001 adalah 39% minyak, 23% gas alam, 24%
batubara, 6% nuklir dan 8% lainnya. Cadangan minyak dunia, tidak termasuk
minyak konvensional sekitar satu triliun barel. Konsumsi minyak pada tahun 2000
diperkirakan sekitar 28 miliar barel. Sekitar 730 miliar barel minyak diperlukan
sepanjang tahun 2000- 2020. Jumlah cadangan minyak hanya bisa dipulihkan
selama ada ladang minyak baru yang ditemukan (IEA, 2001).
Dari data penghasialan minyak bagian timur tengah sebagai berikut
Timur Tengah memiliki lebih dari setengah total cadangan minyak di seluruh
dunia, dan menjadi penentu pasar minyak dunia (BP, 2002). Cadangan terbesar
ada di Arab Saudi, yang memiliki sekitar 36% dari total cadangan minyak di
Timur Tengah, disusul Irak 16%, UAE 14%, Iran 13%, Kuwait 13%, Libya 4%,
Oman 1%, Qatar 1%, Yaman 1%, dan Aljazair 1% (BP, 1999). Cadangan minyak
Timur Tengah bisa dilihat dalam Tabel 2.
Irak diperkirakan masih memiliki 115 miliar barel cadangan minyak, dan
mungkin saja jumlah ini meningkat. Masih ada daerah-daerah ‘perawan’ yang
belum dijelajahi. Sehingga, cadangan minyak Irak menempati posisi ketiga di
dunia (IEA, 2003a). Pada tahun 2003, produksi minyak Irak rata-rata 1,29 juta per
barel.
Timur Tengah adalah eksportir minyak yang paling penting. Saat ini, 60% dari
ekspor minyak Timur Tengah ditujukan untuk pasar Asia. Kawasan Timur
Tengah memasok sekitar 29% dari 3,4 miliar barel minyak mentah yang diimpor
oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 (Mobbs et al, 2001). Saudi yang
merupakan pemasok utama minyak mentah kepada AS, telah menyediakan sekitar
588 juta barel atau 17% dari impor minyak mentah AS pada tahun 2001.
Karenanya, Saudi bisa menentukan harga yang tinggi untuk minyak, misalnya
pada musim panas tahun 2000, harga minyak 30 dolar yang membuat Saudi
mampu memenuhi kebutuhan APBN, dan juga membayar sebagian utangnya.
Jika kita lihat APBN Saudi pada tahun 1999, negara ini tidak akan bisa bertahan
jika harga minyak lebih rendah dari 20 dolar per barel. Untuk membayar gaji
pegawai Saudi harus mengeluarkan 44 miliar dolar, belum lagi belanja militer.
Jika harga minyak 20 dolar per barel, maka jumlah ini hanya cukup untuk
memenuhi APBN dan menyisakan sedikit untuk membayar hutang (Chalabi,
2000).
Iran mengekspor minyak sekitar 2,6 juta barel per hari pada tahun 2002 (EIA,
2003a). Pelanggan utama minyak Iran adalah Jepang, Tiongkok, Korea Selatan,
Taiwan, dan Eropa. APBN Iran pada tahun 2004/2005 didasarkan pada perkiraan
harga minyak sekitar 19,9 per barel. Kondisi ini sebanding dengan harga rata-rata
minyak mentah Iran pada tahun 2003 yang mencapai 26 dolar per barel, dan
perkiraan untuk tahun 2004 sekitar 30 dolar per barel. Defisit anggaran Iran
adalah masalah kronis, sebagian besar disebabkan karena Iran memberikan
subsidi sekitar 4,7 miliar untuk rakyatnya, termasuk untuk bahan pokok makanan
dan bensin. Pendapatan dari ekspor minyak yang meningkat dalam beberapa tahun
terakhir telah membantu memperbaiki kondisi ini. Iran mendapatkan peningkatan
keuntungan sekitar 900 juta dolar setiap kenaikan harga minyak 1 dolar per barel.
Kelebihan pendapatan Iran sebesar 15 miliar dolar dijadikan ‘dana stabilisasi
minyak’ (EIA, 2004b).
Ada 15 negara di Timur Tengah yang berkontribusi besar bagi minyak dunia. Dari
konsumsi energi di kawasan itu, mereka hanya menghasilkan 5,8% karbon
dioksida. Timur Tengah, pernah sangat banyak menghasilkan karbondioksida
karena kebakaran di ladang minyak Kuwait yng mengakibatkan 130 Mt
karbondioksida memancar ke atmosfer. Negara penghasil emisi terbesar bahan
bakar minyak adalah Saudi (55,86 Mt).
Timur Tengah adalah pusat dari pasar minyak global, karena memiliki cadangan
minyak sekitar 65%. Saat ini, 60% dari ekspor minyak Timur Tengah ditujukan
untuk kawasan Asia. Timur Tengah juga menyediakan 29% dari total 3,4 miliar
barel minyak mentah yang diimpor AS pada tahun 2001. Bahkan, IEA meyakini
bahwa negara penghasil minyak di Teluk akan memproduksi minyak sejumlah 41
juta barel pada tahun 2010, dan pada tahun 2020 akan mencapai 45 juta barel per
hari (Chalabi, 2000).