Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Tujuan utama pendidikan prasekolah adalah membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar (Puskur, 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi
pendidikan pra sekolah, yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak
didik memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain bertujuan
dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah
sesungguhnya juga berperan penting untuk mengembangkan kesiapan anak didik dalam
memasuki pendidikan sekolah dasar.Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Wylie (1998)
menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah memperlihatkan
prestasi belajar yang lebih baik di sekolah dasar dibandingkan dengan murid-murid yang
tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah.
Menurut Wylie (1998), beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa murid-murid
mendapatkan manfaat yang lebih besar bila pendidikan pra-sekolah itu sudah dimulai
sebelum umur tiga tahun (umur dimulainya pendidikan pra-sekolah di kebanyakan negara).
Sebagaimana juga ditunjukkan oleh hasil penelitian mutakhir di Selandia Baru, bahwa anak-
anak yang mengalami paling tidak tiga tahun pendidikan pra-sekolah memperlihatkan skor
yang lebih tinggi pada tes kompetensi dibanding sebayanya pada usia 10 tahun (Wylie dan
Thompson, 2003). Secara umum, menurut Stipek dan Ogawa (Kagan dan Hallmark, 2001),
program-program pra-sekolah ditemukan memberikan manfaat jangka pendek maupun
jangka panjang, seperti prestasi akademik yang lebih tinggi, angka tinggal kelas yang lebih
rendah, angka kelulusan yang lebih tinggi, dan angka kenakalan yang lebih rendah dikelak
kemudian hari. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa, sesungguhnya selain berfungsi untuk menstimulasi dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah juga memiliki pengaruh
yang cukup besar terhadap kesiapan anak dalam memasuki jenjang pendidikan sekolah dasa.

B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana  perkembangan jasmani dan psiko-motorik anak usia pra sekolah usia 1-5
tahun ?
1
2. Bagaimana emansipasi anak usia pra sekolah dan anak sekolah karena pendidikan
formal ?
3. Bagaimana perkembangan sosial dan kepribadian anak usia pra sekolah 1-5 tahun ?
4. Bagaimana perkembangan kognitif  pada anak usia pra sekolah dan anak sekolah 1-5
tahun?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
 Mengetahui perkembangan jasmani dan psiko-motorik anak usia pra sekolah dan
sekolah.
 Mengetahui emansipasi anak usia pra sekolah dan sekolah karena pendidikan formal
 Mengetahui perkembangan sosial dan kepribadian anak usia pra sekolah dan sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perkembangan Jasmani dan Psiko-Motorik Balita 1-5 tahun


Sampai dengan Gestaltwandel pertama(zaller, 1952: Hetzer, 1961) sekitar umur 6 tahun
terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian
bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relative besar dan ada gigi susu.
Sesudah Gestaltwandel pertama bila anak sudah mencapai bentuk orang dewasa daripada
misalnya anak umur 2 tahun. Bertambahnya berat badan sebagian besar merupakan akibat
bertambahnya jaringan urat daging. Dalam keseluruhannya maka keadaan jasmani anak
menjadi lebih stabil dan lebih kuat.
Sebagai akibat bertambahnya diferensiasi myelinisasi (myeline= suatu zat seperti lemak
dalam sungsum tulang  belakang dan  urat syaraf)dalam susunan urat syaraf maka kecakapan-
kecakapan motorik bertambah banyak. Pada umur 5 tahun keseimbangan badan anak sudah
berkembang cukup baik, anak sudah pandai berjalan, dapat naik tangga, melompat dari tanah
dengan kedua kakainya bersam-sama dan sering juga sudah dapat bersepeda.
Sesudah  Gestaltwandel pertama, jadi sesudah usia 6 tahun, pertumbuhan badan agak
lambat daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5
sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak
lebih besar sedikit daripada anak perempuan, sesudah itu maka wanita lebih unggul dalam
panjang badan, tetapi sesudah kurang lebih 15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap
unggul daripada anak wanita.
Berat badan anak bertambah lebih banyak daripada panjang badannya. Pada akhir
periode ini diketemukan lebih banyak perbedaan individual di antara anak-anak, sekarang
Nampak lebih banyak perbedaan-perbedaan fisik yang khas daripada dulu.
Seperti telah diketemukan di muka maka pada permulaan masa sekolah, jadi sekitar 6
tahun kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Dalam hal ini
hamper tidak ada perbedaan-perbedaan karena jenis seks. Pada umumnya ada ralasi yang
tepat dalam perkembangan tulang-tulang dan jaringan-jaringan. Dengan terus bertambahnya
berat dan kekuatan badan dapat diharapkan kemampuan-kemampuan seperti lari, meloncat
dan melempar akan bertambah dalam masa ini. Dari itu juga Nampak anak-anak makin
bertambah cepat larinya. Dalam hal ini sekali lagi adap perbedaan-perbedaan disetiap anak.
Pada usia 6 tahun keseimbangan badannya relative berkembang baik. Penguasaan badan
seperti membongkok, melakukan berbagai macam latihan senam dan aktivitas olahraga
3
berkembang pada masa sekolah. Juga berkembang kordinasi mata-tangan (visio-motorik)
yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan pada anak laki-laki sangat bertambah antara usia 6
sampai 12 tahun.  Dalam masa ini juga ada perubahan-perubahan dalam sifat dan frekuensi
motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa kecakapan-kecakapan motorik ini  makin
disesuaikan dengan “keleluasaan” lingkungan. Gerakan-gerakan motorik sekarang makin
tergantung daripada aturan-aturan formal dan aturan-aturan yang telah ditentukan dan bersifat
kurang sepontan. Gerakan-gerakan yang sangat banyak dilakukan oleh anak makin berkurang
pada masa ini.
Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala bentuk badan yang dianggap mempunyai
hubungan yang langsung dengan beberapa sifat kepribadian tertentu. Sheldom membuat
pembagian ke dalam 3 macam tipe, yaitu
1. Endomorph(pendek dan gemuk)
2. Ektomorf(panjang dan kurus)
3. Mesomorf(urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik)

B.   Emansipasi Karena Pendidikan Formal


Sejak lama kriteria bagi anak untuk dapat diterima di sekolah adalah “kemasakan” dahulu
sebelum ia diterima di sekolah dasar. Bagi Indonesia kriteria umur memegang peranan
penting. Anak baru bisa diterima bila ia sudah mencapai umur 7 tahun. Kriteria umur ini
sebetulnya mencakup kriteria lain yang juga berhubungan dengan kemasakan, yaitu:
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan anak lain, yaitu anak tidak
boleh masih tergantung pada ibunya, melainkan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman-teman sebayanya.
2. Anak harus dapat mengamati secara analitik. Ia harus sudah dapat mengenal bagian-
bagian dari keseluruhannya dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Anak secara jasmaniah harus sudah mencapai bentuk anak sekolah. Petunjuk untuk ini
adalah kalau sudah dapat memegang telinga kirinya dengan tangan kanan melalui atas
kepalanya.
Kriteria apapun yang akan dipilih namun selalu ada yang bersifat  “sekehendak”. Kalau
dilihat kepandaian saja, sebetuknya sangat mungkin kalau anak-anak umur 3 atau 4 tahun
sudah masuk sekolah asal kriterianya diubah dan dikdaktiknya disesuaikan. Misalnya tekhnik
membaca sudah dapat diajarkan pada anak-anak umur 3 tahun, asal dipakai cara-cara yang

4
tepat. Namu mengajari anak membaca sebelum waktunya juga mempunyai segi-segi negatif,
misalnya:
1. Seringkali anak diberi pelajaran membaca pada waktu sangat muda untuk memuaskan
kebanggaan orang tuanya.
2. Kalau anak mengerti bahwa ia sudah mengerti apa yang akan dipelajarkan di kelas satu
hal itu akan menurunkan motivasi belajarnya dan menyebabkan sikap yang negatif
terhadap tugas-tugas yang harus diakukannya.
Suatu masalah yang khusus dalam hubungan  ini adalah mengenai anak-anak yang
sangat pandai. Keinginan belajar mereka pada usia yang sangat muda menyebabkan mereka
“secara main-main” sudah balajar membaca sebelum mereka pergi ke sekolah. Sangat
disayangkkan bahwa penampungan yang sesuai bagi mereka baik di Indonesia maupun
negara-negara Eropa masih belum ada.
Dalam memberikan bimbingan yang lebih baik pada anak maka dapat dianjurkan untuk
memilih istilah “kemampuan sekolah” daripada “kemasakan sekolah”.
Kriteria “kemasakan sekolah” tersebut ternyata belum dapat menjamin keberhasilan
anak di kelas, karena “masak sekolah” belum tentu mampu bersekolah.
Test yang dikembangkan di Nijmegen (NST) yang merupakan pengolahan test
Gopinger dari Jerman mengungkap kemampun sekolah anak. Test ini dilengkapi dengan
sebuah daftar pertanyaan untuk orang tua dan daftar pertanyaan untuk guru TK. Daftar
pertanyaan berhubungan dengan 3 aspek tingkah laku, yaitu penyesuaian sosial(S), kemapuan
kerja (W), dan sikap mandiri (Z).
Di Indonesia telah ada laporan mengenai penggunaan NST di Bandung dan
menghasilkan  data sebagai berikut : bahwa pada tiga kriteria yang  pokok, yaitu penyesuaian
anak, kemampuan kerja, dan sikap mandiri anak-anak yang dikenakan test, diketemukan
sikap mandiri  memperolah sekor yang sangat rendah.
Akhirnya hal yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa pendidikan harus berusaha
untuk berusaha menolong anak sesuai dengan kemampuan masing-masing supaya akhirnya ia
berhasil dalam plajarannya. Bila ini dipakai sebagai patokan, maka sekaligus ada jaminan
bahwa tiap anak dapat melanjutkan emansipasinya. Emansipasi sebagai penemuan identitas
membutuhkan sistem pelajaran yang memperhatikan anak-anak secara individual, yang
berusaha untuk tidak merugikan perkembangan anak masing-masing. Bila “individualisai” ini
tidak ada, maka akan sukar bagi anak untuk menemukan identitas dirinya, untuk
mendapatkan konsep dirinya. Hal ini dibutuhkan untuk mengembangkan kemungkinan-
kemungkinannya dalam hubungan dengan lingkungannya.
5
C.   Perkembangan Sosial dan Kepribadian 1-5 tahun
      Perkembangan sosial dan kepribadian dimulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa
sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak
menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang
tuanya. Mereka mempunyai teman untuk bergaul,mempunyai guru-guru yang mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasinya.
 Interaksi dengan Anak-Anak Sebaya
Dalam T.K dan S.D anak mempunyai kontak yang intensif dengan teman-teman
sebayanya. Di sini anak-anak biasanya berusaha untuk menjadi anggota suatu
kelompok,kelompok-kelompok seperti ini terdapat dalam Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar.
Pada mulanya anak tidak mengerti tingkah laku apa yang dipuji atau dihargai dan
tingkah laku apa yang tidak dipuji dan dihargai. Sering dapat diihat anak bahwa anak
menirukan anggota kelompok yang paling aktifdan paling berkuasa. Dan barulah pada usia
10 dan 14 tahun timbullah suatu kelompok yang ada organisasinya,dengan aturan-aturan dan
perjanjian-perjanjian. Hartup (1970) menemukan bahwa kebanyakan penelitian mengenal
pengaruh timbal  balik dilakukan pada anak-anak sekolah. Anak laki-laki lebih
mempengaruhi anak laki-laki yang lain daripada abak wanita dan sebaliknya. Juga dapat
dilihat bahwa anak-anak yang lebih tua lebih cepat dipengaruhi oleh teman-teman mereka
sebaya daripada oleh anak-anak yang lebih muda. Diteukan juga anakyang tertua lebh udah
berpengaruh oleh norma-norma kelompok dan oleh rang-orang lain disbanding dengan adik-
adiknya. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Anak-anak sulung diduga menerima pendidikan yang lebih berobah-obah dibandingkan
dengan adik-adiknya.
2. Anak-anak sulung lebih menerima perlindungan, di samping itu maka tingkah laku yang
konformistis dan tergantung mendapat pujian.
Dapat dikemukakan bahwa konformisme tadi lebih ditentukanoleh factor-faktor
situasional. Daripada oleh sifat-sifat kepribadian anak. Pertama kali yang dicari anak adalah
kontak yang menyenangkan. Bila konformisme merupakan syarat untuk memperoleh kontak,
maka anak akan mudah untuk menyesuaikan dirinya. Pada uraian-uraian berikutnya akan 
nampak bahwa sifat-sifat peranan yang penting dalam persoalan tingkah laku konformistis
ini. Sejumlah besar tingkah laku timbul dengan cara menirukan ,belajar-model,dan oleh

6
reinforsemen dari pihak teman-teman sebaya. Di sini sudah awal dapat nampak pemilihan
(preferences)  yang khas menurut jenis kelamin serta cara-cara member pengaruh.
 Spontanitas versus sikap terkontrol
Sikap spontan atau tidak spontan anak-anak pra sekolah mungkin dipengaruhi oleh sifat
suatu kebudayaan tertentu. Sikap yang tidak wajar pada anak-anak pra-sekolah tersebut
adalah adanya hambatan-hambatan psikis yang mengganggu penyesuaian anak-anak tersebut.
Di sini sebetulnya persepsi anak terhadap perintah dan larangan itu yang mungkin lebih
penting daripada perintah atau larangannya sendiri.
 Perkembangan Motivasi Prestasi
            Setiap tingkah laku pasti mempunyai motif. Setiap perbuatan dan tindakan
mempunyai dasar,mempunyai motif.  Salah satu aspek kepribadian seseorang yang paling
banyak diteliti adalah mengenai motivasi prestasi. Harus juga dibedakan mengenai kebutuhan
dan motif. Karena kebutuhan adalah merupakan dasar timbulnya motif. Memang ada
kebutuhan-kebutuhan dasar,tetapi motif-motif yang timbul selama hidup ada sangat banyak.
Pada umumnya dibedakan antara motivasi yang intrinsik dan yang ekstrinsik. Motivasi yang
intrinsic berarti bahwa suatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang
melakukannya. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik berarti bahwa sesuatu perbuatan yang
dilakukan atas dasar dorongan atau paksaan dari luar.
Suatu motif mempunyai 3 macam unsure :
1. Motif mendorong terus, memberikan energi pada suatu tingkah laku (merupakan dasar
energetic)
2. Motif menseleksi tingkah laku, menentukan arah apa yang akan dan tidak akan
dilakukan.
3. Motif mengatur tingkah laku artinya bila sudah memilih salah satu arah perbuatan maka
arah itu akan tetap dipertahankan.
Dalam setiap motif dapat diketemukan kembali dua struktur dasar. Yaitu Pengharapan
akan sukses dan Ketakutan akan gagal.
Di antara usia 3 dan 4 tahun nampak jelas adanya tingkah laku yang mengarah prestasi.
Penelitian Heckhausen dan Roelofsen (1962) menemukan bahwa anak-anak yang sehat pada
usia 3½ tahun menunjukan semua ciri-ciri tingkah laku kompetisi. Di sini dijelaskan bahwa
anak-anak mulai 3½ tahun sudah mampu untuk membandingkan prestasi-prestasi mereka
dengan prestasi penelitiannya.

7
Ini adalah ciri-ciri motivasi prestasi,yaitu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik,
dibanding dengan suatu standar keunggulan. Standar keunggulan tadi dapat berhubungan
dengan (a) prestasi orang lain, (b) prestasi diri sendiri yang lampau dan dengan (c) tugas yang
harus dilakukannya.  Anak-anak sekarang dari usia 3½ tahun juga lebih mampu untuk
menghubungkan berhasil atau tidaknya sesuatu perbuatan dengan dirinya sendiri.
Dipandang dari segi psikolog perkembangan dapat ditemukan bahwa kecenderungan
berprestasi ini harus diberi stimulasi bila kita akan menyambut dorongan manipulasi dan
eksplorasi anak.
D. Perkembangan Identitas Jenis Kelamin atau Tingkah Laku Sesuai dengan Jenis
Kelamin 1-5 tahun
Mengenai perkembangan tingkah laku sesuai dengan jenis kelamin. Faktor-fakto
biologis merupakan dasar bagi perkembangan tingkah laku spesifik jenis kelamin proses-
proses belajar sosial sejak awal telah menyumbang pada kenyataan bahwa identitas kelamin
terjadi melalui norma-norma sosial yaitu melalui penilaian apa yang baik atau tidak baik bagi
anak laki-laki atau anak wanita.
Meskipun adanya keterbatasan dalam mengadakan  generalisasi, tidak dapatnya
mengintrpretasi secara meraata mengenai hasil-hasil yang didapat serta adanya faktor situasi
yang menentukan tingkah laku spesifik jenis kelamin, namun dapat ditentukan atas dasar
penelitian-penelitian pada tahun terakhir , bahwa:
1. Agresi (mulai tahun ke 2) lebih banyak terdapat pada anak laki-laki
2. Aktivitas (mulai tahun ke 3) lebih banyak terdapat pada anak laki-laki
3. Dominasi (mulai tahun ke 4) lebih banyak di jumpai padaanaak laki-laki
4. Impulsivitas (mulai usia prasekolah) lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki
5. Kecemasan (mulai 8 atau 9 tahun) lebih bannnyak pada anak wanita
6. Kecakapan-kecakapan verbal (pada suatu kelompok kecil anak wanita mlai 4 tahun,
tetapi pada umumnya 11 atau 12 tahun) terdapat pada anak wanita lebih banyak dari anak
laki-laki
7. Kecakapan pengamatan ruang (mulai 11 atau 2 tahun) lebih kuat pada anak laki-laki
8. Pengertian kuantitatif (mulai 10 tahun) lebih baik pada anak laki-laki.

 Perkembangan Pengertian Norma


Pengertian norma atau moralitas merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan
kepribadian dan sosial anak, moralitas termasuk bidang etika. Beberapa teori mengenai

8
moralitas,yaitu teori psikoanalisa,teori kognitif dan teori belajar. Di sini psikoanalisa ada 3
bagian dalam diri seseorang yang akan berkembang menurut urutan sebagai berikut : das Es,
das Ich dan das Ueber Ich. Das Es yaitu impuls-impuls nafsu. Das Ich lalu menjaga supaya
hubungan dengan realitas dapat dikoordinasi dan akhirnya das Ueber Ich merupakan
bagiannya yang membawakan norma-normanya, perintah-perintah dan larangan-larangannya
yang diberikannya oleh dunia keliling.
Ueber Ich maka situasi Oedipus mempunyai arti yang pokok, anak antara 3 dan 4 tahun.
Ueber Ich harus dipandang sebagai suatu instansi dengan norma-norma yang telah di
internalisasi atau di troyeksi. Kesediaan anak untuk merasa berdosa sebagai factor pokok bagi
tumbuhnya kata hati. Laki-laki pada umumnya mempunyai moralitas lebih keras daripada
anak wanita. Masalah besar yang timbul oleh dugaan ini ialah adanya kesukaran untuk
membuktikannya secara empiric. Setelah umur 8 tahun anak menjadi lebih fleksibel dalam
penilaian-penilaiannya dan lebih mampu untuk memperhatikan factor-faktor situasional
dalam menilai sesuatu. Apa yang disebut tanggung jawab obyektif dan tanggung jawab
subyektif dapat diterangkan dengan contoh berikut : selalu nampak suatu akibat sesuatu
maksud yang baik  dan maksud yang tidak baik.
Ternyata bahwa anak-anak sampai umur ± 8 tahun terutama melihat akibat-akibat materilnya.
Sesudah usia ini nampak bahwa motif-motif dan maksud-maksud orang ikut
diperhitungkan.Menurut Kohlberg perkembangan insan kamil melalui 6 stadium (tingkatan).
Stadium 1.        Menurut untuk menghindari hukuman.
Stadium 2.        Anak bersikap konformistis untuk memperoleh hadiah,untuk dipandang baik.
Stadium 3.        Anak bersikap konformistis  untuk menghindari celaan dan untuk disenangi
orang lain.
Stadium 4.        Anak bersikap konformistis untuk menghindari hukuman yang diberikan bagi
beberapa tingkah laku tertentu dalam kehidupan bersama.
Stadium 5.        Konformistis sekarang dilakukan karena menginginkan kehidupan bersama
yang diatur.
Stadium 6.        Melakukan konformitas tidak karena perintah atau  norma dari luar,
melainkan  karena keyakinan sendiri ingin melakukannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tujuan utama pendidikan prasekolah adalah membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, umur 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian
atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan
masih relatif pendek, kepala relative besar dan ada gigi susu. Sesudah Gestaltwandel pertama
bila anak sudah mencapai bentuk orang dewasa daripada misalnya anak umur 2 tahun.
Bertambahnya berat badan sebagian besar merupakan akibat bertambahnya jaringan urat
daging. Dalam keseluruhannya maka keadaan jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih
kuat.
Sejak lama kriteria bagi anak untuk dapat diterima di sekolah adalah “kemasakan”
dahulu sebelum ia diterima di sekolah dasar. Bagi Indonesia kriteria umur memegang
peranan penting. Anak baru bisa diterima bila ia sudah mencapai umur 7 tahun. Setiap
tingkah laku pasti mempunyai motif. Setiap perbuatan dan tindakan mempunyai
dasar,mempunyai motif.  Salah satu aspek kepribadian seseorang yang paling banyak diteliti
adalah mengenai motivasi prestasi. Harus juga dibedakan mengenai kebutuhan dan motif.
Karena kebutuhan adalah merupakan dasar timbulnya motif.

B. SARAN
Dengan di buatnya makalah ini penulis berharap dapat membantu pembendaharaan
karya tulis di SMK Bhakti Kencana.

10
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah PRA
SEKOLAH UMUR BAYI 1-5 TAHUN. Yaitu sebagai tugas mata pelajaran Tumbuh
Kembang.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pra Sekolah Umur Bayi 1-5 Tahun. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa
yang kita harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan. 

Subang, September 2017


Penyusun,

11
i
TUGAS
TUMBUH KEMBANG
“ PRA SEKOLAH UMUR BAYI 1 – 5 TAHUN “

Disusun oleh :

1. DINA NOVITA R.
2. DEWI SARTIKA
3. ELI
4. PUTRI PUJIANTI
5. UCI AYU LESTARI
KELAS : XI 2 KEPERAWATAN

SMK BHAKTI KENCANA


Jl. Kihajar Dewantara No.15 A Subang 41212 Telp. (0260) 416571
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

12
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Jasmani dan Spiko-Motorik Balita 1-5 Tahun .....................3
B. Emansipasi Karena Pendidikan Formal .......................................................4
C. Perkembangan Sosial dan Kepribadian 1-5 Tahun ......................................6
D. Perkembangan identitas Jenis Kelamin datu Tingkah Laku Sesuai
Dengan Jenis Kelamin 1-5 Tahun ...............................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................................10

ii
13
14

Anda mungkin juga menyukai