VAKUM EKSTRAKSI
Definisi
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum
atau ventouse dari Malmstrom (Syamsudin, 2008). Ekstraksi vakum adalah tindakan
obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Prawiroharjo, 1999). Ekstraksi vakum adalah suatu
persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan
alat vakum ekstraktor (Cuningham, 2010). Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan
obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vakum ekstraktor (Husin, 1997). Alat yang umumnya digunakan adalah
vakum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan
suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian
akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi.
kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya
1
a. Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksadenum artifisialis. Dengan mangkuk
2
b. Botol
Tempat membuat tenaga negative (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer,
saluran menuju ke pompa pengisap, dan saluran yang menuju ke mangkuk yang
c. Karet penghubung
2. Indikasi
Ibu : - untuk memperpendek kala II, misalnya penyakit jantung kompensata, penyakit
paru-paru fibrotik.
3. Kontraindikasi
- pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya
- janin preterm
4. Syarat
3
a. syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunam, hanya lebih luas, yaitu :
pembukaan lebih darri 7cm (hanya pada multigravida), dan penurunan kepala janin
d. Sebelum diektraksi vakum selaput ketuban harus dipecahkan agar kepala janin dapat
f. Orang yang melakukan atau membantu tindakan harus operator yang berpengalaman
g. Operator harus mau menghentikan upaya ekstraksi apabila persalinan tidak maju
dengan mudah atau apabila mangkuk terlepas lebih dari tiga kali.
5. Prosedur
b. pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum,. Bila pada waktu pemasangan
mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve
block. Apabila cara ini tidak berhasil, boleh diberi anestesia inhalasi, namun hanya
c. Setelah semua bagianbagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang
sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai
mangkuk nomor 5. mangkuk dimasukkan dalam vagina dengan posisi miring dan
dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada
d. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/cm 2 dengan
interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini
4
membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Dengan adanya tenaga negative ini,
5
e. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-
f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah
dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi
g. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan
malakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan
mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar, dan bila sewaktu-waktu
mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong.
6
7
h. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam,
sampai akhirnya suboksiput berada dibawah simpisis. Bila his berhenti, maka traksi
juga dihentikan. Berarti traksi dilakukan secara intermitten bersama-sama dengan his.
i. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk kearah atas, sehingga kepala janin
melakukan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum.
Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk kedalam botol, tekanan negative
j. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada
8
- tekanan negative dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksadenum
- selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak
- bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk
- kedua tangan kanan dan kiri penolong tidak bekerjasama dengan baik
- cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung
- adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus
koreksi.
7. Komplikasi
Ibu : - perdarahan
- infeksi
- sefalhematoma
tulang tengkoran dan aponeurosis galea kulit kepala. 90% kasus terjadi akibat
alat vakum yang dipasang pada kepala bayi saat proses kelahiran. Hematoma
9
tersebut tidak emiliki hubungan yang signifikan dengan beratnya perdarahan
subgaleal. Diagnosis umumnya atas dasar klinis, yaitu adanya massa yang
berfluktuasi pada kulit kepala dimana pembengkakan itu timbul bertahap dalam
hemoragik. Hematom ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang
10
FORCEP/CUNAM
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan forceps
yang dipasang pada kepalanya. Forceps ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan
janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk
menyelenggarakan putaran kepala janin. forceps dipakai untuk membantu atau
mengganti his, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala
janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan his
yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam
mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak (Sarwono Prawirohardjo, 2000).
Forceps terdiri dari dua bagian, yaitu sendok kanan dan sendok kiri kedua
sendok dihubungkan dengan kunci, tiap sendok terdiri atas:
11
Kunci Prancis: Tangkai cunam/forceps disilangkan kemudian diskrup.
Kunci Inggris: Kedua tangkai cunam/forceps disilangkan dan dikunci
dengan cara kait-mengait (interlocking), misalnya forceps Naegele.
Kunci Jerman: Bentuk kunci cunam/forceps yang merupakan kombinasi
antara bentuk Prancis dan Inggris, misalnya forceps Simpson.
Kunci Norwegia: Bentuk kunci cunam/forceps yang dapat diluncurkan
(sliding lock), misalnya forceps Kielland (Cuningham, 2010).
12
5. Tipe Kielland. Hanya ada lengkung kepala, kunci hidup (dapat digeser) dan
digunakan untuk kepala yang masih tinggi sedangkan konstruksinya lebih ringan .
Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul, cunam/forceps Kielland
selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala, tidak tergantung posisi kepala
terhadap panggul (Cuningham, 2010).
1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh
karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau dikanan
depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan
belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
4. Sebagai dilator jalan lahir
5. Sebagai pengungkit kepala pada sectio secarea digunakan satu sendok forcep
untuk mengeluarkan kepala (Cuningham, 2010).
13
yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena itu saat ini tidak dilakukan lagi.
Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu
atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps tengah, fungsi cunam adalah
ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi
cunam/forceps sudah jarang dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih
direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai
pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam anteroposterior. Cara ini
yang masih sering dipakai hingga saat ini.
1. Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu
ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya. Pada indikasi
relatif, cunam/forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
Indikasi menurut De Lee
14
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu bawah panggul,
putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah teregang, dan syarat-syarat
ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah terpenuhi.
Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan menurut De
Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
a. Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
b. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
c. Kala II diperpendek
d. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
a. Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung,
paru, partus kasep, tenaga ibu sudah habis, ruptura uteri mengancam, artinya
lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang
kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b. Indikasi janin: gawat janin
c. Indikasi waktu: kala dua lama
15
2.8 Syarat-Syarat Cunam/Forceps
1. Pasien dan keluarga sudah paham dan menyetujui tindakan ini serta bersedia
menandatangani "informed consent"
2. Tidak terdapat cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat lahir
pervaginam.
3. Kepala sudah engage:
1. Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan penilaian derajat
desensus kepala janin.
2. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan
penafsiran dimana tindakan yang semula dianggap sebagai ekstraksi
cunam/forceps rendah sebenarnya adalah ekstraksi cunam/forceps tengah.
4. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu didepan atau “after coming
head” pada persalinan sungsang pervaginam.
5. Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator.
6. Dilatasi servik sudah lengkap.
7. Selaput ketuban sudah pecah.
8. Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.
A. Persetujuan medik
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas
yang akan melakukan tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, misal: kala 2
lama, kala 2 tak maju,preeklampsia berat/eklampsia
3. Jelaskan bahwa tindakan medik mengandung risiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan penjelasan ulang apabila masih ragu dan belum
mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan
secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir
yang telah disediakan
16
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi
dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi
B. Persiapan ibu
C. Persiapan alat
1. Uterotonika (ergometrin, maleat, oksitosin)
2. Cunam Naegele : 1 pasang
3. Klem ovum : 2
4. Cunam tampon : 1
5. Spuit 5 ml dan jarum suntik no.23 : 2
6. Spekulum Sim’s atau L : 2
7. Kateter karet : 1
8. Larutan antiseptik (povidone iodine 10%)
9. Oksigen dan regulator
D. Persiapan janin
1. Alat-alat pertolongan persalinan
2. Alat penghisap lender (suction)
3. Oksigen
4. Alat-alat resusitasi bayi
E. Persiapan penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata
pelindung : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3. Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang
4. Instrumen :
a. lampu sorot
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1
17
F. Prosedur Pemasangan Cunam/Forcep
Cara pemasangan cunam/forceps adalah:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan
diameter mento-occiput kepala janin, sehingga kepala daun cunam/forceps
terpasang secara simetris di kanan kiri kepala. Pemasangan sefalik adalah cara
yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang cunam/forceps sejajar
dengan sumbu panjang panggul.
19
Gambar 6. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps
Gambar 7. Cunam/forceps dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang berdiri di depan
vulva sambil membayangkan posisi cunam/forceps kelak di dalam jalan lahir.
20
Memasang forceps, sendok sebelah kiri harus dipasang terlebih dahulu, jika
sendok kanan yang dipasang lebih dulu , sendok baru dapat dikunci setelah
sendok bersilanganlebih dulu
Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil yaitu
dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai cunam/forceps
dalam keadaan tegak lurus di depan vulva.
2-4 jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi kiri belakang vulva di
samping kepala anak.
Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan sisi palmar
jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari tangan kanan dan
tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan horizontal, sendok
cunam/forceps ditempatkan di samping kiri kepala anak.
Gambar 8. Pemasangan daun cunam/forceps kiri pada sisi kiri panggul ibu; Jari telunjuk dan
tengah tangan kanan dimasukkan vagina. Ibu jari diarahkan ke atas. Daun cunam/forceps
diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan kanan dengan menekan tangkai cunam/forceps.
Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh
asisten.
Gambar 9. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh
asisten.
21
Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan di samping kanan
kepala anak.
Gambar 10. Pemasangan sendok kanan; Sendok kiri yang sudah terpasang dipegang oleh
asisten (atau ditahan dengan kelingking tangan kiri). Ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah
tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang tangkainya dipegang tangan kanan.
Gambar 11. Penguncian; Masing-masing tangan memegang tangkai cunam/forceps. Kedua ibu
jari saling berdekatan di atas gagang cunam; Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu
dapat dilakukan reposisi daun cunam/forceps untuk memudahkan penguncian.
22
Gambar 12. Traksi Percobaan; Tangan kiri mencekap cunam diatas kunci; Telunjuk kanan
digunakan untuk mengetahui apakah kepala anak ikut tertarik saat melakukan traksi percobaan.
Gambar 13. Traksi definitif; Tangan kanan ditempatkan di leher cunam dekap dengan kepala
janin. Tangan kiri operator di sebelah distal tangan kanan.
23
yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya kepala anak dilahirkan dengan
maneuver Ritgen.
Gambar 14. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan perineum
dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan.
25
belakang maka operator menggunakan tangan kirinya untuk memutar kepala.
Gerakan pronasi lebih mudah dikerjakan dibandingkan gerakan supinasi
(Cuningham, 2010)
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps.
2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap sinsiput, jari-
jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari pada sisi telinga yang
lain.
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya ke depan
bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar kepala dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga oksiput berada di sebelah
depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi persalinan
spontan atau dengan ekstraksi cunam/forceps (dengan cunam
Kielland).
26
Pemutaran dengan cunam/forceps Kielland
Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka persalinan
pervaginam dapat diusahakan dengan bantuan ekstraksi cunam.
Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan oksiput tetap di
posterior atau oksiput di anterior.
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Dikerjakan traksi horizontal sampai pangkal hidung berada di
bawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada “pegangan” cunam secara
perlahan sampai oksiput secara bertahap muncul di depan
perineum.
Mengarahkan “pegangan” cunam ke bawah dan lahirlah pangkal
hidung, muka dan dagu di depan vulva.
Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.
Gambar 16. Persalinan cunam/forceps rendah pada posisi oksipitalis posterior persisten; Gambar
”panah” menunjukkan titik saat kepala mengalami fleksi setelah bregma melewati arcus pubis; Pada
saat ini harus dicegah terjadinya ruptur perinei yang luas dengan episiotomi luas.
27
Gambar 17. Traksi Cunam/Forceps Atas Setelah Dagu Lahir
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi
trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi. Oleh
karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian
infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim
menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi (Cuningham,
2010).
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang: Bagian Obgyn RSMH FK
Unsri.
Syamsuddin, Komar. 2008. Ekstraksi Forseps. Palembang: Bagian Obgyn RSMH FK
Unsri.
Husin, D. Ma’arifin, Abdul Bari Saifuddin, Muhyidin Danakusuma. 1997. Modul “Safe
motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia. Jakarta
Cunningham FG (editorial): Forceps Delivery and Vacuum Extraction in “William
Obstetrics” 22nd ed p 547–563, Mc GrawHill Companies 2005.
Cunningham et al. 2010. Forceps Delivery and Vacum Extraction. William Obstetretics,
23 rd.
http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?
searchword=vakum&ordering=&searchphrase=all
http://www.google.com/#bav=on.2,or.r_qf.&fp=efb31bd650ce564d&q=persentase+ekstraksi+va
kum
Benzion Taber, MD. Kapita selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi; Alih bahasa; Teddy
Medina Tanya HA. Protraction labour : diagnosis and management. AAFP. 2006;73:659.
31