Anda di halaman 1dari 31

PERSALINAN DENGAN ALAT BANTU

VAKUM EKSTRAKSI

Definisi

Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan

ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum

atau ventouse dari Malmstrom (Syamsudin, 2008). Ekstraksi vakum adalah tindakan

obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga

mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Prawiroharjo, 1999). Ekstraksi vakum adalah suatu

persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan

alat vakum ekstraktor (Cuningham, 2010). Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan

obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan

menggunakan vakum ekstraktor (Husin, 1997). Alat yang umumnya digunakan adalah

vakum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan

suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian

akan timbul caput secara artifisial dan cup akan melekat erat pada kepala bayi.

Pengaturan tekanan harus diturunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan

kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya

timbul caput succedaneum (Cuningham, 2010).

1. Bentuk dan bagian-bagian ekstraktor vakum

1
a. Mangkuk (cup)

Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksadenum artifisialis. Dengan mangkuk

inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk: 3, 4, 5, 6 cm. pada dinding belakang

mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.

2
b. Botol

Tempat membuat tenaga negative (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer,

saluran menuju ke pompa pengisap, dan saluran yang menuju ke mangkuk yang

dilengkapi dengan pentil.

c. Karet penghubung

d. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang

e. Pemegang (extraction handle)

f. Pompa penghisap (vacuum pump)

2. Indikasi

Ibu : - untuk memperpendek kala II, misalnya penyakit jantung kompensata, penyakit

paru-paru fibrotik.

- waktu : kala II yang memanjang.

Janin : gawat janin (masih kontroversi)

3. Kontraindikasi

Ibu : - ruptura uteri

- pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya

payah jantung, preeklampsia berat.

Janin : - letak muka

- after coming head

- janin preterm

4. Syarat

3
a. syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunam, hanya lebih luas, yaitu :

pembukaan lebih darri 7cm (hanya pada multigravida), dan penurunan kepala janin

boleh pada hodge II atau

b. Presentasi janin harus puncak kepala

c. Posisi kepala janin harus diketahui secara pasti

d. Sebelum diektraksi vakum selaput ketuban harus dipecahkan agar kepala janin dapat

ditarik dengan kuat oleh cup.

e. Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan.

f. Orang yang melakukan atau membantu tindakan harus operator yang berpengalaman

g. Operator harus mau menghentikan upaya ekstraksi apabila persalinan tidak maju

dengan mudah atau apabila mangkuk terlepas lebih dari tiga kali.

5. Prosedur

a. ibu tidur dalam posisi litotomi

b. pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum,. Bila pada waktu pemasangan

mangkuk, ibu mengeluh nyeri, dapat diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve

block. Apabila cara ini tidak berhasil, boleh diberi anestesia inhalasi, namun hanya

terbatas pada waktu memasang mangkuk saja.

c. Setelah semua bagianbagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang

sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai

mangkuk nomor 5. mangkuk dimasukkan dalam vagina dengan posisi miring dan

dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada

mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak dnominator.

d. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2 kg/cm 2 dengan

interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah -0,7 sampai -0,8 kg/cm2. ini

4
membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit. Dengan adanya tenaga negative ini,

maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksadenum artifisialis.

Posisi cup yang tepat

5
e. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-

bagian jalan lahir yang ikut terjepit.

f. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah

dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi

yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong.

g. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan

malakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan

mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar, dan bila sewaktu-waktu

mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong.

6
7
h. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam,

sampai akhirnya suboksiput berada dibawah simpisis. Bila his berhenti, maka traksi

juga dihentikan. Berarti traksi dilakukan secara intermitten bersama-sama dengan his.

i. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk kearah atas, sehingga kepala janin

melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion dan berturut-

turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala

melakukan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum.

Setelah kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk kedalam botol, tekanan negative

menjadi hilang, dan mangkuk dilepas.

j. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada

waktu kepala membuka vulva.

6. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal

a. waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.

Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan :

- tenaga vakum terlalu rendah

8
- tekanan negative dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksadenum

yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk

- selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak

dapat mencengkram dengan baik

- bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk

- kedua tangan kanan dan kiri penolong tidak bekerjasama dengan baik

- traksi terlalu kuat

- cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung

- adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus

diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkina diatas dan diusahakan melakukan

koreksi.

b. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

7. Komplikasi

Ibu : - perdarahan

- trauma jalan lahir

- infeksi

Janin : - ekskoriasi kulit kepala

- sefalhematoma

- subgalealhematoma yang merupakan perdarahan pada ruang antara periosteum

tulang tengkoran dan aponeurosis galea kulit kepala. 90% kasus terjadi akibat

alat vakum yang dipasang pada kepala bayi saat proses kelahiran. Hematoma

subgaleal memiliki kekerapan yang tinggi terhadap terjadinya trauma kepala

(40%), seperti perdarahan intrakranial atau fraktur tulang tengkorak. Kejadian

9
tersebut tidak emiliki hubungan yang signifikan dengan beratnya perdarahan

subgaleal. Diagnosis umumnya atas dasar klinis, yaitu adanya massa yang

berfluktuasi pada kulit kepala dimana pembengkakan itu timbul bertahap dalam

12 – 72 jam setelah proses persalinan. Pasien dapat saja mengalami syok

hemoragik. Hematom ini cepat diresorbsi tubuh janin. Bagi janin yang

mempunyai fungsi hepar belum matur dapt menimbulkan ikterus neonatorum

yang agak berat

- nekrosis kulit kepala, yang dapat menimbulkan alopesia.

10
FORCEP/CUNAM

Definisi Ekstraksi Cunam/Foceps

Ektraksi forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat


kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat
forceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk
melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari
ekstraksi forceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.

Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan forceps
yang dipasang pada kepalanya. Forceps ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan
janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk
menyelenggarakan putaran kepala janin. forceps dipakai untuk membantu atau
mengganti his, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala
janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan his
yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam
mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak (Sarwono Prawirohardjo, 2000).

2.2 Bagian-Bagian Ekstraksi Cunam/Foceps

Forceps terdiri dari dua bagian, yaitu sendok kanan dan sendok kiri kedua
sendok dihubungkan dengan kunci, tiap sendok terdiri atas:

1. Daun Cunam/Forceps, daun merupakan bagian yang mencekram kepala.


Supaya daun sendok dapat mencengkram kepala. Bagian yang dipasang di
kepala janin saat melakukan ekstraksi cunam/forceps. Terdiri dari dua
lengkungan (curve), yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve), misalnya
forcep Naegele dan Simpson dan lengkung panggul (cervical curve), misalnya
forcep Kjelland. Daun cunam/forceps dapat memiliki lubang dan ujung. Batas
lubang tersebut dinamakan iga atau kostae.
2. Tangkai Cunam/Forceps, adalah bagian yang terletak antara daun
cunam/forceps dan kunci cunam/forceps. Terdiri dari 2 macam, yaitu: 1.
Tangkai terbuka, 2. Tangkai tertutup.
3. Kunci Cunam/Forceps, kunci cunam/forceps ada beberapa macam, antara lain

11
 Kunci Prancis: Tangkai cunam/forceps disilangkan kemudian diskrup.
 Kunci Inggris: Kedua tangkai cunam/forceps disilangkan dan dikunci
dengan cara kait-mengait (interlocking), misalnya forceps Naegele.
 Kunci Jerman: Bentuk kunci cunam/forceps yang merupakan kombinasi
antara bentuk Prancis dan Inggris, misalnya forceps Simpson.
 Kunci Norwegia: Bentuk kunci cunam/forceps yang dapat diluncurkan
(sliding lock), misalnya forceps Kielland (Cuningham, 2010).

Gambar 1. Kunci Cunam/Forceps


(Prancis, Jerman, Norwegia, Inggris)

2.3 Jenis-Jenis Cunam/Forceps

1. Tipe Simpson. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai cunam/forceps yang


terbuka sehingga lengkungan kepala lebih mendatar dan lebih besar. Bentuk
cunam/forceps ini baik untuk kepala janin yang sudah mengalami molase.
2. Tipe Elliot. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai yang tertutup, sehingga
lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit. Cunam/forceps ini baik untuk
kepala yang bundar dan belum mengalami molase.
3. Tipe khusus. Ada bentuk khusus cunam/forceps, misalnya cunam/forceps Piper
yang dipakai untuk melahirkan kepala janin dengan letak sungsang dimana leher
cunam/forceps mempunyai lengkung perineum dan daun cunam/forceps
mempunyai lengkung kepala, tetapi tidak mempunyai lengkung panggul.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung kepala dengan jarak terpanjang 9
cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan mempunyai lengkung panggul
yang sesuai dengan lengkung paksi panggul. Ada lengkung panggul dan kepala
jarak antara ujung daun forsep 1-1½ cm dan panjang forsep 40-42 cm, kuncinya
adalah kunci mati (Inggris), konstruksinya berat.

12
5. Tipe Kielland. Hanya ada lengkung kepala, kunci hidup (dapat digeser) dan
digunakan untuk kepala yang masih tinggi sedangkan konstruksinya lebih ringan .
Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul, cunam/forceps Kielland
selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala, tidak tergantung posisi kepala
terhadap panggul (Cuningham, 2010).

Gambar 2. Jenis-jenis Cunam/Forceps

2.4 Fungsi Cunam/Forceps

1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh
karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau dikanan
depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan
belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
4. Sebagai dilator jalan lahir
5. Sebagai pengungkit kepala pada sectio secarea digunakan satu sendok forcep
untuk mengeluarkan kepala (Cuningham, 2010).

2.5 Pembagian Pemakaian Cunam/Forceps

Ekstraksi cunam/forceps pada presentasi belakang kepala dibedakan atas


penurunan dan posisi kepala di dalam rongga panggul pada saat melakukan ekstraksi
cunam/forceps.
1. High Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu
atas panggul (floating). Ekstraksi cunam/forceps ini dapat menimbulkan trauma

13
yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena itu saat ini tidak dilakukan lagi.
Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu
atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps tengah, fungsi cunam adalah
ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi
cunam/forceps sudah jarang dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih
direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai
pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam anteroposterior. Cara ini
yang masih sering dipakai hingga saat ini.

Gambar 3. Pemakaian Cunam/Forceps

2.6 Indikasi Cunam/Forceps

1. Indikasi Relatif
Ekstraksi cunam/forceps yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu
ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya. Pada indikasi
relatif, cunam/forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
 Indikasi menurut De Lee

14
Ekstraksi cunam/forceps dengan syarat kepala sudah di pintu bawah panggul,
putaran paksi sudah sempurna, m.levator ani sudah teregang, dan syarat-syarat
ekstraksi cunam/forceps lainnya sudah terpenuhi.
 Indikasi menurut Pinard
Ekstraksi cunam/forceps yang mempunyai syarat sama dengan menurut De
Lee, namun ibu harus sudah mengejan selama 2 jam.
Keuntungan indikasi profilaktik, adalah:
a. Mengurangi keregangan perineum yang berlebihan
b. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir
c. Kala II diperpendek
d. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala
2. Indikasi Absolut
a. Indikasi ibu: pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung,
paru, partus kasep, tenaga ibu sudah habis, ruptura uteri mengancam, artinya
lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang
kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b. Indikasi janin: gawat janin
c. Indikasi waktu: kala dua lama

2.7 Kontraindikasi Cunam/Forceps

1. Dilatasi servik belum lengkap.


2. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih.
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
5. Kepala masih tinggi.
6. Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas.
7. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala
sulit dipegang oleh cunam/forceps.
8. Anensefalus
9. Kegagalan ekstraksi vakum.
10. Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
11. Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
12. Operator tidak kompeten.
13. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam/forceps obstetrik.

15
2.8 Syarat-Syarat Cunam/Forceps

1. Pasien dan keluarga sudah paham dan menyetujui tindakan ini serta bersedia
menandatangani "informed consent"
2. Tidak terdapat cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat lahir
pervaginam.
3. Kepala sudah engage:
1. Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan penilaian derajat
desensus kepala janin.
2. Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan
penafsiran dimana tindakan yang semula dianggap sebagai ekstraksi
cunam/forceps rendah sebenarnya adalah ekstraksi cunam/forceps tengah.
4. Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu didepan atau “after coming
head” pada persalinan sungsang pervaginam.
5. Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator.
6. Dilatasi servik sudah lengkap.
7. Selaput ketuban sudah pecah.
8. Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.

2.9 Prosedur Ekstaksi Cunam/Forceps

A. Persetujuan medik
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas
yang akan melakukan tindakan medik
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, misal: kala 2
lama, kala 2 tak maju,preeklampsia berat/eklampsia
3. Jelaskan bahwa tindakan medik mengandung risiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan penjelasan ulang apabila masih ragu dan belum
mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan
secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir
yang telah disediakan

16
7. Masukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi
dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi

B. Persiapan ibu

1. Cairan dan selang infus sudah terpasang


2. Pasien berbaring dalam posisi litotomi. Daerah vulva dan
sekitarnya (perut bawah dan paha) dibersihkan dengan larutan
antiseptik
3. Kandung kencing dikosongkan
4. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah

C. Persiapan alat
1. Uterotonika (ergometrin, maleat, oksitosin)
2. Cunam Naegele : 1 pasang
3. Klem ovum : 2
4. Cunam tampon : 1
5. Spuit 5 ml dan jarum suntik no.23 : 2
6. Spekulum Sim’s atau L : 2
7. Kateter karet : 1
8. Larutan antiseptik (povidone iodine 10%)
9. Oksigen dan regulator
D. Persiapan janin
1. Alat-alat pertolongan persalinan
2. Alat penghisap lender (suction)
3. Oksigen
4. Alat-alat resusitasi bayi
E. Persiapan penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata
pelindung : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3. Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang
4. Instrumen :
a. lampu sorot
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1

17
F. Prosedur Pemasangan Cunam/Forcep
Cara pemasangan cunam/forceps adalah:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan
diameter mento-occiput kepala janin, sehingga kepala daun cunam/forceps
terpasang secara simetris di kanan kiri kepala. Pemasangan sefalik adalah cara
yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang cunam/forceps sejajar
dengan sumbu panjang panggul.

Gambar 4. Pemasangan Cunam/Forceps


(Cephalic Forceps, Pelvic Forceps)

Jadi pemasangan cunam/forceps yang baik adalah bila cunam/forceps


terpasang biparietal kepala dan melintang panggung. Hal ini hanya terjadi bila
kepala janin sudah di pintu bawah panggul dan UUK berada di depan, di bawah
simfisis. Oleh karena itu, pemasangan cunam/forceps sempurna, jika memenuhi
kriteria berikut:
1. Cunam/forceps terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang
cunam/forceps sejajar dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala janin,
melintang terhadap panggul.
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun cunam/forceps yang terpasang
dan tegak lurus dengan cunam/forceps.
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut.
Pengertian sempurna di sini ialah, bila ekstraksi cunam/forceps dengan
kriteria tersebut dikerjakan akan memberi trauma yang paling minimal untuk ibu
maupun janin. Ekstraksi cunam/forceps akan menimbulkan trauma berat pada
18
janin, bila ekstraksi cunam/forceps dikerjakan dalam posisi daun cunam/forceps
melintang dalam panggul tetapi miring pada kepala.

Gambar 5. Pemasangan Daun Cunam/Forceps


yang Ideal di Dalam Panggul

G. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps


1. Memasang cunam/forceps
Cunam/forceps dipasang sedemikian rupa sehingga letak cunam/forceps
sedapat mungkin tegak lurus pada sutura. Sendok cunam/forceps yang
dipasang terlebih dahulu sedapat mungkin sendok kiri, dipegang tangan kiri,
dan dimasukkan ke dalam rongga panggul sebelah kiri. Lengkung
cunam/forceps dipasang sesuai dengan lengkung panggul.
2. Arah ekstraksi
Arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah paksi panggul, di dalam
praktek, arah tarikan cunam/forceps sesuai dengan arah gagang
cunam/forceps.
1. Sebelum H IV, arah tarikan ke bawah sampai di dasar panggul.
2. Setelah mendatar, arah tarikan mendatar sampai hipomoklion ada di bawah
simfisis.
3. Setelah hipomoklion berada di bawah simfisis, cunam/forceps digerakkan
ke atas dan selanjutnya sesuai dengan mekanisme persalinan.
4. Cunam/forceps tidak boleh diputar atau dirotasi, baik sebelum maupun
setelah ekstraksi, tetapi cunam/forceps ditarik sambil mengikuti putaran
paksi dalam.

19
Gambar 6. Aturan Dasar Ekstraksi Cunam/Forceps

H. Langkah-Langkah Ekstraksi Cunam/Forceps


PERSALINAN CUNAM/FORCEPS OUT-LET DENGAN
UUK DI ANTERIOR (oksiput anterior)
Pada umumnya presentasi kepala belakang dengan ubun-ubun kecil di depan
menunjukkan bahwa putaran paksi dalam telah selesai, yang berarti kepala sudah
sampai atau hampir sampai di dasar panggul
 Orientasi, forcep dalam keadaan terkunci dipegang di depan vulva dan
penolong membayangkan bagaimana seharusnya forcep akan dipasang, yaitu
terletak biparietal terhadap kepala dan melintang terhadap panggul.

Gambar 7. Cunam/forceps dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang berdiri di depan
vulva sambil membayangkan posisi cunam/forceps kelak di dalam jalan lahir.

20
 Memasang forceps, sendok sebelah kiri harus dipasang terlebih dahulu, jika
sendok kanan yang dipasang lebih dulu , sendok baru dapat dikunci setelah
sendok bersilanganlebih dulu
 Tangkai sendok kiri dipegang tangan kiri seperti memegang pensil yaitu
dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk, pegangan pada tangkai cunam/forceps
dalam keadaan tegak lurus di depan vulva.
 2-4 jari tangan kanan operator dimasukkan pada sisi kiri belakang vulva di
samping kepala anak.
 Ujung daun sendok kiri dimasukkan vagina antara kepala anak dan sisi palmar
jari-jari tangan kanan operator; dengan dorongan ibu jari tangan kanan dan
tuntunan jari-jari tangan kanan melalui gerakan horizontal, sendok
cunam/forceps ditempatkan di samping kiri kepala anak.

Gambar 8. Pemasangan daun cunam/forceps kiri pada sisi kiri panggul ibu; Jari telunjuk dan
tengah tangan kanan dimasukkan vagina. Ibu jari diarahkan ke atas. Daun cunam/forceps
diluncurkan sepanjang jari telunjuk tangan kanan dengan menekan tangkai cunam/forceps.

 Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh
asisten.

Gambar 9. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh
asisten.

21
 Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan di samping kanan
kepala anak.

Gambar 10. Pemasangan sendok kanan; Sendok kiri yang sudah terpasang dipegang oleh
asisten (atau ditahan dengan kelingking tangan kiri). Ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah
tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang tangkainya dipegang tangan kanan.

 Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk memudahkan


penguncian cunam/forceps.

Gambar 11. Penguncian; Masing-masing tangan memegang tangkai cunam/forceps. Kedua ibu
jari saling berdekatan di atas gagang cunam; Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu
dapat dilakukan reposisi daun cunam/forceps untuk memudahkan penguncian.

 Setelah penguncian, dilakukan pemeriksaan dalam ulangan untuk mengetahui


apakah:
1. Kedua daun cunam sudah dipasang secara benar.
2. Terdapat bagian anak selain kepala atau jalan lahir ibu yang terjepit.
3. Forceps sudah mencengkram kepala dengan baik.
 Setelah cunam terpasang dan dikunci dengan benar, dilakukan traksi
percobaan.

22
Gambar 12. Traksi Percobaan; Tangan kiri mencekap cunam diatas kunci; Telunjuk kanan
digunakan untuk mengetahui apakah kepala anak ikut tertarik saat melakukan traksi percobaan.

 Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan penguncian


cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan ini dilanjutkan dengan
traksi definitif.

Gambar 13. Traksi definitif; Tangan kanan ditempatkan di leher cunam dekap dengan kepala
janin. Tangan kiri operator di sebelah distal tangan kanan.

 Traksi definitif diawali dengan tarikan horizontal secara intermiten sampai


perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum teregang. Supaya
tarikan tidak terlalu kuat hendaknya tarikan dilakukan pada waktu his yang
disertai tenaga mengedan. Supaya tidak mendapatkan tekanan terus menerus
maka terdang tarikan dihentikan dan dikendorkan.
 Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan cara
meletakkan empat jari tangan di atas permukaan atas “pegangan cunam” dan
dorongan ibu jari dan sisi belakang permukaan bawah “pegangan cunam”.
 Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya kepala anak
selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih terpasang atau cunam

23
yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya kepala anak dilahirkan dengan
maneuver Ritgen.

Gambar 14. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan perineum
dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan.

 Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan persalinan


presentasi belakang kepala seperti biasanya.
 Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manual sambil melakukan eksplorasi
jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir (Cuningham, 2010).

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK KIRI DEPAN


(posisi oksipitalis kiri depan)
 Dengan tangan kanan, operator menentukan posisi telinga kiri janin yang
berada di sebelah kiri posterior.
 Dengan tuntunan jari-jari kanan dalam vagina, tangan kiri memasang
cunam/forceps kiri setinggi telinga kiri janin.
 Sendok cunam/forceps kiri yang sudah terpasang ditahan oleh asisten atau
dibiarkan saja dan hendaknya berada pada kedudukannya tanpa paksaan.
 Dua jari tangan kiri masuk pada sisi kanan belakang vagina dan sendok
cunam/forceps kanan yang dipegang dengan tangan kanan dimasukkan vagina
dengan tuntunan jari-jari tangan kiri tersebut dan segera digeser ke depan untuk
ditempatkan setinggi telinga depan janin, sehingga sendok cunam/forceps
kanan berada pada posisi yang tepat berhadapan dengan sendok cunam/forceps
kiri yang sudah terpasang sebelumnya.
 Setelah kedua sendok cunam/forceps dikunci, maka posisi masing-masing
sendok cunam/forceps berada di depan dan di belakang (pada diameter oblique
pelvik).
24
PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH DENGAN UUK
KANAN DEPAN (posisi oksipitalis kanan depan)
 Pemasangan sendok cunam/forceps dilakukan dengan cara yang sama, tetapi
dengan arah yang berbeda.
 Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan sendok
cunam/forceps kanan harus dipasang lebih awal .
 Penguncian hanya dapat dilakukan setelah tangkai sendok cunam kanan
disilangkan dan ditempatkan di atas tangkai sendok kiri.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH


DENGAN UUK MELINTANG
 Jenis cunam/forceps obstetrik yang tepat digunakan adalah cunam/forceps
Tucker Mc Lane atau cunam/forceps Kielland.
 Pemasangan tidak berbeda, sendok cunam/forceps pertama yang dipasang
adalah sendok cunam/forceps yang akan ditempatkan setinggi telinga posterior
dan sendok cunam/forceps kedua dipasang setinggi telinga depan (setelah
digeser ke depan).
 Dengan pemasangan di atas, satu sendok cunam/forceps akan berada di depan
sakrum dan satu sendok lagi di belakang simfisis pubis.

PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UUK POSTERIOR (posisio


oksipitalis posterior persisten)
Persalinan dengan posisi oksipitalis posterior persisten sering terjadi pada
persalinan dengan anaestesi epidural. Posisi oksipitalis posterior kiri atau kanan,
artinya:
1. Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
2. Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan lokasi
telinga posterior dapat menyebabkan oksiput berputar spontan ke depan
dengan sendirinya.
3. Agar oksiput berada di sebelah depan, maka dapat dilakukan tindakan:
1. Rotasi manual
Bila oksiput berada di sebelah kiri belakang, operator menggunakan tangan
kanannya untuk memutar kepala dan sebaliknya bila oksiput di sebelah kanan

25
belakang maka operator menggunakan tangan kirinya untuk memutar kepala.
Gerakan pronasi lebih mudah dikerjakan dibandingkan gerakan supinasi
(Cuningham, 2010)
Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps.
2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap sinsiput, jari-
jari berada pada satu sisi telinga dan ibu jari pada sisi telinga yang
lain.
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya ke depan
bersamaan dengan gerakan tangan untuk memutar kepala dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga oksiput berada di sebelah
depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi persalinan
spontan atau dengan ekstraksi cunam/forceps (dengan cunam
Kielland).

Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri dengan cara:


1. Tangan kiri operator ditempatkan di atas abdomen dan
menarik bahu kanan ke arah kanan ibu. Secara serentak,
tangan kanan operator memegang kepala janin pada
diameter biparietal dan memutarnya dengan gerak pronasi
sejauh 1800
2. Pada akhir tindakan, oksiput janin berada di sebelah
anterior.

Gambar 15. Rotasi Manual

26
Pemutaran dengan cunam/forceps Kielland
 Bila tak dapat melakukan rotasi manual, maka persalinan
pervaginam dapat diusahakan dengan bantuan ekstraksi cunam.
 Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan oksiput tetap di
posterior atau oksiput di anterior.
 Teknik yang dilakukan, ialah:
1. Dikerjakan traksi horizontal sampai pangkal hidung berada di
bawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada “pegangan” cunam secara
perlahan sampai oksiput secara bertahap muncul di depan
perineum.
 Mengarahkan “pegangan” cunam ke bawah dan lahirlah pangkal
hidung, muka dan dagu di depan vulva.
 Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.

Gambar 16. Persalinan cunam/forceps rendah pada posisi oksipitalis posterior persisten; Gambar
”panah” menunjukkan titik saat kepala mengalami fleksi setelah bregma melewati arcus pubis; Pada
saat ini harus dicegah terjadinya ruptur perinei yang luas dengan episiotomi luas.

PERSALINAN CUNAM/FORCEPS RENDAH


PADA PRESENTASI MUKA
 Hanya dapat dikerjakan pada kasus presentasi muka mento anterior.
 Pada awalnya dilakukan traksi cunam/forceps bawah sampai dagu nampak di
bawah simfisis.
 Kemudian dilakukan traksi elevasi ke atas, setelah dagu nampak di bawah
simfisis maka secara berurutan lahir hidung, mata, dahi dan oksiput di tepi
anterior perineum.

27
Gambar 17. Traksi Cunam/Forceps Atas Setelah Dagu Lahir

Pemasangan cunam/forceps dikatakan gagal apabila:


1. Cunam/forceps tidak dapat dipasang
2. Cunam/forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
Penyebab kegagalan ekstraksi cunam/forceps, antara lain:
1. Kesalahan menentukan denominator kepala
2. Adanya lingkaran konstriksi.
3. Adanya disproporsi sefalopelvik yang tidak ditemukan sebelumnya.
Bila sebuah persalinan operatif pervaginam diperkirakan menemui kesulitan
maka tindakan tersebut dinamakan “ekstraksi cunam/forceps percobaan”.
Tindakan “ekstraksi cunam/forceps percobaan” dilakukan dengan kamar bedah
yang telah dipersiapkan untuk sewaktu-waktu dapat digunakan melakukan
tindakan sectio caesar manakala “ekstraksi cunam/forceps percobaan” tersebut
menemui kegagalan. Bila aplikasi daun cunam/forceps tidak dapat dilakukan
dengan baik, maka persalinan dengan ekstraksi cunam/forceps dianggap gagal
dan persalinan harus segera diakhiri dengan ekstraksi vakum atau sectio caesar.
Bila aplikasi dan cunam/forceps dapat dilakukan, namun pada traksi percobaan
tidak diikuti dengan desensus kepala yang berarti maka persalinan
cunam/forceps dianggap gagal (“failed forceps”) dan persalinan harus diakhiri
dengan sectio caesar atau ekstraksi vakum (Cuningham, 2010)

2.10 Komplikasi Ekstraksi Cunam/Forceps

Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ekstraksi forseps adalah:


a. Ibu
 Perdarahan: akibat atonia utri atau trauma jalan lahir.
 Infeksi: akibat dari pemasangan alat atau dari pemeriksaan dalam
28
 Trauma jalan lahir
- Trauma jaringan lunak : robekan vagina sampai rupture uteri
- Trauma tulang-tulang : simfisiolosis, fraktur os koksigis, dll.
- Terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan
terjadinya fistula utero vaginal.
b. Janin
 Bekas forseps pada wajah, memar, laserasi, sefalohematoma
 Trauma saraf fasial
 Fraktur tengkorak, perdarahan intracranial

2.9 Upaya Pencegahan Komplikasi

1. Pastikan indikasi dan syarat penggunaannya


2. Penempatan mangkuk yang tepat
3. Hindari terjepitnya jaringan lunak ibu
4. Arah tarikan yang benar
5. Hindari kekuatan tarikan yang berlebihan
6. Koordinasikan tarikan dengan usaha meneran
7. Awasi penurunan/pengeluaran

2.10 Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps

Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi
trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi. Oleh
karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian
infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim
menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi (Cuningham,
2010).

29
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

30
Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang: Bagian Obgyn RSMH FK
Unsri.
Syamsuddin, Komar. 2008. Ekstraksi Forseps. Palembang: Bagian Obgyn RSMH FK
Unsri.
Husin, D. Ma’arifin, Abdul Bari Saifuddin, Muhyidin Danakusuma. 1997. Modul “Safe
motherhood” Dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia. Jakarta
Cunningham FG (editorial): Forceps Delivery and Vacuum Extraction in “William
Obstetrics” 22nd ed p 547–563, Mc GrawHill Companies 2005.
Cunningham et al. 2010. Forceps Delivery and Vacum Extraction. William Obstetretics,
23 rd.
http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?

searchword=vakum&ordering=&searchphrase=all

http://www.google.com/#bav=on.2,or.r_qf.&fp=efb31bd650ce564d&q=persentase+ekstraksi+va

kum

Sarwono. 2010. Bedah Kebidanan. Ekstraksi Vakum. PT Bina Pustaka, Jakarta.

Benzion Taber, MD. Kapita selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi; Alih bahasa; Teddy

Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2, Jakarta, EGC.1994

Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Persalinan Lama. PT Bina Pustaka, Jakarta

Standar Pelayanan Kebidanan; 60

Medina Tanya HA. Protraction labour : diagnosis and management. AAFP. 2006;73:659.

31

Anda mungkin juga menyukai