Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada
organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu
juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian
lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang
tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa
transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala -
gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh
seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu
pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik
maupun fisik. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan – gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh
yang oleh para peneliti dan klinisi disebut Depresi Post Partum.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang di maksud masa nifas?
2. Apa saja klasifikasi masa nifas ?
3. Apa saja perubahan psikologis pada masa nifas ?
4. Pada hari apa saja kunjungan pada masa nifas ?
5. Bagaimana Peran Dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa nifas ?
6. Apa yang dimaksud Psikosa Post Partum ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas
2. Mengetahui klasifikasi masa nifas
3. Mengetahui perubahan psikologis pada masa nifas

1|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


4. Mengetahui kunjungan pada masa nifas
5. Mengetahui Peran Dan Tanggung Jawab Bidan dalam masa nifas
6. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Psikosa Post Partum

2|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas


Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-
40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281)

B. Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu,
berbulan – bulan atau tahunan.

C. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif
terhadap lingkungannya.

3|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


2. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat
diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan
sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.

D. Kunjungan Pada Masa Nifas


Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)


Tujuannya:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda
penyakit.

4|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)


Tujuannya :
a. Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
b. Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan
pengalaman persalinan
c. Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan

4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)


Tujuannya :
a. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)

E. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara
lain:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan
dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

5|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

F. Psikosa Post Partum


1. Pengertian Psikosa Postpartum
Psikosa pospartum merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai
dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality )
yang terjadi kira-kira 6 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa
yang serius, yang timbul akibat penyebab organik maupun emosional
( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi
secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan
tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi
tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama
dalam 6 minggu setelah melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua golongan
besar, yaitu :
a. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak
pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan
dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
b. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau
jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang
berkembang dalam jiwa seseorang.
2. Faktor resiko
a. Riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
b. Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
c. Berulang pada 20 – 50 % kasus.
d. Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan
campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup

6|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


e. Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran
fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
f. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif
seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
g. Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan
diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.
Wanita dengan riwayat pribadi psikosis, gangguan bipolar atau
skizofrenia memiliki peningkatan risiko mengembangkan psikosis
postpartum. Demikian juga, wanita yang memiliki riwayat keluarga
psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia memiliki kesempatan lebih besar
untuk mengembangkan gangguan tersebut. Additonally, wanita yang telah
memiliki insiden masa lalu postpartum psikosis adalah antara 20% dan 50%
lebih mungkin mengalami lagi dalam masa kehamilan.
3. Etiologi
a. Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau
etnik )
b. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi
)
c. Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian,
riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dan
lain-lain )
d. Faktor keturunan
e. Karakter personal seperti harga diri yang rendah.
f. Perubahan hormonal yang cepat.
g. Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).
h. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan
orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
i. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
j. Merasa terisolasi.
k. Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu
masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.
Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau
masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita
tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.

7|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


4. Epidemiologi
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Gejala
psikosis post partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum.
5. Anamnesis
Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran. Sebagian besar
muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana hati
yang elasi.iritabel, disinhibisi.bertindak semaunya, perhatiannya mudah
teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka menyerang, tidak banya
bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur), halusinasi, waham,
kebingungan, kurangnya tilikan.
6. Patofisiologi
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia
produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya
sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian
tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental.
Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri
yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca
persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus
mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan
suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas
dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya,
menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini
hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu
sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat,
antara lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum.
Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu
pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat
terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan
merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri
dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh
bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi,

8|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan
emosional atau disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian
psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita
pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul
setelah hari ke 3 pasca persalinan.
7. Tanda dan Gejala
a. Gejala awal :
1) Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2) Sulit tidur atau imsomnia
3) Sering menangis
4) Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
5) Merasa Letih dan lelah
6) Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7) Mudah tersinggung / labil
8) Sakit kepala
9) Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
10) Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
11) Menolak makan dan minum
b. Gejala lanjutan :
1) Curiga berlebihan
2) Kebingungan
3) Sulit konsentrasi
4) Bicara meracau atau inkoheren
5) Irasional
6) Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
7) Agresif
8) Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi
postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum.
Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan
bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
c. Gejala yang sering terjadi adalah:
1) Delusi
2) Halusinasi

9|Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


3) Gangguan saat tidur
4) Obsesi mengenai bayi
8. Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam
waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering
mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas
terasa cepat.
9. Pemeriksaan
a. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
b. Bayi : bukti adanya penelantaran
10. Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini
adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi
seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah
sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam
penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-
orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
11. Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari
ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
a. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa
pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila
terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
b. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode
pospartum.
c. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga

10 | A s u h a n K e b i d a n a n K e g a w a t d a r u r a t a n
membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang
berlebihan.
d. Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan
mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu.
Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang
dipercaya ataupun orang yang terdekat.
e. Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan
dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu
berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
f. Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas
hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
g. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu
melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum.
Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau
membersihkan rumah.
h. Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan
sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada
mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih
baik dari setelahnya.
12. Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh
karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang
menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk
berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang
membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu
mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini
biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan
terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.

11 | A s u h a n K e b i d a n a n K e g a w a t d a r u r a t a n
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan
dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian
besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
a. Beristirahat cukup
b. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
c. Bergabung dengan orang-orang yang baru
d. Bersikap fleksible
e. Berbagi cerita dengan orang terdekat
f. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
13. Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi).
Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat
antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika menyusui).
a. Pengobatan
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang
lain :
1) Dirawat di rumah sakit.
2) Obat-obatan : anti psikotik, antidepressan
14. Komplikasi
a. Bunuh diri
b. Penelantaran anak
c. Pengasuhan yang tidak sesuai
d. Berpikir untuk menyakiti
e. Pembunuhan bayi

BAB III

12 | A s u h a n K e b i d a n a n K e g a w a t d a r u r a t a n
PENUTUP

A. Simpulan
Psikosa pospartum merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai
dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang
terjadi kira-kira 6 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang
serius, yang timbul akibat penyebab organik maupun emosional ( fungsional )
dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional,
mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan
itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat
terganggu.
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama
dalam 6 minggu setelah melahirkan.Psikosa terbagi dalam dua golongan besar,
yaitu :
1. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada
aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat
keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang
terjadi dalam kehidupan seseorang.
2. Psikosa organik
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang
dalam jiwa seseorang.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa


dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

13 | A s u h a n K e b i d a n a n K e g a w a t d a r u r a t a n

Anda mungkin juga menyukai