dikulit wajahku. Ku buka perlahan mataku. Pagi itu sinar mentari begitu cerah, hangatnya menembus jendela kamarku. "Bunda.. Bangun" Aku mencoba untuk menyadarkan diriku. Ku betulkan posisi tubuhku dari tidurku. Ku rengkuh tubuh kecil itu. Ku peluk dia dalam pangkuanku. "Bunda kok cantik sih kalo bangun tidur" Aku hanya bisa tersenyum. Entah kenapa rasanya aku lebih keluh, aku ingin lama2 menatap si kecilku. "Bunda Rindu boleh tanya sesuatu?" "Boleh sayang, tanya apa?" "Tapi Bunda ga boleh nangis ya" Tubuh kecil itu begitu terasa dalam pelukanku. Semakin erat aku memeluk dirinya seakan aku tak mau ini menjadi akhir kalinya. "Iya coba Rindu mau tanya apa?" "Kenapa Bunda kasih nama Rindu dengan rindu?" Mata itu membulat. Menuntut sebuah jawaban yang cepat dan pasti. "Hm kenapa ya.. Mungkin karena Rindu akan selalu Bunda rindukan. Rindu adalah rindu terpanjang yang pernah Bunda miliki." "Kenapa? Kan Bunda bisa ketemu Rindu. Kenapa harus menjadi rindu terpanjang? Ini kan Rindu bisa peluk Bunda kapanpun. Nih sekarang aja Bunda meluknya eret banget" Tanpa terasa aku semakin erat memeluknya. Airmataku tak lagi dapat tertahan. Aku terisak memeluk Rindu. Rasanya aku tidak ingin terbangun saja. Dengan terbata aku menjawab, "karena Rindu hanya bisa Bunda temui dalam mimpi nak. Karna Rindu hanya bisa Bunda peluk ketika Rindu datang dalam mimpi Bunda. Bunda ngga bisa peluk Rindu kapanpun Bunda ingin" Jika aku bisa memilih, aku ingin hidup dalam alam mimpiMu Ya Rabb. Ketika Kau masih berbaik hati mau mempertemukan Rindu dengan aku yang telah tega membuangnya. Maaf Rindu. Maaf.