Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN RUMAH SEHAT

I. IDENTITAS
• Nama : Tn. R
• Umur : 53 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Guru mengaji
• Alamat : Jl. Racing Centre Lr.6 No. 18 B

II. ANGGOTA KELUARGA

No Nama Umur JK Agama Pekerjaan Status

1 Tn. R 53 Th L Islam Guru mengaji Kepala keluarga

2 Ny. D 44 Th P Islam IRT Isteri/Ibu

3 An. D 10 Th P Islam Pelajar Anak

4 An. A 4 Th L Islam Belum Sekolah Anak

III. PROFIL KELUARGA


Keluarga Tn. R terdiri atas 3 orang anggota keluarga dengan Tn. R
sebagai kepala keluarga, Ny. D sebagai isteri dan ibu, serta 2 orang anak yaitu
An. D. dan An. A. Tn.R berprofesi sebagai Guru, Ny.D sebagai Ibu Rumah
Tangga, An.D sebagai pelajar SD serta An. A belum sekolah

IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


Keluarga Tn. R tergolong keluarga menengah ke atas. Dari sisi
penghasilan Tn. R menyampaikan bahwa dari gaji bulanan nya hingga saat ini
cukup untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk biaya sekolah An. D

1
Rumah keluarga Tn. R berada di daerah rumah padat penduduk yaitu di
jalan Racing Centre dimana dengan lahan yang agak luas untuk tiap kepala
keluarga. Rumah Tn.R dibangun dengan konstruksi dari beton dengan 1
tingkat, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, dan 1
dapur. Di rumah Tn. R juga perabotan-perabotan yang tergolong perabotan
kelas menengah atas.

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tn.R mengaku bahwa selama ini keluarganya cenderung sehat dan
jarang mengalami sakit. Namun, Tn. R mengakui sering mengkonsumsi
makananan yang kecut dan pedas.Istri dan Anak pasien sehat.

VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA


Menurut pengakuan pasien, pola makannya sehari-harikurang teratur,
dan dimasak sendiri oleh istri pasien. Bahannya dibeli di penjual gandengan
yang lewat di depan rumah pasien setiap pagi. Makanan yang belum diolah
dan yang sudah diolah kadang dimasukkan ke kulkas dan ketika akan
dimakan, dipanaskan kembali. Pasien memerhatikan kebersihan makanan
yang ia olah dan ia konsumsi, dan tidak pernah mengonsumsi multivitamin.

VII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA


Hubungan antar anggota keluarga sangat baik, tidak ada permasalahan
maupun konflik yang mengganggu keseharian keluarga pasien.Masing-
masing anggota keluarga menjalankan tugas dan peranan dengan baik. Semua
anggota keluarga berhak mengeluarkan pendapat.

VIII. LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat, namun kondisi
kontrakan cukup baik. Dari sisi kebersihan disediakan tempat sampah di
depan setiap rumah. Pasien juga menyampaikan bahwa kehidupan bersama
tetangga terjalin dengan baik, tidak ada konflik yang mengganggu.

2
IX. DOKUMENTASI

Lorong menuju rumah pasien

Ruang Tamu

Kondisi Dapur

3
Kondisi Jamban

Kamar tidur

BAB II
SYARAT RUMAH SEHAT

I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW


Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa
perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya
kejadian penyakit dalam masyarakat.1

4
Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah.Sebaiknya
tetap berkisar antara 18-20oC.suhu ruangan ini tergantung pada:
– Suhu udara luar
– Pergerakan udara
– Kelembaban udara
– Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-
conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan


Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam
hari.Yang ideal adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-
ruangan mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)


Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap
segar (cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup
mempunyai jendela.Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas
lantai.Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat
mengalir bebas bila jendela dibuka.

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara


Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara
yang berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari
sumber-sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah,
lapangan terbang, stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.

2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis

5
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus
mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak
terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana
semua anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang
untuk menerima tamu.

3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan


a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.

4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit


a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang
baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti:
nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

II. BAHAN BANGUNAN

6
a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin
atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang
mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di
sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.2,3
b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi
tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan,
lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,
maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan
ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.2,3
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan.Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama.Tetapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang
baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut
ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada

7
ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan
kayu.2

III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang
berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Di samping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
tetap dalam kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi
secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding, dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangan lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir.Artinya
dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

8
Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara
penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau
mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai
berikut: 2
 Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai
ruangan.
 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang
mengalir keluar ruangan.
 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower
atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan
kerja.

IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak.Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah,
terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan
akhirnya dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang

9
terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat
jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di
samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan
agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari
dinding).Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi
dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng
kaca.Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan
melubangi genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian
menutupnya dengan pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

V. LUAS BANGUNAN RUMAH


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia di dalam rumah.Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur,
makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan
beberapa ketentuan sebagai berikut: 2
 kebutuhan luas per jiwa
 kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
 kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

10
lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3
m2 untuk setiap orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka
ruangan-ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya
penyakit. Penularan penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya
TBC akan mudah terjadi di antara penghuni rumah. Dari penelitian
berjudul Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang, yang dilakukan oleh Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan
ada hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban
rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan penghuni rumah dengan
kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable suhu tidak memiliki
hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis pada anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus
dibagi dalam jumlah yang banyak. Misalnya air.Walaupun kwalitasnya
baik, tapi karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi
kurang, sehingga penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari
tidak mandi. Hal ini akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penykait dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih
mudah terjadi, misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-
penyakit saluran pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga
mempunyai kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu.

11
Hal ini akan menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak
muda tida suka tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya
kejahatan dan kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga
yang tidak harmonis. Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di
samping menyebabkan perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak
baik juga menimbulkna masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT


Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai
berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat
yang digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran
Rumah Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan
2004.5

12
VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH
SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam
perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan
berkelanjutan di daerah tropis.Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar
dan lokakarya internasional tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di
daerah tropis pada tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas tentang Baubiologie
(lihat: Schneider, Anton. Gesünder Wohnen durchbiologisches Bauen.
Neubeuren 1982).6
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari,
maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang
dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan

13
belum pernah sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia
cenderung merusak lingkungan sebagai dasar kehidupannya.6
Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan
lingkungan, manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai
standar rumah ekologis yang sehat.6
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan
pembangunan sebagai paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari
wilayah kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi
300 m, serta utilitas dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata
kota kontemporer. Alun-alun sebagai taman/hutan kota merupakan
ruang beraneka-ragam yang sangat mempengaruhi kualitaskehidupan
dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan dalam tata-kota
menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota lama sering terjadi
kekurangan lahan hijau seperti jaringan penghubung (biotop
interconnection) dengan penghijauan berbentuk bahu jalan yang
ditanami dengan pohon peneduh dan semak belukar. Penghijauan di
lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota
dengan produksi oksigennya yang mendukung kehidupan sehat bagi
manusia, mengurangi pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas
iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan kemudian
menguap kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan
dan melindungi lereng gunung terhadap tanah longsor.6
2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada
juga yang bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock,
dan peneliti yang lain membuktikan bahwa setiap materi juga
mengandung semacam kesadaran. Manusia merupakan penengah di
antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-satunya makhluk yang
memiliki badan material dan kerohanian. Dengan demikian manusia

14
juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang tidak
dapat ditangkap dengan pancainderanya.
Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut,
maka di dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:
 sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung
fluoresensi
 semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral,
pembumian)
 menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat
menyalurkan medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di
atasnya
 mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari
keadaan standby
 memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
 menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam
(hand phone), juga
 orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah
dan patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa
perhatian pada jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang
yang sedang tidur.6
3. Menggunakan bahan bangunan alamiah
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan
peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan
bangunan baru. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga
ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika
bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi
dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para
ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena
tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan
tradisional.6

15
4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang
cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.Orientasi
bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin.Sebagai
kompromi letak gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak
tegak lurus terhadap arah angin.Gedung sebaiknya berbentuk persegi
panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang.
Letak gedung terhadap sinar matahari yang Letak gedung terhadap arah
angin yang paling paling menguntungkan bila memilih arah dari
menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus timur ke barat terhadap
arah angin itu Ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon
peneduh tanpa mengganggu gerak udara.6
5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang
mampu mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan
menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini
tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran
pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan
yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air. Bahan
bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan berbagai cara. Makin
kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan
makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini
berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui
gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya
pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh
kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang
melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan kelembapan apapun
dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu
(aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena
mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.6

16
6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi
bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan
merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis
lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada.6
7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa
pakai bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi
saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur
bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan
bangunan. Bahan bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur
(sebaiknya tahan minimal 60 tahun), bagian sekunder, atau bagian
perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar 5-20 tahun selalu harus
dipertimbangkan masa pakainya (life span).6
8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam
perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika.Proporsi
dan keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk
arsitektur.Oleh karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung
ilmu proporsi. Pengertian proporsi dapat dianggap dalam bentuk
proporsi bidang maupun bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan
oleh Pythagoras dan penganutnya.6
9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari
lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan
sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan
bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut,
kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang
mencemari tanah, serta rantai bahan secara holistis harus

17
dipertimbangkan.Masalah padatnya penduduk dan ketidakpedulian
terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan
lingkungan alam kita yang makin parah. Kebebasan untuk memilih dan
tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh rasa tanggungjawab dan
secara berkesinambungan adalah dasar etika lingkungan.6
10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan
secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang
merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan
patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan
perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang
merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat dihindarkan.6

18
BAB III
PEMBAHASAN

Setiap manusia, dimana pun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal


yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat
bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai
tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Rumah yang sehat
merupakan rumah yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga
dapat bekerja secara produktif.

Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki oleh
Tn. R untuk dikategorikan sebagai rumah sehat:

Berdasarkan 14 parameter yang dipakai sebagai parameter rumah sehat


didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Tn. R memenuhi syarat kesehatan
baik yakni: ventilasi, pencahayaan alami, lokasi, kepadatan hunian, lantai, dan
polusi udara.

Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga dalam
kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan
seseorang.

19
Tabel hasil observasi penilaian
N
VARIABEL SKOR
O
1 Lokasi a. Tidak rawan banjir 3

b. Rawan banjir 1

2 Kepadatan hunian a. Tidak padat (>8m2/orang) 3

b. Padat (<8m2/orang) 1

3 Lantai a. Semen ubin, keramik, kayu 3

b. Tanah 1

4 Pencahayaan a. Cukup 3

b. Tidak cukup 1

5 Ventilasi a. Ada ventilasi 3

b. Tidak ada 1

6 Air Bersih a. Air dalam kemasan 3

b. Ledeng/PAM 3

c. Mata air terlindung 2

d. Sumur pompa tangan 2

e. Sumur terlindung 2

f. Sumur tidak terlindung 1

g. Lain-lain 1

7 Pembuangan kotoran a. Leher angsa 3


(Kakus)
b. Plengsengan 2

c. Cemplung/cubluk 1

d. Kolam ikan/sungai/kebun 1

8 Septic Tank a. Jarak >10 m dari sumber air 3

b. Lainnya 1

20
N
VARIABEL SKOR
O
9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3

b. Bersama 2

c. Tidak ada 1

10 SPAL a. Saluran tertutup 3

b. Saluran terbuka 2

c. Tanpa saluran 1

11 Saluran GOT a. Mengalir lancar 3

b. Mengalir lambat 2

c. Tergenang 1

d. Tidak ada got 1

12 Pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3

b. Ditimbun 2

c. Dibuat kompos 3

d. Dibakar 2

e. Dibuang ke kali 1

f. Dibuang sembarangan 1

g. Lainnya 1

13 Polusi Udara a. Tidak ada gangguan polusi 3

b. Ada gangguan 1

14 Bahan bakar masak a. Listrik/gas 3

b. Minyak tanah 2

c. Kayu bakar 1

d. Arang/batu bara 1

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya


Bakti; 2000. Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from :
URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat.
[online]. 2009. Available fromURL: http://www.panda.org/downloads/
general/lpr2004.pdf
5. Supraptini.Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis
Data Susenas 2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan
Badan Litbangkes; 2004.hal 1-12
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah
dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu
Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005.
Available from : URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan
Tengah. 2005. hal 1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan
Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas
Kesehatan Subdin Promosi Dan Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia.
[online]. 2009. Available fromURL:http://www.redaksi@persit-
kckjaya.org

22

Anda mungkin juga menyukai