Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih meenghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tujuan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera, kematian dan kerugian materil. Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda Malang khususnya pada Unit Pemeliharaan Sarana memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi diantara unit yang lainya. Pada tahun 2019 terdapat 10 kasus kecelakaan kerja dimana merupakan kasus tertinggi di RSIA Puri Bunda, penyebabnya adalah kurang tepatnya manajemen risiko yang diterapakn di RSIA Puri Bunda. Upaya pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara identifikasi risiko, penilaian risiko dan menentukan tindakan pengendalian risiko. Salah satunya dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Analysys and Risk Control) yang di dalamnya terdapat identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko. 6.1. Pembahasan hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC Pada unit Pemeliharaan Sarana RSIA Puri Bunda Berdasarkan Identifikasi risiko di Unit Pemeliharaan Sarana RSIA Puri Bunda dilakukan dengan melihat risiko dari setiap pekerjaan dengan hasil bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Saran RSIA Puri Bunda memiliki risiko fisik, kimia, biologi da psikososial. Hasil identifikasi risiko dari setiap pekerjaan sebagai berikut : 1. Perbaikan Air Buntu. A. Idetifikasi bahaya Berdasarkan hasil analisis risiko melalui observasi pekerjaan Perbaikan Air Buntu memiliko risiko fisika dan kimia : A. Risiko fisik : Terjatuh atau terpleset dari ketinggian, tangan terpotong/tergores gergaji. B. Risiko Kimia : Mengalami keracunan dan gangguan pernafasan akibat menghirup lem pipa. Hasil idenfikasi tersebut suseuai dengan hasil peneltian yang dilakukan oleh (Henri Ponda, 2015) dalam pekerjaan mengatasi saluran air, terdapat sumber bahaya berupa material cair yang mengakibatkan kondisi yang tidak aman pada tempat kerja seperti jalan yang licin karena ada ceceran oli dan tumpahan air, serta suara kebisingan yang di hasilkan mesin- mesin pemotong. Sumber bahaya lainya dapat berupa tindakan tidak aman yang berpotensi membahayakan pekerja tersebut seperti tindakan kecerobohan atau kurang hati-hati saat melakukan pekerjaan. Pekerja melaksanakan pekerjaan tidak sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP)dengan benar dan bekerja tidak memakai APD yang sesuai standart serta penggunaannya yang tidak benar. Bahaya ini dapat mengakibatkan pekerja mengalami cidera hingga kematian. B. Penilaian Risiko Dari pekerjaan ini terdapat risiko yang dapat merugikan karyawan dan perusahaan diantaranya adalah : Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Seseorang yang bekerja di ketinggian atau lebih termasuk aktivitas bekerja di ketinggian (Plant & Field, 2013). Kecelakaan kerja tentu sangat merugikan bagi pekerja dan perusahaan, sehingga untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukannya pengendalian bahaya, seperti dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberika n trainingyang berhubungan dengan pekerjaan clogging, scafolding, dan pemakaian APD (Safetyglass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes). 2. Perbaikan Kipas Angin A. Idetifikasi bahaya Berdasarkan hasil analisis risiko melalui observasi pekerjaan Perbaikan Kipas Angin memiliki risiko fisik dan ergonomi : a. Risiko Fisik : Tersetrum b. Risiko Ergonomi: Kram otot, nyeri otot, Lowback pain akibat keselahan postur kerja. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kipas angin adalah dari aliran listrik, bekerja dengan gerakan berulang dan kesalahan postur kerja. Aliran listrik berdampak pekerja mengalami terssetrum. Bekerja dengan gerakan berulang dapat menyebabkan pekerja mengalami kram otot dan nyeri totot. Kesalahan postur kerja dapat menyebabkan pekerja mengalami low back pain, nyeri otot dan kram otot. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyadi et al., 2017) menjelaskan bahwa Jenis bahaya pada lingkungan kerja dalam boiler (alat dengan arus listrrik) terdapat empat jenis bahaya diantaranya adalah bahaya fisik, bahaya mekanis, bahaya kimia dan bahaya listrik. Sumber bahaya listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan konsleting. Bahaya Listrik, Yaitu terkena aliran listrik (kesetrum). Kemudian dapat mengalami luka bakar hingga meninggal dunia, pada area boiler di perusahaan ini memang menggunakan listrik bertekanan tinggi akan tetapi pada area triway, furnace, reheater, economizer serta Id fan yang sangat berbahaya. Menurut (Wijaya, Panjaitan, & Palit, 2015) Ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang beraneka ragam mulai dari kapsitas bahaya yang rendah hingga bahaya yang tinggi. Jenis kategori hazard adalah bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik,bahaya elektrik, bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi,dan bahaya psikologi. Manajemen risiko Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi peusahaan. Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik yaitu dengan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control). B. Penilaian risiko Pekerjaan perbaikan kipas angin setelah dilakukan observasi penilaian risiko memilik tingkat risiko bersyarat karena memiliki skor WRAC 13. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut, sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menetukan tindakan pengedalian risiko dari pekerjaan perbaikan kipas angin didapatkan hasil tindakan pengedalian dengan metode Eliminasi (mematiakan aliran listrik, peregangan setiap 15 menit) Administrasi (peembuata pedoman bekerja secara ergonomi) dan rekayaas enginering (mengatur posisi kerja). Penelitian ini sejlan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyadi & Fauzi., 2017) Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan tingkat risiko agar menjadi rendah sesuai dengan hirarki risiko serta peraturan perundang-undangan yaitu untuk bahaya listrik yaitu terkena sengatan listrik pada saat menghidupkan panel-panel yang terdapat pada area boiler diantaranya ialah pada area triway, furnace, reheater, dan id fan. Tindakan pengendalian/penurunan risiko dapat dilakukan dengan penggunaan APD seperti safety shoes dan sarung tangan kulit, serta APAR, Rambu K3 dan pembatasan akses pada area ini, serta operator perlu diberikan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui SOP pada pekerjaan tersebut, diberikan pengujian kesehatan atau proses evakuasi jika terjadi kecelakaan serta selalu memantau lingkungan kerja serta pengendalian teknis agar bahaya bisa dihindari. 3. Pemanasan Genset A. Idetfikasi Bahaya Berdasarkan hasil observasi identifiaksi bahaya pekerjaan Pemanasan Genset memiliki risiko fisik antara lain : a. Risiko Fisik : Gangguan pendengaran, tersetrum, luka bakar, kematian. Sumber bahaya dari pekerjaan pemanasan genset adalah kebisingan dari suara genset dan konsleting dari kabel genset. Material panas pada saat melakukan pemanasan genset dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak di tanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko pekerjaan pemanasan genset memiliki tingkat risiko ketat karena memiliki scor WRAC 21. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil Observasi pengedalian risiko dengan metode HIRARC didapatkan hasil tindakan pengedalian dari risiko pekerjaan pemanasan genset adalah denngan menggunakan metode APD (Earmuff, sepatu safety, wearpack dan helm), Eliminasi/menghilangkan bahaya dengan cara pengecekan kondisi kabel secara rutin dan menyediakan APAR. Menurut (Ramli, 2010) bahaya listrik Merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan energi listrik. Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap rancangan. pengendalian/penurunan risiko dapat dilakukan dengan penggunaan APD seperti safety shoes dan sarung tangan kulit, serta APAR, Rambu K3 dan pembatasan akses pada area ini, serta operator perlu diberikan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui SOP pada pekerjaan tersebut, diberikan pengujian kesehatan atau proses evakuasi jika terjadi kecelakaan serta selalu memantau lingkungan kerja serta pengendalian teknis agar bahaya bisa dihindari. 4. Perbaikan panel listrik A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi bahaya pekerjaan Perbaikan Panel Listrik memiliki risiko fisik: a. Risiko Fisik : tersetrum, mengalami luka bakar, hingga kematian. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan panel listrik berasal dari konsleting dari kabel dan aliran listrik dari panel. Risiko tersebut dapat menyebabkan kesetrum, kebkaran hingga kematian. Bahaya listrik Merupakan bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan energi listrik (Ramli, 2010). Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap rancangan. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan panel listrik adalah memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 19. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian dari risiko pekerjaan perbaikan panel listrik adalah dengan menggunakan Eliminasi dengan cara mematikan aliran listrik dari panel, Administrasi dengan cara pembuatan SOP perbaikan panel dan APD (Sarung tangan, sepatu, wearpack dan helm). 5. Pekerjaan Ganti Oli Genset A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi bahaya dengan metode HIRARC pada pekerjaan Ganti Oli Genset memiliki risiko fisik dan kimia : a. Risiko Fisik :Mengalami terpleset yang bisa menyebabkan cidera. b. Risiko Kimia : Mengalami keracunan, luka bakar, gangguan pernafasan. Sumber bahaya dari pekerjaan ganti oli genset adalah ceceran dari oli genset yang tumpah dapat menyebabkan terpleset karena ceceran oli dan kebakaran akibat tumpahan oli dari genset. Sejalan dengan hasil peneltian yang dilakukan oleh (Henri Ponda, 2015) dalam pekerjaan mengatasi saluran air, terdapat sumber bahaya berupa material cair yang mengakibatkan kondisi yang tidak aman pada tempat kerja seperti jalan yang licin karena ada ceceran oli dan tumpahan air, serta suara kebisingan yang di hasilkan mesin. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pekerrjaan penggantian oli genset memiliki tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 19. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi pengendalian risiko dari pekerjaan pengantian oli genset dilakukan dengan pemakaian APD (Sepatu anti slip, helm, wear pack, rekayasa enginering dengan cara menyediakan pasir dan menyediakan APAR, Rambu K3 dan pembatasan akses pada area ini, serta operator perlu diberikan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui SOP pada pekerjaan tersebut, diberikan pengujian kesehatan atau proses evakuasi jika terjadi kecelakaan serta selalu memantau lingkungan kerja serta pengendalian teknis agar bahaya bisa dihindari. 6. Pekerjaan Mengganti Lampu A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi dengan metode HIRARC pada pekerjaan Mengganti lampu memiliki risiko ergonomi dan fisik : a. Risiko Fisik :Mengalami cidera, patah kaki dan tangan. b. Risiko Ergonomi: Nyeri otot dan sakit kepala. Sumber bahaya dari pekerjaan mengganti lampu adalah posisi kerja yang salah dan terpleset dari tangga. Posisi kerja yang salah dapat menyebabkan neyri otot dan sakit kepala. Terpleset dari tangga dapat menyebabkan cidera, patah kaki dan patah tangan. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan mengganti lampu didapat mengganti lampu memiliki tingkat risiko bersyarat dengan skor WRAC 12. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian dari risiko pekerjaan mengganti lampu Administrasi dengan cara pengaturan jam kerja, Pemakaian APD (Sepatu anti slip, helm, Rekayasa enginering memastkan lingkungan kerja aman. Sejalan dengan penelitian (Primasari & Denny, 2016) menjelaskan bahwa pengendalian rekayasa teknik merupakan pengendalian yang merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya. Dalam pengendalian potensi bahaya tersengat listrik, kabel listrik dan instalasi listrik sudah diberikan pengaman. Kabel listrik sudah diberikan protector dan dipasang rapi, sehingga aman dari gigitan binatang seperti tikus dan aman apabila terkena air, dan tidak mengganggu pekerja dalam berjalan ataupun melakukan pekerjaan. 7. Pekerjaan Pembersihan AC A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifiaksi bahaya dengan metode HIRARC pekerjaan Pembersihan AC memiliki risiko fisik, ergonomi dan kimia : a. Risiko Fisik :Terpleset, Cidera, tersetrum. b. Risiko Ergonomi:low back pain, dan nyeri otot. c. Risiko Kimia :Mengalami keracunan, gangguan pernafasan, gangguan pada jantung hingga kematiab akibat freon AC. Sumber bahaya dari pekerjaan pembersihan AC addalah dar posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama yang mengakibatkan low back pain, tanga yang licin mengakibatkan kepleset, cidera, aliran listrik dari AC yang mengakibatkan kesetrum, kebocoran freon AC dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri tenggorokan dan ganggua pada jantung dan sumber bahaya lantai yang licin akibat basah yang berdampak pekerja terpleset dan cidera. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didaatkan hasil pekerjaan pembersihan AC memiiki tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 18. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan trainingyang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi Oksigen, dan pemakaian APD (Safetyglass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes). 8. Pekerjaan Penghitungan Beban Listrik A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi Identifikasi bahaya pada pekerjaan Penghitungan Beban Listrik memiliki risiko fisik dan psikososial antara lain : a. Risiko Fisik mengalami tersetrum dan luka bakar akibat konsleting listrik. b. Risiko Psikososial : Mengalami stres kerja atau burnout. Sumber bahaya dari pekerjaan perhitungan beban listrik adalah alairan litrik dari kabel, terlalu banyak panel listrik yang diperiksa dan konsleting dari kabel listrik yang berdampak pada pekerja yaitu kesetrum, stres, kinerja menurun, kebakaran hingga kematian. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risik dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan penghitugan beban listrik memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai skor WRAC 19. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi penetuan tindakan pengendalaian terhadap risiko pekerjaan penghitungan beban listrik didapatkan hasil tindakan pengendalianya adalah pemkaian APD (Sepatu, helm dan wearpack), eliminasi dengan cara menghilangkangkan bahaya dengan memastikan kondisi kabel aman. Administrasi dengan cara membagi beban kerja. Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa, instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap rancangan. Menurut (Primasari & Denny, 2016) pengendalian rekayasa teknik merupakan pengendalian yang merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya. Dalam pengendalian potensi bahaya tersengat listrik, kabel listrik dan instalasi listrik sudah diberikan pengaman. Kabel listrik sudah diberikan protector dan dipasang rapi, sehingga aman dari gigitan binatang seperti tikus dan aman apabila terkena air, dan tidak mengganggu pekerja dalam berjalan ataupun melakukan pekerjaan. 9. Pekerjaan Perbaikan Pintu rusak A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identiffikasi risiko pada pekerjaan Perbaikan Pintu rusak memiliki risiko fisik dan ergonomi : a. Risiko Fisik :Terkena mata bor, luka, dan cidera b. Risiko Ergonomi : Nyeri Otot dan kram otot Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan pintu rusak adalah pengguaan mesin bor, penggunaan obeng, bekerja di posisi sama dala waktu yang lama yang berdampak pada pekerja yaitu luka terkena mata bor, cidera luka terpotong, nyeri otot dan kram otot. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapatkan hasil pekerjaan perbaikan pintu rusak memiliki tingkat risiko ketat. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil Observasi untuk menentukan tindakan pengendalian risiko terhadap pekerjaan perbaikan pintu rusak didapatkan hasil metode pengendalian Administrasi dengan membuat SOP penggunaan mesin bor yang aman, Eliminasi dengan memastikan kondisi bor aman dan melakukan peregangan setiap 15 menit. 10. Pekerjaan Perbaikan Televisi A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi bahaya pekerjaan Perbaikan televisi Rusak memiliki risiko ergonomi dan psikososial a. Risiko Ergonomi :Nyeri otot, kram otot dan nyeri bahu. b. Risiko psikososial mengalami stres kerja atau burnout dan emosi tidak terkontrol yang mengaibatkan produktifitas kerja menurun. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan tv rusak berasal dari bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, tingkat kerusakan TV terlalu berat dan Tv yang rusak terlalu banyak. Dampak dari bahaya tersebut adalah nyeri otot, kram otot, nyeri bahu, stres yang dapat mengakibatkan kinerja menurun dan produktifitas kerja menurun. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan metofe HIRARC pada pekerjaan perbaiakn TV rusak memiliki tingkat risiko bersyarat dengan skor WRAC 17. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi menentukan tindakan pengendalian dari risiko pekerjaan perbaikan TV dilakukan dengan Administrasi yaitu pembagian beban kerja dan eliminasi dengan melakukan peregangan dan mengatur posisi kerja. 11. Pekerjaan Pengurasan Tandon A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi bahaya pada pekerjaan Pengurasan Tandon memiliki risiko fisik dan kimia a. Risiko Fisik :Cidera akibat terjatuh b. Risiko Kimia :Gangguan Pernafasan, pingsan hingga kematian akibat kurang oksigen Sumber bahaya dari pekerjaan pengurasan tandon adalah terpleset dari tangga tandon dan kekurangan oksigen akibat tandon berada di bawah tanah. Dampak yang diterima pekerja adalah cidera, gangguan pernafasan, pingsan hingga kematian. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penulaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan pengurasan tandon memiliki tingkat risiko ketat dengan hasil WRAC 19. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di dapatkan metode pengendalian APD(Pemakaian sepatu anti slip) dan eliminasi dengan membuka ventilasi. 12. Pekerjaan Pembuatan saluran Air baru A. Idetifikasi Bahaya Hasil observasi identifiaksi risiko pekerjaan Pembuatan saluran air baru memiliki risiko fisik dan kimia. a. Risiko Fisik :Terjatuh dari atas plafon, mengalami cidera, terkena gergaji, terluka, lecet hingga menyebabkan kematian. b. Risiko Kimia :Mengalami keracunan dan gangguan pernafasan. Sumber bahaya dari pekerjaan pembuatan saluran air baru adalah bekerja di ketinggian, bekerja di kondisi tidak aman, gergaji besi dan lem pipa. Dampak yang dirasakan pekerja adalah terjatuh, cidera hingga kematian. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapatkan pekerjaan pembuatan saluran air baru memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 19. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian terhadap risiko dari pekerjaan pembuatan saluran air baru adalah dengan menggunaka APD (Sling, sepatu anti slip, helm dan wearpack). 13. Pekerjaan Perbaikan Telepon Rusak A. Idetifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pada pekerjaan Perbaikan Telpon Rusak memiliki risiko psikososial. a. Risiko Psikososial :mengalami stres kerja atau burnout yang mengakibatkan kinerja menurun. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan telpon rusak adalah tingkat kerusakan telpon terlalu rumit. Dampak yang dirasakan pekerjaan adaah stres dan kinerja menurun B. Penilaian Risiko Hasil observasi dari peniaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pekerjaan perbaikan telpon rusak memiliki tingkat risiko rendah dengan angka WRAC 8. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian risiko pekerjaan perbaikan telpon rusak dengan mengguakan metode Eliminasi melakukan peregangan, melakukan posisi pengangkutan dengan benar dan Pemakaian APD (Kaca mata las, sarung tangan kain dan sepatu). 14. Pekerjaan Perbaikan Bed Rusak A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Bed Rusak memiliki risiko ergonomi dan fisik a. Risiko ergonomi :Nyeri otot dan kram otot b. Risiko Fisik : Gangguan penglihatan, cidera pada mata, tersetrum dari aliran listrik alat las. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan bed rusak adalah gerakan berulang, beban bed terlalu berat, posisi pengangkatan bed yang salah dan penggunaan mesin las. Dampak yang ditimbulkan terhadap pekerja adalah nyeri otot, kram otot, gangguan penglihatan, kerusakan pada mata, cidera pada mata dan kesetrum dari aliran listrikn aliran las. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penialian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan bed rusak memiliki tingkkat risiko ketat dengan nilai WRAC 22. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi menentukan tindakan pengendalian risiko terhadap pekerjaan perbaikan bed rusak menggunakan metode eliminasi dengan melakukan peregangan, pengangkatan bed dengan posisi yang benar dan pemakaian APD (kaca mata las, sarung tangan kain dan sepatu). 15. Pekerjaan Perbaikan Almari A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Almari memiliki risiko fisik dan kimia. a. Risiko Fisik terkena mata bor yang menyebabkan cidera pada anggota tubuh b. Risiko Kimia mengalami keracunan dan luka bakar. c. Perbaikan Mesin Cuci Rusak Memiliki risiko ergonomi dan fisik d. Risiko ergonomi : Kram otot dan nyeri otot e. Risiko Fisik :Terluka yang menyebabkan cidera pada anggota tubuh. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan almari rusak adalah penggunaan mesin bor, penggunaan obeng, penggunaan plitur, penggunaan cat dan penggunaan palu. Dampak yang ditimbulkan adalah terkena mata bor, cidera, luka pada anggota tubuh, keracunan dan iritasi. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan almari rusak memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 18. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko pekerjaan perbaikan almari rusak adalah dengan pemakaian APD(sarung tangan, sepatu, helm, wear pack dan masker) Eliminasi dengan tidak menyalakan api saat bekerja dan adminitrasi dengan pembuatan SOP. 16. Pekerjaan Perbaikan Kursi besi Rusak A. Idetifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko Perbaikan Kursi besi Rusak memiliki risiko fisik, ergonomi dan psikososial. a. Risiko Fisik ;Mengalami luka yang menyebabkan cidera pada anggota tubuh karena terkena mesin gerinda, gangguan mata, mengalami tersetrum. b. Risiko Ergonomi :Nyeri otot, kram otot dan low back pain c. Risiko Psikosoial : Mengalami stres kerja atau burnout yang mengakibatkan kinerja menurun. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kursi besi rusak adalah penggunaan gerinda, mesin las, gerakan berulang da terlalu banyak kursi yang diperbaiki. Dampak dari risiko tersebut adalah luka, cidera dan terpoting terkena mesin gerinda, kerusakan pada mata dan kesetru aliran listrik mesin las. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapati hasil pekerjaa perbaikan kusri besi memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 22. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko pekerjaan perbaikan almari rusak adalah dengan pemakaian APD (Kaca mata las, sepatu, helm dan sarung tangan) Rekayasa Enginering melakukan modifikasi gerinda, eliminasi dengan melakukan peregangan setiap 15 menit dan Adminitrasi pembagaian beban kerja. 17. Perbaikan Pompa Air Rusak A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Pompa Air Rusak memiliki risiko ergonomi dan kimia. a. Risiko ergonomi :Nyeri otot, low back pain dan kram otot. b. Risiko kimia :Keracunan, gangguan pernafasan akibat lem pipa Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan pompa air adalah berat pompa air berlebihm, bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama dan lem pipa. Dampak dari risiko tersebut adalah nyeri otot, low back pain, kram otot, stres keracunan dan gangguan pernapasan. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapati hasil pekerjan perbaikan pompa rusak memiliki tingkat risiko rendah dengan nilai WRAC 9. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko pekerjaan perbaikan pompa air rusak adalah dengan Administrasi dengan pembagian beban kerja, penggunaan APD (Sepatu, wear pack). 18. Pemasangan Heat Detector A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pemasangan Heat Detector memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik :Terjatuh dari plafon terkena mata bor yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh. Sumber bahaya dari pekerjaan pemasangan heat detector adalah bekerja di ketinggian, peggunaan bor dan penggunaan gergaji. Dampak yang ditimbulkan adalah terjatuh, terluka kena mata bor, terpotong dan cacat. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapati hasil pekerjan pemasangan heat detector memiliki tingkat risiko bersyarat dengan nilai WRAC 15. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko pekerjaan pemsangan heat detector adalah dengan menggunakan tangga yang aman, menggunakan sepatu anti slip, menggunakan helm dan sling. 19. Pekerjaan pemasagan Smoke Detector A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pemasagan Smoke Detector memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik :Terjatuh dari plafon terkena mata bor yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh Sumber bahaya dari pekerjaan pemasangan heat detector adalah bekerja di ketinggian, peggunaan bor dan penggunaan gergaji. Dampak yang ditimbulkan adalah terjatuh, terluka kena mata bor, terpotong dan cacat. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapati hasil pekerjan pemasangan smoke detector memiliki tingkat risiko bersyarat dengan nilai WRAC 15. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko pekerjaan pemasangan smoke detector adalah dengan menggunakan tangga yang aman, menggunakan sepatu anti slip, menggunakan helm dan sling. 20. Perkejaan Perbaikan Kulkas A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Kulkas memilki risiko ergonomii fisik, ergonomi dan kimia a. Risiko Fisik : gangguan pada mata, cidera pada mata, lecet, luka bakar akibat terkena mesin las. b. Risiko ergonomic : Nyeri otot dan kram otot c. Risiko Kimia : Gangguan pernafasan, keracunan, iritasi saluran pernafasan, hingga menyebabkan kematian. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kulkas adalah bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, freon kulkas dan solder. Dampak yang ditimbulkan adalah nyeri otot, kram otot, gangguan pernafasan, keracunan, iritasi, gangguan jantung, kerusakan mata, kesetrum mesin las dan cacat. B. Penilaian Risiko Hasil Observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan kuklkas memiliki tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 18. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terjadap risiko pekerjaan perbaikan kulkas adalah eliminasi dengan cara melakukan peregangan, memastikan tidak ada kebocoran freon, memastikan keamanan solder dan menjaga jarak pengelasan. 21. Pekerjaan pengelasan A. Identifikasi Bahaya Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Pengelasan memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik : kerusakan pada mata, cidera pada mata, gangguan pernafasan, sesak nafas, kesetrum, mengalami luka bakar yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh. Sumber bahaya dari pekerjaan pengelasan adalah sinar dari mesin las, debu dan asap dari pengelasan, percikan api dari proses pengelasan dan listrik dari mesin las. Dampak yang ditimbulkan adalah kerusakan pada mata, ganggua pernafasan, luka bakar dan lecet. B. Penilaian Risiko Hasil observasi tindakan penilaian risiko dari pekerjaan pengelasan dengan mengunakan metode HIRARC didapatkan memiliki tingkat risiko tinggu dengan skor WRAC 24. . Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian dari risiko tersebut adalah denhan cara pemakaian APD (kaca mata las, wear pack, sarung tangan) Administrasi dengan membuat SOP Pengelasan dan eliminasi dengan memastikan kondisi mesin las aman. 22. pekerjaan Gerinda A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Gerinda memiliki risiko fisik. a. Risiko Fisik : gangguan pendengaran akibat kebisingan mesin, luka, terpotong terkena mata bor yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh, gangguan pernafasan, sesak nafas, dan iritasi saluran pernafasan. Sumber bahaya dari pekerjaan gerinda adalah suara bising, mata gerinda dan percikan api dari gerinda. Dampak yang ditimbulkan adalah gangguan pendengaran akibat kebisingan mesin, luka, terpotong terkena mata bor yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh, gangguan pernafasan, sesak nafas, dan iritasi saluran pernafasan. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko denhan menggunakan metode HIRARC pada pekerjaan gerinda memiliki tingkat risiko tinggi dengan skor WRAC 24. . Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil Observasi tindakan pengendalian risiko dari pekerjaan gerinda adalah dengan rekayasa enginering menggunakan gerinda yang aman, eliminasi memastikan gerinda aman dan pemakaian APD (Google glass, masker, ear plug, sepatu dan sarung tangan). 23. Pembersihan Exhaus Fan A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pembersihan Exhaus Fan memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik : Terjatuh dari plafon, kestreum, luka yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga menyebabkan kematian. Sumber bahaya dari peekerjaan pembersihan exhaist fan adalah bekerja pada posisi ketinggian dan aliran listrik. : Terjatuh dari plafon, kestreum, luka yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga menyebabkan kematian. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapatkan hasil pekerjaan pembersihan exhaustfan memiliki tingkat risiko bersyarat dengan skor WRAC 14. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian terahadap risiko pembersihan exhaust fan adalah eliminasi dengan memastikan kondisi tangga aman dan mematikan aliran listrik. Penggunaan APD (Sepatu anti slip, penggunaan masker, google glass). 24. Perbaikan mesin pengering laundry A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan mesin pengering laundry memiliki risiko ergonomi, fisik, dan psikososial a. Risiko fisik : Kesetrum, terluka yang mengakib atkan cidera pada anggota tubuh. b. Risiko Ergonomi : Nyeri Otot, kram otot dan kesemutan. c. Risiko Psikososial : Mengalami stress kerja atau Burnout yang mgakibatkan kinerja menurun. Sumber bahaya dari pekerjaan mesin pengering laundry adalah bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, aliran listrik dan tingkat kerusakan terlalau berat. Dampak yang ditimbulkan adalah Mengalami stress kerja atau Burnout yang mgakibatkan kinerja menurun. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko dengan metode HIRARC didapatkan tingkat risiko rendah dengan skor WRAC 5. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil Observasi tindakan pengendalian terhadap risiko tersebut adalah dengan menggunakan metode Eliminasi melakukan peregangan dan mematikan aliran listrik. 25. Pemasangan Gas LPG A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifiasi risiko pekerjaan Pemasangan Gas LPG memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik : Mengalami Luka bakar, gangguan pernapasa, Keracunan yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga kematian. Sumber bahaya pekerjaan pemasangan LPG adalah dari kebocoran gas LPG. Dampak yang ditimbulkan adalah Mengalami Luka bakar, gangguan pernapasa, Keracunan yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga kematian. B. Penilaian Risiko Hasil observasi penilaian risiko pekerjaan pemasangan LPG adalah memilki tingkat risik Tinggi dengan skor WRAC 25. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pengendalian dari risiko yang ada adalah dengan eliminasi dengan memastikan tidak ada kebocoran pipa LPG. Rekayasa Enginering dengan pemasangan dilakukan di ruang terbuka. 26. Perbaikan Dispenser A. Identifikasi Bahaya Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Dispenser memiliki risiko fisik a. Risiko Fisik : Tersetrum, terluka, luka bakar yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh. Sumber Bahaya dari pekerjaan perbaikan dispenser adalah aliran listrik dan penggunaan solder. Dampak yang ditimbulkan adalah Tersetrum, terluka, luka bakar yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh B. Penilaian Risiko Hasil Observasi penilaian risiko dengan menggunakan metode HIRARC didapatkan hasil memiliki tingkat risiko rendah dengan skor WRAC 8. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja. Hasil observasi tindakan pegendalian risiko dengan menggunakan metode eliminasi yaitu memutus aluran listrik dam bekerja sesuai SOP. 27. Perbaikan AC A. Identifikasi Bahaya B. Penilaian Risiko 28. Perbaikan Kran Buntu A. Identifikasi Bahaya B. Penilaian Risiko 29. Perbaikan Kloset A. Identifikasi Bahaya B. Penilaian Risiko 30. Penggantian lampu UV A. Identifikasi Bahaya B. Penilaian Risiko 31. Beban Kerja A. Identifikasi Bahaya B. Penilaian Risiko