Anda di halaman 1dari 26

BAB VI

PEMBAHASAN

Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih meenghadapi


berbagai kendala, salah satu diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat
Indonesia tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tujuan
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera,
kematian dan kerugian materil.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda Malang khususnya pada Unit
Pemeliharaan Sarana memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi diantara unit
yang lainya. Pada tahun 2019 terdapat 10 kasus kecelakaan kerja dimana
merupakan kasus tertinggi di RSIA Puri Bunda, penyebabnya adalah kurang
tepatnya manajemen risiko yang diterapakn di RSIA Puri Bunda.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara
identifikasi risiko, penilaian risiko dan menentukan tindakan pengendalian risiko.
Salah satunya dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification,
Risk Analysys and Risk Control) yang di dalamnya terdapat identifikasi risiko,
penilaian risiko dan pengendalian risiko.
6.1. Pembahasan hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan
Metode HIRARC Pada unit Pemeliharaan Sarana RSIA Puri Bunda
Berdasarkan Identifikasi risiko di Unit Pemeliharaan Sarana RSIA
Puri Bunda dilakukan dengan melihat risiko dari setiap pekerjaan dengan
hasil bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Unit Pemeliharaan
Saran RSIA Puri Bunda memiliki risiko fisik, kimia, biologi da psikososial.
Hasil identifikasi risiko dari setiap pekerjaan sebagai berikut :
1. Perbaikan Air Buntu.
A. Idetifikasi bahaya
Berdasarkan hasil analisis risiko melalui observasi
pekerjaan Perbaikan Air Buntu memiliko risiko fisika dan kimia :
A. Risiko fisik : Terjatuh atau terpleset dari ketinggian,
tangan terpotong/tergores gergaji.
B. Risiko Kimia : Mengalami keracunan dan gangguan
pernafasan akibat menghirup lem pipa.
Hasil idenfikasi tersebut suseuai dengan hasil peneltian
yang dilakukan oleh (Henri Ponda, 2015) dalam pekerjaan
mengatasi saluran air, terdapat sumber bahaya berupa material
cair yang mengakibatkan kondisi yang tidak aman pada tempat
kerja seperti jalan yang licin karena ada ceceran oli dan
tumpahan air, serta suara kebisingan yang di hasilkan mesin-
mesin pemotong.
Sumber bahaya lainya dapat berupa tindakan tidak aman
yang berpotensi membahayakan pekerja tersebut seperti
tindakan kecerobohan atau kurang hati-hati saat melakukan
pekerjaan. Pekerja melaksanakan pekerjaan tidak sesuai
Standart Operasional Prosedur (SOP)dengan benar dan bekerja
tidak memakai APD yang sesuai standart serta penggunaannya
yang tidak benar. Bahaya ini dapat mengakibatkan pekerja
mengalami cidera hingga kematian.
B. Penilaian Risiko
Dari pekerjaan ini terdapat risiko yang dapat merugikan
karyawan dan perusahaan diantaranya adalah :
Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko
yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian
dengan risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia.
Seseorang yang bekerja di ketinggian atau lebih termasuk
aktivitas bekerja di ketinggian (Plant & Field, 2013).
Kecelakaan kerja tentu sangat merugikan bagi pekerja dan
perusahaan, sehingga untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja perlu dilakukannya pengendalian bahaya, seperti dengan
cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin
kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberika n
trainingyang berhubungan dengan pekerjaan clogging,
scafolding, dan pemakaian APD (Safetyglass, safety helm, safety
gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes).
2. Perbaikan Kipas Angin
A. Idetifikasi bahaya
Berdasarkan hasil analisis risiko melalui observasi
pekerjaan Perbaikan Kipas Angin memiliki risiko fisik dan
ergonomi :
a. Risiko Fisik : Tersetrum
b. Risiko Ergonomi: Kram otot, nyeri otot, Lowback pain akibat
keselahan postur kerja.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kipas angin
adalah dari aliran listrik, bekerja dengan gerakan berulang dan
kesalahan postur kerja. Aliran listrik berdampak pekerja
mengalami terssetrum. Bekerja dengan gerakan berulang dapat
menyebabkan pekerja mengalami kram otot dan nyeri totot.
Kesalahan postur kerja dapat menyebabkan pekerja mengalami
low back pain, nyeri otot dan kram otot.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Supriyadi
et al., 2017) menjelaskan bahwa Jenis bahaya pada lingkungan
kerja dalam boiler (alat dengan arus listrrik) terdapat empat jenis
bahaya diantaranya adalah bahaya fisik, bahaya mekanis,
bahaya kimia dan bahaya listrik. Sumber bahaya listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan
listrik dan konsleting. Bahaya Listrik, Yaitu terkena aliran listrik
(kesetrum). Kemudian dapat mengalami luka bakar hingga
meninggal dunia, pada area boiler di perusahaan ini memang
menggunakan listrik bertekanan tinggi akan tetapi pada area
triway, furnace, reheater, economizer serta Id fan yang sangat
berbahaya.
Menurut (Wijaya, Panjaitan, & Palit, 2015) Ditempat kerja
terdapat sumber bahaya yang beraneka ragam mulai dari
kapsitas bahaya yang rendah hingga bahaya yang tinggi. Jenis
kategori hazard adalah bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya
mekanik,bahaya elektrik, bahaya ergonomi, bahaya kebiasaan,
bahaya lingkungan, bahaya biologi,dan bahaya psikologi.
Manajemen risiko Kesehatan dan keselamatan kerja
adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur. Sehingga memungkinkan manajemen
untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis risiko yang ada.
Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko
yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi
peusahaan. Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang
baik yaitu dengan identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assessment, and Risk Control).
B. Penilaian risiko
Pekerjaan perbaikan kipas angin setelah dilakukan
observasi penilaian risiko memilik tingkat risiko bersyarat karena
memiliki skor WRAC 13. Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut,
sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menetukan tindakan pengedalian
risiko dari pekerjaan perbaikan kipas angin didapatkan hasil
tindakan pengedalian dengan metode Eliminasi (mematiakan
aliran listrik, peregangan setiap 15 menit) Administrasi
(peembuata pedoman bekerja secara ergonomi) dan rekayaas
enginering (mengatur posisi kerja).
Penelitian ini sejlan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Supriyadi & Fauzi., 2017) Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi atau menurunkan tingkat risiko agar menjadi rendah
sesuai dengan hirarki risiko serta peraturan perundang-undangan
yaitu untuk bahaya listrik yaitu terkena sengatan listrik pada saat
menghidupkan panel-panel yang terdapat pada area boiler
diantaranya ialah pada area triway, furnace, reheater, dan id fan.
Tindakan pengendalian/penurunan risiko dapat dilakukan
dengan penggunaan APD seperti safety shoes dan sarung
tangan kulit, serta APAR, Rambu K3 dan pembatasan akses
pada area ini, serta operator perlu diberikan pembinaan
keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui SOP pada
pekerjaan tersebut, diberikan pengujian kesehatan atau proses
evakuasi jika terjadi kecelakaan serta selalu memantau
lingkungan kerja serta pengendalian teknis agar bahaya bisa
dihindari.
3. Pemanasan Genset
A. Idetfikasi Bahaya
Berdasarkan hasil observasi identifiaksi bahaya pekerjaan
Pemanasan Genset memiliki risiko fisik antara lain :
a. Risiko Fisik : Gangguan pendengaran, tersetrum, luka bakar,
kematian.
Sumber bahaya dari pekerjaan pemanasan genset adalah
kebisingan dari suara genset dan konsleting dari kabel genset.
Material panas pada saat melakukan pemanasan genset dapat
berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak di
tanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan
nyawa atau meninggal dunia.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko pekerjaan pemanasan
genset memiliki tingkat risiko ketat karena memiliki scor WRAC 21.
Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil Observasi pengedalian risiko dengan metode
HIRARC didapatkan hasil tindakan pengedalian dari risiko
pekerjaan pemanasan genset adalah denngan menggunakan
metode APD (Earmuff, sepatu safety, wearpack dan helm),
Eliminasi/menghilangkan bahaya dengan cara pengecekan kondisi
kabel secara rutin dan menyediakan APAR.
Menurut (Ramli, 2010) bahaya listrik Merupakan bahaya
yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan
berbagai bahaya, seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan
kebakaran. Di tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik
dari jaringan listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang
menggunakan energi listrik.
Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat
kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa,
instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan
listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar
potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila
pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap
rancangan.
pengendalian/penurunan risiko dapat dilakukan dengan
penggunaan APD seperti safety shoes dan sarung tangan kulit,
serta APAR, Rambu K3 dan pembatasan akses pada area ini,
serta operator perlu diberikan pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja, mengetahui SOP pada pekerjaan tersebut,
diberikan pengujian kesehatan atau proses evakuasi jika terjadi
kecelakaan serta selalu memantau lingkungan kerja serta
pengendalian teknis agar bahaya bisa dihindari.
4. Perbaikan panel listrik
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi bahaya pekerjaan Perbaikan Panel
Listrik memiliki risiko fisik:
a. Risiko Fisik : tersetrum, mengalami luka bakar, hingga
kematian.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan panel listrik berasal
dari konsleting dari kabel dan aliran listrik dari panel. Risiko
tersebut dapat menyebabkan kesetrum, kebkaran hingga
kematian.
Bahaya listrik Merupakan bahaya yang berasal dari energi
listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya,
seperti sengatan listrik, hubungan singkat dan kebakaran. Di
tempat kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, peralatan kerja maupun mesin-mesin yang menggunakan
energi listrik (Ramli, 2010).
Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat
kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa,
instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan
listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar
potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila
pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap
rancangan.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan panel listrik adalah
memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 19. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
dari risiko pekerjaan perbaikan panel listrik adalah dengan
menggunakan Eliminasi dengan cara mematikan aliran listrik dari
panel, Administrasi dengan cara pembuatan SOP perbaikan
panel dan APD (Sarung tangan, sepatu, wearpack dan helm).
5. Pekerjaan Ganti Oli Genset
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi bahaya dengan metode
HIRARC pada pekerjaan Ganti Oli Genset memiliki risiko fisik
dan kimia :
a. Risiko Fisik :Mengalami terpleset yang bisa
menyebabkan cidera.
b. Risiko Kimia : Mengalami keracunan, luka bakar,
gangguan pernafasan.
Sumber bahaya dari pekerjaan ganti oli genset adalah ceceran
dari oli genset yang tumpah dapat menyebabkan terpleset
karena ceceran oli dan kebakaran akibat tumpahan oli dari
genset.
Sejalan dengan hasil peneltian yang dilakukan oleh (Henri
Ponda, 2015) dalam pekerjaan mengatasi saluran air, terdapat
sumber bahaya berupa material cair yang mengakibatkan
kondisi yang tidak aman pada tempat kerja seperti jalan yang
licin karena ada ceceran oli dan tumpahan air, serta suara
kebisingan yang di hasilkan mesin.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pekerrjaan penggantian oli genset memiliki
tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 19. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi pengendalian risiko dari pekerjaan
pengantian oli genset dilakukan dengan pemakaian APD (Sepatu
anti slip, helm, wear pack, rekayasa enginering dengan cara
menyediakan pasir dan menyediakan APAR, Rambu K3 dan
pembatasan akses pada area ini, serta operator perlu diberikan
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, mengetahui SOP
pada pekerjaan tersebut, diberikan pengujian kesehatan atau
proses evakuasi jika terjadi kecelakaan serta selalu memantau
lingkungan kerja serta pengendalian teknis agar bahaya bisa
dihindari.
6. Pekerjaan Mengganti Lampu
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi dengan metode HIRARC pada pekerjaan
Mengganti lampu memiliki risiko ergonomi dan fisik :
a. Risiko Fisik :Mengalami cidera, patah kaki dan tangan.
b. Risiko Ergonomi: Nyeri otot dan sakit kepala.
Sumber bahaya dari pekerjaan mengganti lampu adalah posisi
kerja yang salah dan terpleset dari tangga. Posisi kerja yang
salah dapat menyebabkan neyri otot dan sakit kepala. Terpleset
dari tangga dapat menyebabkan cidera, patah kaki dan patah
tangan.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan mengganti lampu didapat
mengganti lampu memiliki tingkat risiko bersyarat dengan skor
WRAC 12. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan
Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah
kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa
sering pekerja kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan
dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar dampak yang
ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
dari risiko pekerjaan mengganti lampu Administrasi dengan cara
pengaturan jam kerja, Pemakaian APD (Sepatu anti slip, helm,
Rekayasa enginering memastkan lingkungan kerja aman.
Sejalan dengan penelitian (Primasari & Denny, 2016)
menjelaskan bahwa pengendalian rekayasa teknik merupakan
pengendalian yang merubah struktur objek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya. Dalam
pengendalian potensi bahaya tersengat listrik, kabel listrik dan
instalasi listrik sudah diberikan pengaman. Kabel listrik sudah
diberikan protector dan dipasang rapi, sehingga aman dari
gigitan binatang seperti tikus dan aman apabila terkena air, dan
tidak mengganggu pekerja dalam berjalan ataupun melakukan
pekerjaan.
7. Pekerjaan Pembersihan AC
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifiaksi bahaya dengan metode
HIRARC pekerjaan Pembersihan AC memiliki risiko fisik,
ergonomi dan kimia :
a. Risiko Fisik :Terpleset, Cidera, tersetrum.
b. Risiko Ergonomi:low back pain, dan nyeri otot.
c. Risiko Kimia :Mengalami keracunan, gangguan
pernafasan, gangguan pada jantung hingga kematiab akibat
freon AC.
Sumber bahaya dari pekerjaan pembersihan AC addalah
dar posisi kerja yang sama dalam waktu yang lama yang
mengakibatkan low back pain, tanga yang licin mengakibatkan
kepleset, cidera, aliran listrik dari AC yang mengakibatkan
kesetrum, kebocoran freon AC dapat mengakibatkan gangguan
pernafasan, nyeri tenggorokan dan ganggua pada jantung dan
sumber bahaya lantai yang licin akibat basah yang berdampak
pekerja terpleset dan cidera.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didaatkan hasil pekerjaan pembersihan AC
memiiki tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 18. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah
dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA
(surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)
memberikan trainingyang berhubungan dengan pekerjaan
inspeksi Oksigen, dan pemakaian APD (Safetyglass, safety
helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety
shoes).
8. Pekerjaan Penghitungan Beban Listrik
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi Identifikasi bahaya pada pekerjaan Penghitungan
Beban Listrik memiliki risiko fisik dan psikososial antara lain :
a. Risiko Fisik mengalami tersetrum dan luka bakar akibat
konsleting listrik.
b. Risiko Psikososial : Mengalami stres kerja atau burnout.
Sumber bahaya dari pekerjaan perhitungan beban listrik adalah
alairan litrik dari kabel, terlalu banyak panel listrik yang diperiksa
dan konsleting dari kabel listrik yang berdampak pada pekerja
yaitu kesetrum, stres, kinerja menurun, kebakaran hingga
kematian.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risik dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan penghitugan beban listrik
memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai skor WRAC 19. Skor
WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi penetuan tindakan pengendalaian
terhadap risiko pekerjaan penghitungan beban listrik didapatkan
hasil tindakan pengendalianya adalah pemkaian APD (Sepatu,
helm dan wearpack), eliminasi dengan cara menghilangkangkan
bahaya dengan memastikan kondisi kabel aman. Administrasi
dengan cara membagi beban kerja.
Kondisi potensi bahaya, seperti kontak dengan listrik akibat
kurang kehati-hatian dapat terjadi selama analisis rekayasa,
instalasi, pelayanan, tes serta pemeliharaan listrik dan peralatan
listrik. Untuk menurunkan pemaparan pada sebagian besar
potensi bahaya tersebut tidaklah sulit atau mahal apabila
pengamanan dan prosedur keamanan dikenalkan pada tahap
rancangan.
Menurut (Primasari & Denny, 2016) pengendalian
rekayasa teknik merupakan pengendalian yang merubah struktur
objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi
bahaya. Dalam pengendalian potensi bahaya tersengat listrik,
kabel listrik dan instalasi listrik sudah diberikan pengaman. Kabel
listrik sudah diberikan protector dan dipasang rapi, sehingga
aman dari gigitan binatang seperti tikus dan aman apabila
terkena air, dan tidak mengganggu pekerja dalam berjalan
ataupun melakukan pekerjaan.
9. Pekerjaan Perbaikan Pintu rusak
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identiffikasi risiko pada pekerjaan Perbaikan
Pintu rusak memiliki risiko fisik dan ergonomi :
a. Risiko Fisik :Terkena mata bor, luka, dan cidera
b. Risiko Ergonomi : Nyeri Otot dan kram otot
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan pintu rusak adalah
pengguaan mesin bor, penggunaan obeng, bekerja di posisi
sama dala waktu yang lama yang berdampak pada pekerja yaitu
luka terkena mata bor, cidera luka terpotong, nyeri otot dan kram
otot.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapatkan hasil pekerjaan perbaikan pintu
rusak memiliki tingkat risiko ketat. Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut.
Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil Observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
risiko terhadap pekerjaan perbaikan pintu rusak didapatkan hasil
metode pengendalian Administrasi dengan membuat SOP
penggunaan mesin bor yang aman, Eliminasi dengan
memastikan kondisi bor aman dan melakukan peregangan setiap
15 menit.
10. Pekerjaan Perbaikan Televisi
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi bahaya pekerjaan Perbaikan televisi
Rusak memiliki risiko ergonomi dan psikososial
a. Risiko Ergonomi :Nyeri otot, kram otot dan nyeri bahu.
b. Risiko psikososial mengalami stres kerja atau burnout dan
emosi tidak terkontrol yang mengaibatkan produktifitas kerja
menurun.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan tv rusak berasal dari
bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, tingkat
kerusakan TV terlalu berat dan Tv yang rusak terlalu banyak.
Dampak dari bahaya tersebut adalah nyeri otot, kram otot, nyeri
bahu, stres yang dapat mengakibatkan kinerja menurun dan
produktifitas kerja menurun.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan metofe HIRARC
pada pekerjaan perbaiakn TV rusak memiliki tingkat risiko
bersyarat dengan skor WRAC 17. Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut.
Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil observasi menentukan tindakan pengendalian dari
risiko pekerjaan perbaikan TV dilakukan dengan Administrasi
yaitu pembagian beban kerja dan eliminasi dengan melakukan
peregangan dan mengatur posisi kerja.
11. Pekerjaan Pengurasan Tandon
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi bahaya pada pekerjaan Pengurasan
Tandon memiliki risiko fisik dan kimia
a. Risiko Fisik :Cidera akibat terjatuh
b. Risiko Kimia :Gangguan Pernafasan, pingsan hingga
kematian akibat kurang oksigen
Sumber bahaya dari pekerjaan pengurasan tandon adalah
terpleset dari tangga tandon dan kekurangan oksigen akibat
tandon berada di bawah tanah. Dampak yang diterima pekerja
adalah cidera, gangguan pernafasan, pingsan hingga kematian.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penulaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan pengurasan tandon memiliki
tingkat risiko ketat dengan hasil WRAC 19. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
terhadap risiko yang ada di dapatkan metode pengendalian
APD(Pemakaian sepatu anti slip) dan eliminasi dengan
membuka ventilasi.
12. Pekerjaan Pembuatan saluran Air baru
A. Idetifikasi Bahaya
Hasil observasi identifiaksi risiko pekerjaan Pembuatan
saluran air baru memiliki risiko fisik dan kimia.
a. Risiko Fisik :Terjatuh dari atas plafon, mengalami
cidera, terkena gergaji, terluka, lecet hingga menyebabkan
kematian.
b. Risiko Kimia :Mengalami keracunan dan gangguan
pernafasan.
Sumber bahaya dari pekerjaan pembuatan saluran air baru
adalah bekerja di ketinggian, bekerja di kondisi tidak aman,
gergaji besi dan lem pipa. Dampak yang dirasakan pekerja
adalah terjatuh, cidera hingga kematian.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapatkan pekerjaan pembuatan saluran air
baru memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 19. Skor
WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
terhadap risiko dari pekerjaan pembuatan saluran air baru adalah
dengan menggunaka APD (Sling, sepatu anti slip, helm dan
wearpack).
13. Pekerjaan Perbaikan Telepon Rusak
A. Idetifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pada pekerjaan
Perbaikan Telpon Rusak memiliki risiko psikososial.
a. Risiko Psikososial :mengalami stres kerja atau burnout
yang mengakibatkan kinerja menurun.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan telpon rusak adalah
tingkat kerusakan telpon terlalu rumit. Dampak yang dirasakan
pekerjaan adaah stres dan kinerja menurun
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi dari peniaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pekerjaan perbaikan telpon rusak memiliki
tingkat risiko rendah dengan angka WRAC 8. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi untuk menentukan tindakan pengendalian
risiko pekerjaan perbaikan telpon rusak dengan mengguakan
metode Eliminasi melakukan peregangan, melakukan posisi
pengangkutan dengan benar dan Pemakaian APD (Kaca mata
las, sarung tangan kain dan sepatu).
14. Pekerjaan Perbaikan Bed Rusak
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Bed
Rusak memiliki risiko ergonomi dan fisik
a. Risiko ergonomi :Nyeri otot dan kram otot
b. Risiko Fisik : Gangguan penglihatan, cidera
pada mata, tersetrum dari aliran listrik alat las.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan bed rusak adalah
gerakan berulang, beban bed terlalu berat, posisi pengangkatan
bed yang salah dan penggunaan mesin las. Dampak yang
ditimbulkan terhadap pekerja adalah nyeri otot, kram otot,
gangguan penglihatan, kerusakan pada mata, cidera pada mata
dan kesetrum dari aliran listrikn aliran las.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penialian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan bed rusak memiliki
tingkkat risiko ketat dengan nilai WRAC 22. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi menentukan tindakan pengendalian risiko
terhadap pekerjaan perbaikan bed rusak menggunakan metode
eliminasi dengan melakukan peregangan, pengangkatan bed
dengan posisi yang benar dan pemakaian APD (kaca mata las,
sarung tangan kain dan sepatu).
15. Pekerjaan Perbaikan Almari
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan
Almari memiliki risiko fisik dan kimia.
a. Risiko Fisik terkena mata bor yang menyebabkan cidera
pada anggota tubuh
b. Risiko Kimia mengalami keracunan dan luka bakar.
c. Perbaikan Mesin Cuci Rusak Memiliki risiko ergonomi dan
fisik
d. Risiko ergonomi : Kram otot dan nyeri otot
e. Risiko Fisik :Terluka yang menyebabkan cidera
pada anggota tubuh.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan almari rusak adalah
penggunaan mesin bor, penggunaan obeng, penggunaan plitur,
penggunaan cat dan penggunaan palu. Dampak yang ditimbulkan
adalah terkena mata bor, cidera, luka pada anggota tubuh,
keracunan dan iritasi.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan metode HIRARC
pada pekerjaan perbaikan almari rusak memiliki tingkat risiko
ketat dengan nilai WRAC 18. Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut.
Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
pekerjaan perbaikan almari rusak adalah dengan pemakaian
APD(sarung tangan, sepatu, helm, wear pack dan masker)
Eliminasi dengan tidak menyalakan api saat bekerja dan
adminitrasi dengan pembuatan SOP.
16. Pekerjaan Perbaikan Kursi besi Rusak
A. Idetifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko Perbaikan Kursi besi
Rusak memiliki risiko fisik, ergonomi dan psikososial.
a. Risiko Fisik ;Mengalami luka yang menyebabkan
cidera pada anggota tubuh karena terkena mesin gerinda,
gangguan mata, mengalami tersetrum.
b. Risiko Ergonomi :Nyeri otot, kram otot dan low back
pain
c. Risiko Psikosoial : Mengalami stres kerja atau burnout
yang mengakibatkan kinerja menurun.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kursi besi rusak adalah
penggunaan gerinda, mesin las, gerakan berulang da terlalu
banyak kursi yang diperbaiki. Dampak dari risiko tersebut adalah
luka, cidera dan terpoting terkena mesin gerinda, kerusakan pada
mata dan kesetru aliran listrik mesin las.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapati hasil pekerjaa perbaikan kusri besi
memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai WRAC 22. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
pekerjaan perbaikan almari rusak adalah dengan pemakaian
APD (Kaca mata las, sepatu, helm dan sarung tangan) Rekayasa
Enginering melakukan modifikasi gerinda, eliminasi dengan
melakukan peregangan setiap 15 menit dan Adminitrasi
pembagaian beban kerja.
17. Perbaikan Pompa Air Rusak
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan
Pompa Air Rusak memiliki risiko ergonomi dan kimia.
a. Risiko ergonomi :Nyeri otot, low back pain dan kram
otot.
b. Risiko kimia :Keracunan, gangguan pernafasan
akibat lem pipa
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan pompa air
adalah berat pompa air berlebihm, bekerja pada posisi
yang sama dalam waktu yang lama dan lem pipa. Dampak
dari risiko tersebut adalah nyeri otot, low back pain, kram
otot, stres keracunan dan gangguan pernapasan.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapati hasil pekerjan perbaikan pompa rusak
memiliki tingkat risiko rendah dengan nilai WRAC 9. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
pekerjaan perbaikan pompa air rusak adalah dengan
Administrasi dengan pembagian beban kerja, penggunaan APD
(Sepatu, wear pack).
18. Pemasangan Heat Detector
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pemasangan
Heat Detector memiliki risiko fisik
a. Risiko Fisik :Terjatuh dari plafon terkena mata bor yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh.
Sumber bahaya dari pekerjaan pemasangan heat detector
adalah bekerja di ketinggian, peggunaan bor dan penggunaan
gergaji. Dampak yang ditimbulkan adalah terjatuh, terluka kena
mata bor, terpotong dan cacat.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapati hasil pekerjan pemasangan heat
detector memiliki tingkat risiko bersyarat dengan nilai WRAC 15.
Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
pekerjaan pemsangan heat detector adalah dengan
menggunakan tangga yang aman, menggunakan sepatu anti
slip, menggunakan helm dan sling.
19. Pekerjaan pemasagan Smoke Detector
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pemasagan
Smoke Detector memiliki risiko fisik
a. Risiko Fisik :Terjatuh dari plafon terkena mata bor yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh
Sumber bahaya dari pekerjaan pemasangan heat detector
adalah bekerja di ketinggian, peggunaan bor dan penggunaan
gergaji. Dampak yang ditimbulkan adalah terjatuh, terluka kena
mata bor, terpotong dan cacat.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penialaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapati hasil pekerjan pemasangan smoke
detector memiliki tingkat risiko bersyarat dengan nilai WRAC 15.
Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
pekerjaan pemasangan smoke detector adalah dengan
menggunakan tangga yang aman, menggunakan sepatu anti
slip, menggunakan helm dan sling.
20. Perkejaan Perbaikan Kulkas
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan Kulkas
memilki risiko ergonomii fisik, ergonomi dan kimia
a. Risiko Fisik : gangguan pada mata, cidera pada
mata, lecet, luka bakar akibat terkena mesin las.
b. Risiko ergonomic : Nyeri otot dan kram otot
c. Risiko Kimia : Gangguan pernafasan, keracunan,
iritasi saluran pernafasan, hingga menyebabkan kematian.
Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan kulkas adalah bekerja
pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, freon kulkas dan
solder. Dampak yang ditimbulkan adalah nyeri otot, kram otot,
gangguan pernafasan, keracunan, iritasi, gangguan jantung,
kerusakan mata, kesetrum mesin las dan cacat.
B. Penilaian Risiko
Hasil Observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan perbaikan kuklkas memiliki
tingkat risiko ketat dengan skor WRAC 18. Skor WRAC
didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan dampak.
Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko tersebut
terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak dengan
risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari
seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut
menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terjadap risiko
pekerjaan perbaikan kulkas adalah eliminasi dengan cara
melakukan peregangan, memastikan tidak ada kebocoran freon,
memastikan keamanan solder dan menjaga jarak pengelasan.
21. Pekerjaan pengelasan
A. Identifikasi Bahaya
Hasil observasi identifikasi risiko pekerjaan Pengelasan memiliki
risiko fisik
a. Risiko Fisik : kerusakan pada mata, cidera pada mata,
gangguan pernafasan, sesak nafas, kesetrum, mengalami
luka bakar yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh.
Sumber bahaya dari pekerjaan pengelasan adalah sinar dari
mesin las, debu dan asap dari pengelasan, percikan api dari
proses pengelasan dan listrik dari mesin las. Dampak yang
ditimbulkan adalah kerusakan pada mata, ganggua pernafasan,
luka bakar dan lecet.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi tindakan penilaian risiko dari pekerjaan
pengelasan dengan mengunakan metode HIRARC didapatkan
memiliki tingkat risiko tinggu dengan skor WRAC 24. . Skor
WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian dari risiko tersebut
adalah denhan cara pemakaian APD (kaca mata las, wear pack,
sarung tangan) Administrasi dengan membuat SOP Pengelasan
dan eliminasi dengan memastikan kondisi mesin las aman.
22. pekerjaan Gerinda
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Gerinda memiliki
risiko fisik.
a. Risiko Fisik : gangguan pendengaran akibat kebisingan
mesin, luka, terpotong terkena mata bor yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh, gangguan
pernafasan, sesak nafas, dan iritasi saluran pernafasan.
Sumber bahaya dari pekerjaan gerinda adalah suara bising,
mata gerinda dan percikan api dari gerinda. Dampak yang
ditimbulkan adalah gangguan pendengaran akibat kebisingan
mesin, luka, terpotong terkena mata bor yang mengakibatkan
cidera pada anggota tubuh, gangguan pernafasan, sesak nafas,
dan iritasi saluran pernafasan.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko denhan menggunakan
metode HIRARC pada pekerjaan gerinda memiliki tingkat risiko
tinggi dengan skor WRAC 24. . Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut.
Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil Observasi tindakan pengendalian risiko dari
pekerjaan gerinda adalah dengan rekayasa enginering
menggunakan gerinda yang aman, eliminasi memastikan gerinda
aman dan pemakaian APD (Google glass, masker, ear plug,
sepatu dan sarung tangan).
23. Pembersihan Exhaus Fan
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Pembersihan
Exhaus Fan memiliki risiko fisik
a. Risiko Fisik : Terjatuh dari plafon, kestreum, luka yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga
menyebabkan kematian.
Sumber bahaya dari peekerjaan pembersihan exhaist fan adalah
bekerja pada posisi ketinggian dan aliran listrik. : Terjatuh dari
plafon, kestreum, luka yang mengakibatkan cidera pada anggota
tubuh hingga menyebabkan kematian.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapatkan hasil pekerjaan pembersihan
exhaustfan memiliki tingkat risiko bersyarat dengan skor WRAC
14. Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan
dan dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan
risiko tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja
kontak dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity
didapatkan dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila
risiko tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian terahadap risiko
pembersihan exhaust fan adalah eliminasi dengan memastikan
kondisi tangga aman dan mematikan aliran listrik. Penggunaan
APD (Sepatu anti slip, penggunaan masker, google glass).
24. Perbaikan mesin pengering laundry
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan
mesin pengering laundry memiliki risiko ergonomi, fisik, dan
psikososial
a. Risiko fisik : Kesetrum, terluka yang mengakib
atkan cidera pada anggota tubuh.
b. Risiko Ergonomi : Nyeri Otot, kram otot dan
kesemutan.
c. Risiko Psikososial : Mengalami stress kerja atau
Burnout yang mgakibatkan kinerja menurun.
Sumber bahaya dari pekerjaan mesin pengering laundry adalah
bekerja pada posisi yang sama dalam waktu yang lama, aliran
listrik dan tingkat kerusakan terlalau berat. Dampak yang
ditimbulkan adalah Mengalami stress kerja atau Burnout yang
mgakibatkan kinerja menurun.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko dengan metode HIRARC
didapatkan tingkat risiko rendah dengan skor WRAC 5. Skor
WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil Observasi tindakan pengendalian terhadap risiko
tersebut adalah dengan menggunakan metode Eliminasi
melakukan peregangan dan mematikan aliran listrik.
25. Pemasangan Gas LPG
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifiasi risiko pekerjaan Pemasangan
Gas LPG memiliki risiko fisik
a. Risiko Fisik : Mengalami Luka bakar, gangguan pernapasa,
Keracunan yang mengakibatkan cidera pada anggota tubuh
hingga kematian.
Sumber bahaya pekerjaan pemasangan LPG adalah dari
kebocoran gas LPG. Dampak yang ditimbulkan adalah
Mengalami Luka bakar, gangguan pernapasa, Keracunan yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh hingga kematian.
B. Penilaian Risiko
Hasil observasi penilaian risiko pekerjaan pemasangan
LPG adalah memilki tingkat risik Tinggi dengan skor WRAC 25.
Skor WRAC didapatkan dari penggambungan Kemungkinan dan
dampak. Kemungkinan/ occurance adalah kemungkinan risiko
tersebut terjadi didapatkan dari seberapa sering pekerja kontak
dengan risiko tersebut. Sedangkan dampak/Severnity didapatkan
dari seberpa besar dampak yang ditimbulkan apabila risiko
tersebut menjadi kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pengendalian dari risiko yang ada
adalah dengan eliminasi dengan memastikan tidak ada
kebocoran pipa LPG. Rekayasa Enginering dengan pemasangan
dilakukan di ruang terbuka.
26. Perbaikan Dispenser
A. Identifikasi Bahaya
Hasil Observasi identifikasi risiko pekerjaan Perbaikan
Dispenser memiliki risiko fisik
a. Risiko Fisik : Tersetrum, terluka, luka bakar yang
mengakibatkan cidera pada anggota tubuh.
Sumber Bahaya dari pekerjaan perbaikan dispenser adalah
aliran listrik dan penggunaan solder. Dampak yang ditimbulkan
adalah Tersetrum, terluka, luka bakar yang mengakibatkan
cidera pada anggota tubuh
B. Penilaian Risiko
Hasil Observasi penilaian risiko dengan menggunakan
metode HIRARC didapatkan hasil memiliki tingkat risiko rendah
dengan skor WRAC 8. Skor WRAC didapatkan dari
penggambungan Kemungkinan dan dampak. Kemungkinan/
occurance adalah kemungkinan risiko tersebut terjadi didapatkan
dari seberapa sering pekerja kontak dengan risiko tersebut.
Sedangkan dampak/Severnity didapatkan dari seberpa besar
dampak yang ditimbulkan apabila risiko tersebut menjadi
kecelakaan kerja.
Hasil observasi tindakan pegendalian risiko dengan
menggunakan metode eliminasi yaitu memutus aluran listrik dam
bekerja sesuai SOP.
27. Perbaikan AC
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko
28. Perbaikan Kran Buntu
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko
29. Perbaikan Kloset
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko
30. Penggantian lampu UV
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko
31. Beban Kerja
A. Identifikasi Bahaya
B. Penilaian Risiko

Anda mungkin juga menyukai