Latar Belakang
Dalam lokakarya ini telah dibahas Peran Sentral Posyandu dari berbagai pandang mulai
dari sejarah ”Posyandu dari Dulu Hingga Sekarang” oleh Prof. Soekirman, ”Peran
Posyandu dalam Pembangunan Kesehatan: Identifikasi Peran dan Tanggung Jawab
Departemen Kesehatan” oleh Dr. Agus Suwandono, ”Perumusan Paket Pelayanan Dasar di
Posyandu serta Alokasi Sumber Daya untuk Mendukung Pelaksanaan Paket Paket
Pelayanan Dasar di Posyandu” oleh Dr. Benny Soegianto, ”Hasil Studi Terkait Posyandu:
Implementasi Program Gizi di Cianjur dan Penyuluhan Gizi serta Program Tanaman
Pekarangan di Bogor” oleh Dr. Dadang Sukandar, serta ”Peran dan Fungsi Promosi
Kesehatan dalam Pembangunan Posyandu: Masalah dan Tantangan” oleh Kepala Pusat
Promosi Kesehatan. Dari berbagai pemaparan tersebut dapat ditarik benang merah
gambaran posisi dan situasi yang dihadapi Posyandu dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia khususnya pada tingkat grassroot sebagai berikut:
• Posyandu telah berperan dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan cakupan
program kesehatan
• Posyandu pada akhir-akhir mengalami stagnasi karena banyak faktor antara lain:
terdapat banyak program titipan, kader kurang aktif dan kurang semangat, ada
pendekatan proyek yang melemahkan inisiatif masyarakat, dan kurangnya
pemberdayaan, dan belum jelasnya siapa ”pemilik”posyandu, pokja dan pokjanal
posyandu tidak berjalan.
Makalah dalam pembahasan ini tidak akan membahas permasalahan yang telah disebutkan
karena sudah jelas dan telah diketahui bersama. Makalah ini akan lebih diarahkan pada
pembahasan mengapa kejadian itu terus berlangsung selama bertahun-tahun, hasil riset
terkait manajemen Posyandu, dan kemudian mencoba memberikan alternatif jawaban yang
diharapkan dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
posyandu.
Saat ini atau periode Pemerintahan 2004-2009 sebenarnya peluang untuk peningkatan
kiprah dan peran Posyandu sangat besar. Hal ini karena telah jelas disebutkan dalam
kebijakan nasional tentang pembangunan kesehatan yang lebih menekankan pada upaya
pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dengan berperilaku sehat dan tinggal pada
lingkungan yang sehat. Beberapa kebijakan yang mendukung dimaksud sebagai berikut:
1|Page
Visi Pembangunan Nasional Tahun 2004–2009, yaitu:
1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai;
2) Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan, dan hak asasi manusia; serta
3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan nasional tersebut
di atas telah ditetapkan 2 (dua) Strategi Pokok Pembangunan, yaitu:
1) Strategi Penataan Kembali Indonesia yang diarahkan untuk menyelamatkan
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan semangat, jiwa, nilai, dan
konsensus dasar yang melandasi berdirinya Negara Kebangsaan Republik
Indonesia yang meliputi Pancasila; Undang-Undang Dasar 1945 (terutama
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945); tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
2) Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di
segala bidang yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar
rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.
Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan di atas disusun 3 (tiga) kemudian
disusunlah Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2004– 2009, yaitu:
1) Menciptakan Indonesia yang Aman dan Damai
2) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis
3) Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Indonesia
1) Menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 serta
terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka
menjadi 5,1 persen pada tahun 2009 dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang
tetap terjaga.
Berdasarkan kesebelas (11) indikasi program tersebut terlihat dengan jelas bahwa
Program Upaya Kesehatan Masyarakat terdapat lebih dari setengah merupakan indikasi
program yang berhubungan dengan Posyandu yaitu nomor 1 hingga nomor 6. Khusus
untuk indikasi program upaya kesehatan masyarakat disebutkan bahwa Program ini
ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan
melalui puskesmas dan jaringannya meliputi puskesmas pembantu, puskesmas keliling
3|Page
dan bidan di desa. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain
meliputi:
1) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya;
2) Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya;
3) Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial;
4) Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,
kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar; dan
5) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.
Urusan kesehatan juga menjadi salah satu urusan wajib bagi pemerintah propinsi dan
kabupaten/kota. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan
pelayanan dasar.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah meliputi urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup
4|Page
minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat
pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
Agar urusan kesehatan dan urusan pemerintahan lain dilaksanakan dengan benar,
Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa
urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan
dasar warga negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan kepada daerah untuk perlindungan hak konstitusional, kepentingan nasional,
kesejahteraan masyarakat, serta ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemenuhan komitmen
nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat
pelayanan. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan
pemerintahan.
Lebih lanjut, Pasal 2 PP 65 tahun 2005 menyebutkan bahwa SPM disusun dan
diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah propinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan..
Sebelum PP No. 65 tahun 2005 ini dikeluarkan, Departemen Kesehatan secara pro aktif
telah menyikapi kebutuhan akan Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan
dengan menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003. Bahkan
Depkes juga telah mengeluarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten Kota (Keputusan Menkes No. 1091/Menkes/SK/X/2004)
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan meliputi 9 urusan wajib, 31 jenis
pelayanan, dan 54 indikator kinerja. Kebijakan ini telah disosialisasikan secara luas ke
seluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, dan telah diimplementasikan di
beberapa daerah. Agar SPM Bidang Kesehatan tersebut dapat diimplementasikan di
daerah, seharusnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6
tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal. Petunjuk teknis penyusunan dan penetapan standar pelayanan minimal ini
5|Page
dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen dalam menyusun dan menetapkan SPM sesuai lingkup
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan peraturan perundanga-undangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
peranan Departemen Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah sebagai
lembaga tingkat pusat yang berwenang menerbitkan:
a. Norma
b. Standard
c. Prosedur
d. Kebijakan
6|Page
1) Penyuluhan sederhana tentang pemberantasan penyakit menular;
2) Pembinaan bidan desa dan poliklinik desa;
3) Memfasilitasi dan memotivasi pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu;
4) Pemantaun terhadap dukun bayi;
5) Memfasilitasi pelaksanaan, pemberian makanan tambahan penyuluhan dan
pemberian makanan tambahan pemulihan;
6) Pengelolaan posyandu;
7) Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;
8) Pengelolaan dana sehat;
9) Pengelolaan kegiatan tanaman obat keluarga (toga);
10) Penyelenggaraan upaya sarana kesehatan tingkat desa;
11) Penyelenggaraan upaya promosi kesehatan;
12) Pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif di desa;
13) Pemantauan peredaran dan pemakaian alat kontrasepsi;
14) Pelaksanaan penyuluhan tentang keluarga berencana;
15) Pembinaan terhadap kader keluarga berencana;
16) Pengelolaan kelompok-kelompok bina keluarga.
Pelaksanaan urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada Desa
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Sumber pendapatan desa terdiri atas: pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan
retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan dari Pemerintah, Pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, pada Penjelasan Pasal 14
ayat 1 menyebutkan bahwa Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
kemasyarakatan yakni pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial
budaya masyarakat seperti bidang kesehatan.
7|Page
membantu masyarakat mengembangkan kapasitas agar dapat menangani masalah yang
dihadapi secara efektif.
Terkait dengan pengelolaan Posyandu yang menuntut perana dari pemerintahan desa
sebagai manajemen pembangunan tingkat desa dan persoalan sumber daya pendukung
8|Page
posyandu, 2 riset yang penulis pimpin dapat memberikan bukti nyata dari lapangan sebagai
berikut:
a. Analisis Kebijakan Kesiapan Petugas dan Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Siaga (Darmawan dkk., Puskabangkes – PT Madep, 2007)
b. Studi Penerapan Sistem Informasi Posyandu (Darmawn dkk., Ditjen BPM – PT
Makara Cita Cipta, 2008)
Dalam riset tentang desa siaga di atas diperoleh hasil bahwa daerah-daerah yang mampu
menerapkan desa siaga umumnya karena:
y Dukungan yang kuat dari Pimpinan dan Pemerintah Daerah
y Telah ada UKBM (Posyandu) yang berjalan baik
y Menyesuaikan dengan kondisi yang ada di daerah
y Dedikasi petugas terutama Dinas Kesehatan dan Puskesmas
y Sangat berhubungan dengan kebiasaan masyarakat setempat
Dalam riset tentang implementasi system informasi posyandu diketahui bahwa system
informasi posyandu tidak berjalan karena:
1) Kebijakan terkait belum secara tegas mengatur dan memberikan dukungan sumber
daya SIP dan Pokjanal Posyandu pada tingkat pusat hingga Pokja Posyandu di
tingkat Desa/kelurahan
2) Masing-masing sektor memiliki sistem informasi tersendiri sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing sektor. Akibat dari hal ini adalah data pada
tingkat posyandu bisa sama namun menjadi berbeda ketika data tersebut sudah
berada pada masing-masing sektor
3) Penyediaan program dan anggaran untuk mendukung operasionalisasi Posyandu
masih belum memadai. Program dimaksud adalah program-program yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dan retensi kader posyandu. Dukungan dari
9|Page
pemerintah masih belum berkesinambungan dan sangat bergantung kepada
kepemimpinan daerah (Misal: Proyek PAUD)
4) Sumber Daya Manusia untuk mendukung Posyandu dan Sistem Informasi
Posyandu masih tidak memadai utamanya pada tingkat Desa/Kelurahan,
Kecamatan dan seterusnya (Tidak ada petugas khusus).
5) Permasalahan yang ditemui dalam penerapan Sistem Informasi Posyandu masih
erat kaitannya dengan pengelolaan posyandu dan operasionalisasi manajemen
Posyandu oleh Pokja dan Pokjanal. Kesulitan, ketiadaan dukungan, dan
permasalahan dalam Pokja dan Pokjanal akhirnya menular dan identik dengan
permasalahan dalam penerapan Sistem Informasi Posyandu.
Rekomendasi:
y Perlunya penyediaan dukungan sumber daya yang memadai untuk operasionalisasi
Pokja/Pokjanal Posyandu mulai dari penyediaan sekretariat dan dukungan sumber
daya yang diperlukannya.
y Penguatan struktur dan manajemen pembangunan tingkat desa dan pemberian
kapasitas agar desa dapat benar-benar menjadi penyedia pangkalan data untuk
semua sektor pembangunan termasuk sektor-sektor yang menjadikan posyandu
sebagai salah satu ujung tombak pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
10 | P a g e
9) Pengelolaan dan pengembangan SIK skala nasional dan fasilitasi pengembangan sistem
informasi kesehatan daerah.
Sebagai penutup, penulis ingin mengakhiri dengan sebuah perenungan bahwa pada
dasarnya pengelolaan posyandu haruslah dilihat konteks besarnya yang ada di lapangan
dalam hal ini di tingkat desa. Itu artinya pengelolaan posyandu merupakan bagian dari
pengelolaan pemerintahan tingkat desa. Posyandu tidak bisa lagi dipisahkan dari
pengelolaan pemerintahan tingkat desa selaku ujung tombak dari pemberdayaan
masyarakat. Dengan demikian maka pemerintahan desa harus diberdayakan agar siap
untuk melakukan tugas meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung dengan salah
satunya melalui kegiatan posyandu yang ada di masyarakat.
Daftar Pustaka
Darmawan, Ede Surya dkk., Analisis Kebijakan Kesiapan Petugas dan Masyarakat dalam
Pengembangan Desa Siaga, Puskabangkes – PT Madep, 2007
11 | P a g e
Darmawan, Ede Surya dkk., Studi Penerapan Sistem Informasi Posyandu, Ditjen BPM –
PT Makara Cita Cipta, 2008)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 tahun 2006 tentang Tatacara Penyerahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 tahun 2007 tentang Pelimpahan Urusan
Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Lurah
Ucapan Terimakasih:
Disampaikan kepada Bapak Dr. Arum Atmawikarta sebagai Direktur Kesehatan dan Gizi
Masyarakat Bappenas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi
pembahas dalam kegiatan Lokakarya Perumusan Peran Dan Tanggung Jawab Departemen
Kesehatan Dalam Pengelolaan Posyandu
12 | P a g e