Anda di halaman 1dari 2

D.

Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Timbang terima dilakukan di samping tempat tidur pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback.
(Nur, S., tt)
Menurut Mugianti (2016) metode pelaksanaan timbang terima diantaranya :
1. Menggunakan tape recorder, berupa metode one way communication.
2. Menggunakan komunikasi oral atau spoken, melakukan pertukaran informasi
dengan berdiskusi.
3. Menggunakan komunikasi tertulis atau written, pertukaran informasi dengan
melihat pada media tertulis.

E. Langkah-langkah Pelaksanaan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011), langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima
adalah :
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi :
a. Kondisi pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas selanjutnya.
c. Rencana tindakan selanjutnya.
d. Perawat primer dan anggota melihat secara langsung keadaan pasien.

F. Prosedur Timbang Terima


1. Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shif.
b. Perawat primer menyampaikan timbang terima pada perawat primer
berikutnya dengan memerhatikan hal-hal yang perlu disampaikan (identitas
pasien, diagnosis medis, masalah keperawatan yang mungkin muncul,
tindakan keperawatan, intervensi kolaboratif, rencana umum, singkat dan
jelas).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
2. Pelaksanaan
a. Diskusi secara komprehensif masalah keperawatan pasien dan rencana
tindakan.
b. Menyiapkan buku catatan untuk hal-hal khusus pasien.
c. Operan harus berorientasikan pada permasalahan pasien.
(Nursalam (2015) dalam Noprianthy, 2018)

Anda mungkin juga menyukai