Anda di halaman 1dari 3

A.

DEFINISI
Hiperplasia prostat beningna (benign prostatic hyperplasia, BPH) adalah
pembesaran atau hipertrofi, kelenjar prostat. Kelenjar prostat membesar, meluas ke atas
menuju kandung kemih dan menghambat aliran keluar urine.berkemih yang tidak lampias
dan retensi urine yang memicu stasis urine dapat menyebabkan hidronefrosis, hidroureter,
dan infeksi saluran kemih, penyebab gangguan ini tidak dipahami dengan baik, tetapi
bukti menunjukkan adanya pengaruh hormonal. BPH sering terjadi pada pria berusia
lebih dari 40 tahun.(Brunner & Suddarth, 2014)
Hiperplasia prostat jinak adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai bagian periuretral sebagai
proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa
(Price, 2005)
B. ETIOLOGI
Menurut Alam tahun 2004 penyebab pembesaran kelenjar prostat belum diketahui
secara pasti, tetapi hingga saat ini dianggap berhubungan dengan proses penuaan yang
mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Para ahli berpendapat
bahwa dihidrotosteron yang memacu pertumbuhan prostat seperti yang terjadi pada masa
purbetas adalah penyebab terjadinya pembesaran kelenjar prostat.
Hal ini yang dikaitkan dengan gangguan ini adalah stres kronis, pola makan tinggi
lemak, tidak aktif olahraga dan seksual. Selain itu testis menghasilkan beberapa hormon
seks pria, yang secara keseluruhan dinamakan androgen. Testosteron sebagian besar
dikonvrensikan oleh enzim 5-alfa reduktase menjadi dihidrotesteron yang lebih aktif
secara fisiologis di jaringan sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi.
Tugas lain dari testosteron adalah pemicu libido, pertumbuhan otot dan mengatur
deposit kalsium di tulang. Penurunan kadar testosteron telah diketahui sebagai penyebab
dari penurunan libida, masa otot, melemahnya otot pada organ seksual dan kesulitan
ereksi. Selain itu ladar testosteron yang rendah juga dapat menyebabkan masalah lain
yang tidak segera terlihat, yaitu pembesaran kelenjar prostat.
Dalam keadaan stres, tubuh memproduksi lebih banyak steroid stres (kartisol)
yang dapat menggeser produksi DHEA (dehidroepianandosteron). DHEA berfungsi
mempertahankan kadar hormon seks normal, termasuk testosteron. Stres kronis
menyebabkan penuaan dini dan penurunan fungsi testis pria. Kolesterol tinggi juga dapat
menganggu keseimbangan hormonal dan menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Faktor lain adalah nikotin dan konitin (produk pemecah nikotin) yang
meningkatkan aktivitas enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan
kadar testosteron. Begitu pula toksin lingkungan ( atau zat kimia yang banyak digunakan
sebagai pestisida, deterjen atau limbah pabrik) dapat merusak fungsi reproduksi pria.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Purnomo 2011 pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen
uretra prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal. Untuk mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada bulu-buli tersebut, oleh pasien
disarankan sebagai keluhkan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract
symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian bulibuli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter.
Keadaan keadaan ini jIka berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya
disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga
disebabkan oleh tonus otot polos yang pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos
pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari
nervus pudendus.
Menurut Mansjoer tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secaraperlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat
meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Anda mungkin juga menyukai