Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Buang air besar sembarangan (BABS) masih menjadi permasalahan
sanitasi yang berdampak pada kesehatan di dunia. WHO pada tahun 2019
menyatakan bahwa masih terdapat 673 juta orang di dunia masih melakukan
buang air besar didaerah terbuka. Indonesia masih menempati posisi kedua
sebagai negara dengan jumlah babs terbanyak di dunia setelah India.
Menurut UNICEF masih ada sekitar 25 juta orang Indonesia yang
melakukan BABS pada tahun 2018. BABS di Indonesia masih dilakukan di
daerah pedesaan dan perkotaan. Sumatera Utara berdasarkan organisasi
Tinju Tinja yang dilakukan oleh pemerintah dan UNICEF pada tahun 2013
menyatakan 12,7% dari total penduduk tidak memiliki akses toilet, dan
31,9% tidak memiliki fasilitas tempat pembuangan tinja.
PERMENKES No. 03 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat merupakan suatu strategi baru yang digunakan untuk
meningkatkan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat secara skala
nasional. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan
untuk merubah perilaku higien sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicu. Terdapat lima pilar STBM yaitu; 1) Stop Buang Air
Besar Sembarangan(BABS). 2) Cuci tangan pakai sabun. 3) Pengelolaan air
minum dan makanan rumah tangga. 4) Pengamanan sampah rumah tangga.
5) Pengamanan limbah cair rumah tangga.
Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau lebih dikenal
dengan Open Defecation Free (ODF) adalah suatu kondisi ketika setiap
individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku BABS yang
berpotensi menyebarkan penyakit. Inti dari pengertian ini adalah bahwa
kotoran manusia bisa terlokalisir, tidak tercecer di mana-mana, yang bisa
menjadi sebab sebuah penyakit. ODF merupakan sebuah tahapan dalam
sebuah rangkaian Tangga Perubahan Perilaku yang ditujukan untuk
tercapainya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada tahap
terakhir. ODF harus diupayakan pada tatanan masyarakat terkecil yaitu
keluarga.
Diare, yang merupakan penyakit berbasis lingkungan menjadi
penyebab nomor satu kematian bayi di Indonesia, yaitu 42% dari total angka
kematian bayi usia 0-11 bulan. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita
meninggal setiap tahun atau sejumlah 460 balita setiap harinya. Dari sudut
pandang ekonomi, studi WSP menunjukkan bahwa Indonesia mengalami
keru-gian sebesar $6,3 miliar ( Rp. 56,7 trillun ) perta- hun akibat buruknya
kondisi sanitasi dan higiene.Hal iIni setara dengan 2,3% dari produk
domestik bruto. Dampak babs yang juga terjadi di Sumatera Utara adalah
kematian balita pada 40 per 1.000 kelahiran hidup, sebanyak 3,3% diare,
dan stunting sebanyak 42,5% yang menghantarkan Sumatera Utara menjadi
urutan terburuk nomor 8 di Indonesia dengan balita stunting.
Hasil studi WHO (2007), intervensi melalui modifikasi lingkungan
dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai dengan 94%. Modifikasi
lingkungan tersebut mencakup penyediaan air bersih menurunkan risiko
25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko 32%, pengolahan air minum
tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai
sabun menurunkan risiko sebesar 45%.
Pemerintah Indonesia mempertegas komitmennya dalam
pembangunan sanitasi, den-gan memasukkan pendekatan STBM, menjadi
bagian dari Rencana Tindak Percepatan Pencapaian Sasaran Program Pro
Rakyat yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3, tahun 2010,
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dimana pelaksanaannya
diawasi langsung oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4). Perilaku BABS membawa banyak
masalah yang terus mengancam Indonesia. Sudah sepatutnya kita bekerja
sama melawan BABS dengan pengetahuan dan aksi. Sebab semua manfaat
terbebas dari perilaku BABS tidak hanya untuk masing-masing individu,
tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi BABS
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ata Open Defecation Free
(ODF) adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan,
semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan
menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.

2.2. Bahaya BABS


Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada
air, tanah, udara, dan makanan. Sesuai dengan model ekologi, ketika
lingkungan buruk akan menyebabkan suatu penyakit. Penyakit yang dapat
terjadi akibat kontaminasi tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri,
diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain.
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat
berkembang bibit penyakit menular misalnya kuman/bakteri, virus dan
cacing. Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misalnya di
kebun, kolam, sungai, dan lain-lain maka bibit penyakit tersebut akan
menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh
manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan
bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas.
Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) akan memberikan
manfaat dalam hal-hal sebagai berikut :
• Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau
dan lebih indah
• Tidak mencemari sumber air /badan air yang dapat dijadikan sebagai air
baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainya seperti mandi,
cuci, dan lain-lain.
• Tidak mengundang serangga dan binatang yang dapat menyebarluaskan
bibit penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit menular.

2.3. Manfaat Pembuangan Tinja


Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan
yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan
kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran
yang disebut jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)
yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkan. Jamban keluarga sangat berguna bagi kehidupan manusia,
karena jamban dapat mencegah berkembangnya bermacam penyakit yang
disebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola dengan baik. Prinsip utama
tempat pembuangan tinja atau jamban sehat adalah:
• Jarak tempat penampungan tinja terhadap sumber air > 10 meter,
sehingga tidak mencemari sumber air
• Terdapat septic tank
• Tidak mencemari lingkungan (bau)
• Tidak ada kontak dengan vektor
• Konstruksi yang aman
• Sebagai tambahan adalah adanya saluran SPAL, pengelolaan tinja dan
milik sendiri.
Untuk mencegah terjadinya terjadinya pencemaran sumber air, maka
pada secara tahap dapat dimulai dengan cara tempat penampungan tinja
dibuat jaraknya > 10 meter, lebih lanjut dibuat septic tank dan mengurasnya
secara berkala. Untuk mencegah bau tidak mencemari lingkungan secara
bertahap yakni dengan menutup tempat penampungan tinja, dan membuat
saluran/plensengan dan pada tahap akhir adalah dengan membuat jamban
leher angsa.
2.4. Penggunaan Jamban
Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk
membuang tinja, baik anak-anak (termasuk bayi dan anak balita) dan lebih-
lebih orang dewasa.
Dengan pemikiran tertentu, sering kali tinja bayi dan anak-anak
dibuang sembarangan oleh orang tuanya, misalnya kehalaman rumah,
kebon, dan lain-lain. Hal ini perlu diluruskan, bahwa tinja bayi dan anak-
anak juga harus dibuang ke jamban, karena tinja bayi dan anak-anak
tersebut sama bahayanya dengan tinja orang dewasa.

2.5. Peran Kader Masyarakat


Kader kesehatan, atau kelompok masyarakat desa yang berkesadaran
dan berkepentingan untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan
mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi perilaku stop buang
air besar sembarangan, yaitu antara lain:
a. Memanfaatkan setiap kesempatan di dusun/desa untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya perilaku buang air besar yang benar
dan sehat.
b. Melakukan pendataan rumah tangga yang anggota keluarganya masih
BAB sembarangan, mendata rumah tangga yang sudah memiliki
jamban sederhana dan mendata keluarga yang sudah memiliki jamban
yang sudah lebih sehat (jamban leher angsa).
c. Mengadakan kegiatan yang sifatnya memicu, mendampingi, dan
memonitor perilaku masyarakat dalam menghentikan kebiasaan buang
air besar sembarangan, sehingga dalam tatanan dusun/desa terwujud
kondisi terbebas dari perilaku buang air besar sembarangan.
d. Menggalang daya (bisa tenaga ataupun dana) antar sesama warga
untuk memberi bantuan dalam pembangunan jamban bagi warga yang
lain.
e. Menjadi penghubung antar warga masyarakat dengan berbagai pihak
terkait yang berkepentingan dalam mewujudkan jamban yang sehat
(improved jamban).

2.6. Community Led Total Sanitation (CLTS)


Menyadari pentingnya integrasi kegiatan sanitasi total untuk
menurunkan angka diare maka pemerintah telah menetapkan strategi
penurunan angka diare melalui salah satu bentuk pendekatan yang dianut oleh
program Pamsimas adalah pendekatan yang lebih dikenal dengan sebutan
Community Led Total Sanitation (CLTS). Adapun kelebihan CLTS adalah
sebagai berikut:
• Memerlukan waktu yang singkat untuk mengubah perilaku
masyarakat.
• Sangat efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
hidup bersih dan sehat.
• Memberdayakan masyarakat tanpa bantuan/subsidi.
• Menurunkan tingkat BAB di daerah terbuka dalam waktu yang
singkat
Walaupun demikian CLTS ini masih memiliki kelemahan, antara lain :
• Konsep CLTS ini mempunyai kesan bahwa masalah kesehatan telah
selesai dengan tidak adanya BAB di daerah terbuka. Padahal
sebenarnya hanya merupakan penyelesaian masalah dalam jangka
pendek.
• Adanya kemungkinan pencemaran air tanah akibat pembangunan
toilet yang sangat sederhana. Hal ini justru akan membahayakan
kesehatan masyarakat setempat di masa yang akan dating.
• Monitoring yang dilakukan masyarakat baru sebatas siapa yang belum
membangun toilet, padahal yang perlu dilakukan monitoring adalah
pengendalian dari pembangunan toilet itu sendiri. Jika setiap orang
membangun toilet tanpa aturan maka di masa yang akan datang hal
tersebut hanya akan membawa masalah yang lebih besar.
• Adanya kemungkinan banjir yang tentunya dapat meluapkan isi dari
toilet sederhana masih belum dikaji secara mendalam. Fokusnya
hanya bahwa masyarakat akan membangun lagi toilet sederhana
tersebut.
Ciri-ciri penting dalam CLTS adalah :
1. Inisiatif masyarakat.
2. Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara
kolektif adalah kunci utama.
3. Solidaritas masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin,
semua akan sangat terlibat dalam pendekatan ini.
Pilihan Jenis Kegiatan :
1. Pertemuan setengah hari Stop BABS (arisan dasa wisma, pengajian
taklim, kelompok Pos Ronda, Hari penimbangan posyandu, Hari
jumat bersih)
2. Pemicuan CLTS
3. Gebiar SBS/lomba Dusun SBS
4. Lomba lingkungan Sehat.
5. Kampanye melalui Radio (stop BABs dan CTPS)
6. Radio Spot (stop BABs dan CTPS)
7. Lomba Cuci tangan, lomba merancang sarana CTPS
8. Pembuatan media promosi (stiker, Papan Informasi atau pengumunan,
Baliho, spanduk, dll)
9. Lomba Foto
10. Pertandingan berbasis sekolah
11. Pembuatan sarana Sanitasi di sekolah
12. Inspeksi sanitasi
13. Pemasaran Sanitasi
• Pengadaan Contoh Cetakan Kloset dan Jamban /Bess
• Pelatihan Tukang pembuatan kloset dan jamban
• Pembentukan Kelompok arisan sarana sanitasi
• Pembinaan dan monitoring kelompok arisan.
14. Pelatihan
• Pelatihan Promosi kesehatan
• Pelatihan PHBS : bagi guru, masyarakat , dan anak sekolah
• Pelatihan Pemetaan Lingkungan sekolah, rumah dan sekitarnya
• Identifikasi sanitasi dan perilaku hygiene dimasyarakat sekolah
• Identifikasi sanitasi dan perilaku hygiene dimasyarakat
• Indentifikasi penyakit
• Perilaku Baik buruk Bagi kesehatan
• Sarana air bersih dan sanitasi di sekolah
• Alur penularan penyakit
• Cara penghambatan penyakit
• Pemilihan pencegahan penyakit menular
• Anak sebagai agen perubahan
• Praktek Lapangan
• Mikro Facilitaling
• Pelatihan pematuan kualitas air secara Fisik.
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
3.1 Buang Air Besar Sembarangan
Topik Promosi Kesehatan : Bahaya Buang Air Besar Sembarangan
Tempat : Kantor Lurah Desa Medan Sinembah, Kec. Tg.
Morawa, Kab. Deli Serdang.
Hari/tanggal : Rabu, 29 Januari 2020
Pembicara : Mitra Sexa Gesima Simanjuntak
dan Nicholas Hutabarat.
Peserta/Sasaran : Tokoh Masyarakat, Masyarakat/penduduk
Dusun IX Desa Medan Sinembah, Kec.
Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang.
Jumlah : 33 orang

3.2 Tujuan Umum


Setelah mengikuti pertemuan ini diharapkan kepada tokoh masyarakat agar
mampu membimbing setiap masyarakat untuk tidak lagi membuang air besar
sembarangan, mampu menciptakan jamban sehat dan penduduk/masyarakat
Desa Medan Sinambah Dusun IX dapat memahami dan mengerti tentang
Bahaya Buang Air Besar Sembarangan serta menjauhi prilaku Buang Air
Besar Sembarangan.
3.3 Tujuan Khusus
1. Mengerti dan dapat menjelaskan apa itu Buang Air Besar Sembarangan.
2. Mengerti dan mengetahui Bahaya Buang Air Besar Sembarangan
3. Mencari solusi kepada penduduk Desa Medan Sinembah Dusun IX, untuk
membuat jamban sehat.
3.4 Metode
• Ceramah Tanya Jawab
3.5 Media
• Poster Cetak
• Power Point
• Vidio.
3.6 Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media
1 Pembukaan  Memberi salam  Warga menjawab
(15 menit)  Mempernalkan diri salam
 Menyampaikan  Warga memahami
tujuan penyuluan. maksud dan tujuan.
 Membagikan pretest.

2 Pelaksanaan  Memutarkan vidio  Warga menonton  Vidio


(26 menit)  Menyampaikan vidio yang di putar.  Power
Materi  Warga point
 Memutarkan vidio memperhatikan
 Sesi tanya jawab materi punyulan
 Membagikan yang di sampaikan.
posttest.  Warga bertanya.
3 Penutup  Menyuimpulkan  Menjawab salam.
(10 menit) kembali materi dari
penyuluhan.
 Memberi salam
penutup.

3.7 Materi Penyuluhan STOP BABS


Pengertian buang air besar sembarangan
BABS adalah tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang atau
semak semak, sungai , pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan
menyebar dan menyebabkan air, udara dan tanah terkontaminasi.

Kejadian BABS di Indonesia


Presentase desa/kelurahan SBS Indonesia per November 2018, masih
terjadi Buang air besar sembarangan sebanyak 20%.
Mengapa harus buang air besar di jamban?
• Menjaga lingkungan agar bersih, sehat dan tidak berbau.
• Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
• Tidak mengundang datangnya lalat, kecoa, tikus yang dapat menjadi
penularan penyakit Diare, Kolera, Disentri, Tipus dan Cacingan.
Syarat Jamban Sehat
Syarat Jamban Sehat Menurut Depkes RI :
 Letak lubang penampungan kotoran minimal 10 meter dari sumur air
minum. Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang
retak-retak pada musim kemarau, maka jarak hendaknya lebih dari 15
meter
 Tidak berbau dan tinja tidak dapat dihinggapi oleh serangga maupun tikus.
Gunakan penutup lubang yang rapat
 Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya. Lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 1×1
meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok
 Mudah dibersihkan dan aman digunakan
 Dilengkapi dinding kedap air dan berwarna terang;
 Cukup penerangan
 Tersedia air dan alat pembersih.

STOP BABS
Tidak ada masyarakat yang buang air besar ditempat terbuka/sembarangan
(di kebun, sungai, semak-semak, pantai, dll).
Prinsip – prinsip STOB BABS :
1. Tanpa subsidi kepada masyarakat
2. Masyarakat sebagai pemimpin
3. Tidak menggurui dan tidak memaksa
4. Totalitas ; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam :
- Identifikasi masalah
- Analisa masalah
- Pemilihan teknologi sanitasi
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pemanfaatan dan pemeliharaan.

Kenapa Harus STOP BABS?


Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang
dan berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan
cacing) kalau tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, maka bibit
penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan
masuk dalam tubuh manusia sehingga akan menyebabkan munculnya
penyakit diare, cacingan yang rentan menyerang anak-anak.

Cara Mencegah STOP BABS


Prinsip utama:
Tempat pembuangan tinja adalah suatu wadah atau tempat yang mampu
menjaga atau mencegah tinja tersebut tidak mencemari air terutama air untuk
sumber air minum dan tidak mencemari tanah.
Opsi pilihan jamban yang baik :
 Jamban dengan septik buis beton
 Jamban dengan tangki septik dua ruang, dengan batu bata/semen
 Jamban Dian Desa (JDD)

Rute Kontaminasi Kuman


Rute Kontaminasi dan Memutus Rute Kontaminasi
Sanitasi VS Stunting.

3.8 Pertanyaan
1. Bagaimana jika kotoran dibuang ke kolam yang isinya lele? Apakah tetap
menimbulkan bahaya atau tida ? dan bagaimana dengan lele yang kita
makan dari kolam tersebut?
2. Bagaimana dengan kotoran hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing?
Apakah berdampak sama?
3. Bagaimana aroma dari kotoran ternak tersebut ? apakah dapat
menginfeksi pernapasan?
4. Selain buang air besar sembarangan, apa saja cara untuk mencegah diare?
5. Jika terjadi diare, langkah awal pengobatan di rumah apa ?
3.8 Hasil Kegiatan
Penyuluhan yang berjudul STOP BABS (Stop Buang Air Besar Sembarangan)
(STOP BABS) dilaksanakan di Desa Medan Sinembah kec. Tanjung Morawa
ini dihadiri oleh tokoh masyarakat dan masyarakat/penduduk Desa Medan
Sinembah. Pada saat pelaksanaan kegiatan terlihat antusiasme peserta dengan
berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta.

3.9 Evaluasi Hasil Pre-test dan Post-test

Pada penyuluhan mengenai STOP BABS kami melakukan penilaian


kepada peserta berupa pre-test dan post-test, hasil dari pre-test dan post-test
tersebut kami analisis dan kami tampilkan dalam diagram dibawah ini.

10
9,5
9

6
4,9 Pre-test
5
Post-test
4

Diagram diatas menunjukan bahwa nilai rata-rata peserta pada pre-test adalah
4,9 dan nilai rata-rata pada post-test adalah 9,5 . hal ini menunjukan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat Desa Medan Sinembah
mengenai bahaya buang air besar sembarangan setelah dilakukannya
penyuluhan.
3.10 Kesimpulan
Dari keseluruhan hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan tentang STOP
BABS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) dapat disimpulkan bahwa
perencanaan yang sudah ada dalam preplanning dapat dilakukan dengan baik
walaupun terdapat kendala berupa padamnya listrik di hari penyuluhan
dilakukan sehingga waktu yang sudah direncakan diundur dalam beberapa
jam.
1 DAFTAR PUSTAKA

1. World Healt Organization. Water Sanitation Hygiene. 2012. Diambil dari :


https://www.who.int/water_sanitation_health/monitoring/jmp2012/fast_fac
ts/en

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Jakarta; Nomor 39 tahun 2016

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum Program


Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta; 2016.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kesehatan


Perumahan. Jakarta; 1999. Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999.

5. Pemerintah Kabupaten Buleleng. Konsep Dasar Open Defecation Free


(ODF). Bali; 2018 . Diambil dari:
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/konsep-dasar-open-defecation-free-
odf-26

5. Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai. Kegiatan Pemicu Stop BABS.


Tanjung Balai; 2017. Diambil dari
https://dinkes.tanjungbalaikota.go.id/kegiatan-pemicu-stop-babs/

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku hidup bersih dan


sehat di Indonesia 2004. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI;
2006.
Materi Penyuluan
STOP Buang Air Besar Sembarangan
Dokumentasi Kegiatan Promosi Kesehatan (PROMKES)
STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
di Kantor Lurah Desa Medan Sinembah Kec. Tanjung Morawa
Kab. Deli Sedang Januari 2020

Pemutaran Vidio berjudul “Hari gini masih BAB sembarangan”


sebelum masuk ke materi penyuluhan.

Penyampaian materi penyuluhan oleh Mitra Simanjuntak.


Penyampaian Materi oleh Nicholas Hutabarat

Sesi Tanya Jawab


Memperaktekan cara cuci tangan 6 langka
yang merupakan jawaban dari pertanyaan warga.

Sesi Foto Bersama

Anda mungkin juga menyukai