Anda di halaman 1dari 41

REHABILITASI RAWAT JALAN

 Rehabilitasi rawat jalan diberikan pada klien dengan salah satu


atau lebih kriteria di bawah ini:
 Memiliki pola penggunaan zat yang sifatnya rekreasional dan
situasional;
 Zat utama yang digunakan adalah ganja atau stimulansia; atau
 Zat utama yang digunakan adalah opioida, namun yang yang
bersangkutan telah secara aktif menjalani program terapi rumatan
sebelumnya;
 Berusia diatas 18 tahun; dan/atau
 Tidak mengalami komplikasi fisik dan atau psikiatrik.
ADMINISTRASI
KLIEN DATANG LOKET
Menyerahkan Identitas Diri/KTP/SIM
PENDAFTARAN
Mengisi Formulir Pendaftaran Klien

ASESMEN DOKTER PEMERIKSAAN TANDA VITAL

PEMERIKSAAN URIN TEST ZAT RENCANA TERAPI & PEMBERIAN


MEDIKASI

RUJUK RAWAT INAP RAWAT


JALAN
 Durasi : 8-12 kali
 Bentuk layanan: individual/kelompok.
 Kebutuhan layanan rawat jalan meliputi :
ATK,
tes urin zat,
obat-obatan.
 Asesmen narkotika adalah suatu proses
mendapatkan informasi menyeluruh pada
individu dengan gangguan penggunaan
zat/narkotika, baik pada saat awal masuk
program, selama menjalani program dan
setelah selesai program.
 TUJUAN
 Menginisiasi komunikasi dan interaksi
terapeutik
 Mendapat gambaran klien secara lebih
menyeluruh dan akurat
 Meningkatkan kesadaran tentang besar dan
dalamnya masalah yang dihadapi oleh klien
terkait penggunaan narkotika
 Menegakkan diagnosis
 Memberikan umpan balik
 Memotivasi perubahan perilaku
 Menyusun rencana terapi
 Riwayat Penggunaan Narkotika

Asesmen penggunaan zat/narkotika menggunakan formulir


wajib lapor meliputi :
 Data Demografis

 Status Medik

 Status Pekerjaan/ Dukungan Hidup

 Status Penggunaan /Zat

 Status Legal

 Status Keluarga

 Status Psikiatris

 Pemeriksaan Urin Zat (Rapid Test)

 Resume

 Rencana Terapi
 Menggunakan Formulir Asesmen Medis Wajib
Lapor dan Rehabilitasi Medis
 Petugas klinik IPWL BNN yang terlatih dan
telah memiliki sertifikasi asesor.
 Penegakkan diagnosa hanya dilakukan oleh
Dokter
 Penandatanganan Formulir Asesmen Wajib
Lapor dan Rehabilitasi Medis harus dilakukan
oleh Dokter, petugas asesor, dan klien.
 Metode yang digunakan dalam asesmen pada
klinik IPWL BNN mengacu pada Asesmen Medis
Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis.
 Jam operasional sesuai jam layanan klinik IPWL
BNN/BNNP/BNN Kab/Kota atau Balai/Loka
rehabilitasi BNN.
 Asesmen awal dilakukan pada kunjungan pertama
dan asesmen lanjutan dapat dilakukan pada
periode perawatan.
 Pelaksanaan asesmen dapat berlangsung lebih dari
1 (satu) hari tergantung kesiapan klien (kondisi
klinis)
 Adalah pemeriksaan fisik secara menyeluruh oleh dokter pada
klien yang datang berobat.
 Klinik Pratama
 Dokter dan Perawat terlatih
 KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman
Layanan terapi dan Rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penggunaan Napza berbasis Rumah Sakit.
 KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman
Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza.
 Anamnesa yang dilakukan adalah bagian atau lanjutan
dari hasil asesmen medis

 Pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada klien yang


datang berobat meliputi :
• Keadaan umum dan tanda-tanda vital
(kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu)
• Tanda-tanda Intoksikasi
• Kepala : mata, hidung, mulut dan tenggorokan
• Dada/thorax : paru dan jantung
• Perut/Abdomen : lambung, hati dan ginjal
• Tungkai atas dan bawah/ekstrimitas: motorik
• Kulit : warna, peradangan, pembengkakan, tanda-
tanda jejas/bekas suntikan/sayatan, kekenyalan
• Tanda-tanda ganguan neurologis
 Penilaian psikiatri dasar :
oMenggunakan instrumen status mini mental
oMenggunakan instrumen status MINI ICD
 Simpulan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik,
penilaian komordibitas fisik dan komordibitas psikiatrik
dasar.
 Pemeriksaan penunjang:
oPemeriksaan laboratorium dan radiologi dilakukan
kepentingan diagnostik yang tidak dapat ditegakkan hanya
melalui pemeriksaan fisik.
oPemeriksaan dapat melalui sistem rujukan ke laboratorium
terdekat atau yang bekerja sama dengan klinik pratama
oPermintaan pemeriksaan harus ditanda tangani oleh dokter
oLakukan rujukan pada fasilitas layanan kesehatan yang
lebih tinggi bila dibutuhkan.
 Adalah pemeriksaan urin pada klien untuk
mendeteksi zat spesifik yang digunakan.
 Laboratorium sederhana pada klinik pratama
 Dokter, perawat terlatih, laboran
 Pedoman Layanan terapi dan Rehabilitasi
komprehensif pada gangguan penggunaan
Naza berbasis Rumah Sakit.
 KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza.
 Dilakukan sesuai SOP yang berlaku.
 Tes urin zat sesuai hasil anamnesa atau
minimum 3 zat
 Hasil tes urin digunakan sebagai dasar terapi
pada klien putus zat (withdrawal)
 Lakukan rujukan pada fasilitas layanan
kesehatan yang lebih tinggi bila dibutuhkan
 Pemberian pengobatan yang diberikan kepada
klien atas indikasi medis atau berdasarkan
diagnosa yang ditetapkan dokter.
 Klinik Pratama
 Dokter dan perawat terlatih
 KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Layanan terapi dan
Rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penggunaan Naza berbasis Rumah Sakit.
 KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza.
 Konsensus Tatalaksana Adiksi Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
 Mengacu pada Konsensus Tatalaksana Adiksi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia.
Pengertian Adalah pemberian medikasi simtomatik (mengurangi
gejala-gejala klinis yang muncul) pada kondisi putus
zat.
Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama

SDM Dokter dan perawat terlatih

Pedoman Terapi/Referensi •KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang


Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan Napza
•Instrumen penilaian putus zat opioid (untuk
ketergantungan opioid)

Tata Laksana 1.Jam atau waktu pelaksanaan klinik sesuai dengan


keputusan internal institusi
2.Pemberian terapi simtomatik sesuai dengan gejala
fisik dan psikis yang muncul akibat penggunaan zat
3.Lamanya terapi simtomatik maksimal satu minggu,
dengan frekuensi kunjungan minimal dua kali
4.Bila gejala tidak teratasi lebih dari satu minggu,
lakukan rujukan pada fasilitas layanan kesehatan yang
lebih tinggi
Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama dan Laboratorium

SDM Konselor HIV terlatih dari berbagai profesi


Pedoman Terapi/Referensi •Pedoman Nasional Konseling dan Tes HIV Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2013
Tata Laksana 1.Komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dengan klien
dengan membina kepercayaan dari klien
2.Waktu konseling 30 – 60 menit
3.Pemberian Informulirasi tenang HIV dan IMS
4.Penawaran tes HIV untuk diagnostik
5.Memberikan penjelasan prosedur
6.Menjamin konfidensialitas
7.Menyakinkan kesediaan klien untuk menjalani Tes dan
meminta Persetujuan Klien (informed consent
8.Pemberian Informasi tambahan
9.Pemeriksaan laboratorium HIV dan IMS
10.Konseling penyampaian hasil
11.Informulirasi untuk tes ulang bedasarkan hasil penilaian
risiko klinis
12.Merujuk ke layanan RS yang memiliki fasilitas CST bila
hasil tes Positif
13.Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan lanjut
Pengertian Adalah diagnosis ganda atau multiple pada klien
ketergantungan narkotika dan terdapat bersama-
sama dengan gangguan psikiatri lain secara
independen.

Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama

SDM Dokter dan perawat terlatih


Pedoman •KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010 tentang
Terapi/Referensi Pedoman Layanan terapi dan Rehabilitasi
komprehensif pada gangguan penggunaan Naza
berbasis Rumah Sakit.
•KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang
Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan Napza.
 Pendekatan terintegrasi dalam suatu sistem
layanan :
 Melakukan skrining untuk ke dua bidang gangguan
 Penatakasanaan gejala putus zat dan asesmen ulang bila
diperlukan
 Tinjauan ulang diperlukan dalam waktu tertentu
 Tanyakan gejala mana yang lebih dulu muncul apakah
gejala psikotik
 Observasi kondisi jiwa sebagai efek setelah melewati fase
intoksikasi, bila gejala gangguan jiwa akibat diinduksi
zat/narkotika, maka akan hilang dengan sendirinya
 Bangun motivasi dengan menggunakan tehnik ME
(motivational enhancement)
• Pemberian farmakoterapi untuk kedua kondisi tergantung dari
jenis zat/narkotika yang digunakan
• Terapkan strategi minimalisasi dampak buruk
• Gunakan tujuan jangka panjang
• Pelibatan klien dalam menjalankan pengobatan jangka panjang
• Rujukan ke psikiatri atau layanan kesehatan yang lebih tinggi
• Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan lanjut
• Pemberian farmakoterapi untuk kedua kondisi tergantung dari
jenis zat/narkotika yang digunakan
• Terapkan strategi minimalisasi dampak buruk
• Gunakan tujuan jangka panjang
• Pelibatan klien dalam menjalankan pengobatan jangka panjang
• Rujukan ke psikiatri atau layanan kesehatan yang lebih tinggi
• Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan lanjut
Pengertian Adalah intervensi psikologis berupa pendekatan
melalui suatu kolaborasi antara konselor adiksi
dengan klien dalam perencanaan yang didiskusikan
dan disetujui bersama.
Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama
SDM Konselor adiksi terlatih dari berbagai profesi

Pedoman •KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010 tentang


Terapi/Referensi Pedoman Layanan terapi dan Rehabilitasi
komprehensif pada gangguan penggunaan Naza
berbasis Rumah Sakit.
•KMK Nomor 422/ MENKES/SK/III/2010 tentang
Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan Napza.
Tata laksana Konseling secara umum harus meliputi:
1.Mengantisipasi dan mengembangkan strategi
bersama klien untuk menghadapi berbagai
kesulitan
2.Memberikan intervensi spesifik berdasarkan fakta
3.Fokus pada sumberdaya yang positif baik secara
internal atau eksternal
4.Melibatkan berbagai dukungan
5.Menghubungkan klien dengan layanan sesuai
kebutuhan
6.Waktu yang dibutuhkan dalam 1 sesi pertemuan
30 – 60 menit
7.Proses konseling yang optimal dilakukan minimal
8 kali pertemuan untuk setiap klien, dalam proses
konseling harus terbangun suatu hubungan
terapeutik
8.Resume dan pendokumentasian menggunakan
formulir rawatan lanjut
Pengertian Adalah wawancara dimana interaksinya
berpusat kepada klien dan bertujuan untuk
menggali dan mengatasi ambivalensi tentang
penggunaan zat/narkotika melalui tahapan
perubahan.
Ruang Lingkup Klinik Pratama
Tindakan
SDM Konselor adiksi terlatih dari berbagai profesi

Pedoman •KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010


Terapi/Referensi tentang Pedoman Layanan terapi dan
Rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penggunaan Naza berbasis Rumah Sakit.
•KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza.
Tata laksana 1.Dilakukan sesuai jam operasional klinik
2.Tahapan wawancara meliputi :
3.Mengekspresikan empati
4.Membantu untuk melihat dan membuka besarnya
antara tujuan dan perilaku klien saat ini dengan
pemakaian zat/narkotika
5.Berikan dukungan keyakinan diri (kepercayaan)
6.Gunakan keterampilan khusus dalam menggali
ambivalensi terhadap pengunaan zat dan alasannya
dalam mengurangi atau berhenti menggunakan zat
7.Lima ketrampilan khusus dalam MI adalah:
•OAR (open ended question)
•Penegasan (affirmation)
•Mendengarkan dan refleksi (reflective listening)
•Menyimpulkan (summarizing)
•Komunikasi perubahan
8. Dalam proses wawancara MI, motivasi harus muncul
dari klien, tanpa paksaan dari konselor, tidak menghakimi,
tidak berargumentasi.
9. Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan
lanjut
Pengertian Adalah psikoterapi yang digunakan dalam
menghadapi berbagai persoalan-persoalan
psikologis individual dalam konteks juknis
ini adalah Adiksi.
Ruang Lingkup Klinik Pratama
Tindakan
SDM Konselor adiksi terlatih dari berbagai profesi

Pedoman •KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010


Terapi/Referensi tentang Pedoman Layanan terapi dan
Rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penggunaan Naza berbasis Rumah Sakit.
•KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza.
 CBT untuk adiksi didasari atas asumsi pendekatan
biopsikososial. Dimana konselor melakukan
penilaian :
 Klien memiliki gangguan atau penyakit tertentu sebelum
menggunakan zat/narkotika
 Klien memiliki dual diagnosis (komordibitas psikiatrik)
 Ada gangguan psikologis klien dengan menggunakan
perangkat asesmen yang disepakati
 Tingkat keparahan klien
 Penilaian faktor risiko bila klien harus menjalani rawat inap
 Sejauh mana motivasi klien untuk berhenti menggunakan
zat/narkotika
 Adakah pendampingan yang tersedia (contoh peer konselor)
 Fasilitas klinik dan kemampuan petugas dalam memfasilitasi
CBT
 Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan lanjut
Pengertian Adalah pencegahan kekambuhan yang terjadi dalam
proses pemulihan pada klien pengunaan zat/narkotika.

Ruang Lingkup Tindakan Klinik Pratama

SDM Konselor adiksi terlatih dari berbagai profesi

Pedoman Terapi/Referensi •KMK Nomor 420/MENKES/SK/III/2010 tentang


Pedoman Layanan terapi dan Rehabilitasi
komprehensif pada gangguan penggunaan Naza
berbasis Rumah Sakit.
•KMK Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang
Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan Napza.
Tata laksana 1.Dilakukan dalam jam praktek klinik
2.Menggunakan wawancara memotivasi untuk
meningkatkan komitmen berubah
3.Melakukan identifikasi risiko kekambuhan pada klien
(kapan, dimana, dengan siapa, dan bagaimana
penggunaan zat/narkotika terjadi)
4.Mengajarkan kemampuan menghadapi masalah
(coping skill) seperti managemen diri, monitoring diri
dalam pemakaian zat/narkotikanya, dan keterampilan
sosial
5.Gali kondisi keluarga dan lingkungan untuk
mengembangkan strategi dalam menghadapi situasi
yang rentan mengakibatkan kekambuhan
6.Proses tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali
pertemuan, buatlah kontrak seberapa cepat klien harus
datang kembali untuk sesi lanjutan
7.Pendokumentasian menggunakan formulir rawatan
lanjut
 Sistem Rujukan pelayanan kesehatan rawat
jalan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan rawat jalan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan seluruh fasilitas kesehatan yang
ada di Badan narkotika nasional
 Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara :
Rujukan Horizontal
 Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan, apabila perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
klien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan
yang sifatnya sementara atau menetap.

Rujukan Vertikal
 Rujukan Vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya.

 Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke


tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
Ruang Lingkup Kegiatan
 menggunakan formulir rujukan BNN ;

 merujuk ke layanan yang bekerjasama dengan


BNN atau layanan kesehatan setempat.

Pelaksana
 Surat Rujukan harus ditandatangani oleh
Dokter di layanan klinik pratama
BNN/BNNP/BNN Kab/Kota atau Balai/Loka
rehabilitasi milik BNN.
Jenis Laporan
 Laporan adalah dokumen yang berisi tentang
pertanggungjawaban kegiatan/tahapan kegiatan yang disusun
dan dilaporkan secara sistematik.
 Jenis-jenis laporan yang digunakan dalam Pedoman Rehabilitasi
Rawat Jalan meliputi :
Laporan Bulanan
 Laporan meliputi data kunjungan klien tiap bulan berdasarkan
kunjungan klien baru dan lama yang meliputi data demografi,
diagnosa, pemeriksaan urin zat, terapi yang diberikan serta
rujukan jika ada (lampiran 12)
 Selain itu dilaporkan juga data rekapan tiap bulan yang meliputi
jumlah klien lama, klien baru, diagnosa, bentuk layanan dan
rujukan (lampiran 13 dan 14)
 Laporan dari Klinik Pratama BNN/BNNP/BNN Kab/Kota dan
Balai/Loka rehabilitasi milik BNN disampaikan kepada Deputi
Rehabilitasi BNN c.q. Direktur PLRIP, dan untuk klinik BNN
Kab/Kota laporan ditembuskan ke BNNP di masing-masing
wilayah.
Laporan Hasil Akhir Kegiatan (out put)
 Merupakan Laporan Hasil Akhir pelaksanaan kegiatan rehabilitasi rawat jalan, yaitu
laporan yang disusun pada akhir tahun dan merupakan hasil dari seluruh tahapan
kegiatan yang berisi rekapan jumlah klien, diagnosa, bentuk layanan dan jumlah
rujukan (lampiran 15).

Jadwal Pelaporan
 Dalam penyusunan laporan, jadwal pelaksanaan disesuaikan dengan jenis laporan yang
sudah ditentukan yaitu:
 Laporan Bulanan
 Laporan bulanan dari Klinik Pratama BNN/BNNP/Kab/Kota dan Balai/Loka milik
BNN disampaikan kepada Deputi Rehabilitasi BNN c.q Direktur PLRIP.
 Laporan bulanan BNN Kab/Kota ditembuskan ke Kepala BNN Provinsi di masing-
masing wilayah.
 Laporan bulanan disampaikan pada hari ke 5 di bulan berikutnya.
 Laporan Hasil Akhir Kegiatan (out put)
 Waktu penyelesaian laporan ini adalah sesudah semua tahapan kegiatan selesai
dilaksanakan dan disampaikan kepada Deputi Rehabilitasi BNN c.q Direktur PLRIP.
 Laporan akhir kegiatan dari klinik pratama BNN Kab/Kota ditembuskan kepada Kepala
BNN Provinsi masing-masing wilayah.
 Laporan Akhir Kegiatan disampaikan pada hari ke 20 bulan Desember tahun kegiatan.
FORM REKAP PELAPORAN TAHUNAN

Anda mungkin juga menyukai