Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANTHROPOLOGI
Definisi, Tahapan dan Perkembangan Anthropologi Sosial

Dosen Pengampu :
Ridwan SPD, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Anggota :
Lati Lestari PO.71.20.1.19.051
Lusi Oktaviani PO.71.20.1.19.053
M.Zulfa Ramadhani PO.71.20.1.19.055
Muliya PO..71.20.1.19.062
Regita Dwi Cahya PO.71.20.1.19.076

TINGKAT 2B
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGHANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanawataallah yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ridwan SPD,
SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Anthropologi yang sudah memberikan kepercayaan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana
ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Palembang, September 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia dan kehidupannya selalu menarik untuk kita kaji. Hal itu disebabkan objek
kajiannya adalah diri kita sendiri maupun orang-orang disekitar kita. Ilmu yang mengkaji
masalah kehidupan manusia salah satunya antropologi/sosiologi.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan
orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa
yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang
sama.
Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang hubungan-
hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, memfokuskan kajiannya pada peran dan
kedudukan individu dalam masyarakat serta hubungan diantara keduanya. Antropologi
mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa definisi, tahapan dan perkembangan anthropologi sosial?

1.3 TUJUAN MASALAH

Untuk mengetahui definisi, tahapan dan perkembangan anthropologi sosial


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI ANTHROPOLOGI SOSIAL

Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai)
yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang menghadirkan
orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.

2.2 TAHAPAN DAN PERKEMBANGAN ANTHROPOLOGI SOSIAL

2.2.1 Fase pertama (sebelum 1800). Suku – suku bangsa penduduk pribumi


Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke-15
dan permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira –
kira 4 abad lamanya, berbagai daerah dimuka bumi mulai terkena pengaruh Negara –
Negara Eropa Barat. Bersamaan dengan perkembangan itu mulai terkumpul suatu
himpunan besar dari buku – buku kisah perjalanan, laporan dan sebagainya, buah tangan
para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab Injil, dan pegawai
pemerintah jajahan. Dalam buku – buku itu ikut termasuk suatu himpunan besar dari
bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat – istiadat, susunan masyarakat, bahasa
dan ciri – ciri fisik dari beraneka warna dari suku – bangsa di Afrika, Asia, Osenia(yaitu
kepulauan di Pulau Teduh) dan suku – suku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika.
Bahan deskripsi – deskripsi itu amat menarik perhatian orang Eropa karena semuanya itu
tentu sangat berbeeda darri adat – istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri –ciri fisik
bangsa – bangsa Eropa Barat, bahan pengetahuan tadi juga dapat disebut etnografi.

Kemudian dalam pandangan orang Eropa timbul tiga macam sikap yang
bertentangan terhadap bangsa – bangsa di Afrika, Asia, Osenia, dan orang – orang Indian
di Amerika tadi, yaitu:
2.2.1.1 Sebagian orang Eropa memandang akan sifat keburukan dari bangsa –
bangsa jauh tadi itu, dan mengatakan bahwa bangsa – bangsa itu bukan manusia
sebenarnya; bahwa mereka manusia liar, turunan iblis, dan sebagainya. Dengan
demikian timbul istlah – istilah seperti savages, primitives, yang dipakai orang Eropa
untuk menyebut bangsa – bangsa tadi.
2.2.1.2 Sebagian orang Eropa memandang akan sifat – sifat baik dari bangsa –
bangsa jauh tadu, dan mengatakan bahwa masyarakat bangsa – bangsa itu adalah
contoh dari masyarakat yang masih murni, yang belum kemasukan kejahatan dan
keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa – bangsa Eropa Barat waktu itu.
2.2.1.3 Sebagiann orang Eropa tertarik akan adat – istiadat yang aneh, dan
mulai mengumpulkan benda – benda kebudayaan dari suku – suku bangsa Afrika,
Asia, Oseania, dan Amerika pribumi tadi. Kumpulan – kumpulan pribadi tadi ada
yang dihimpun menjadi satu, supaya dapat dilihat oleh umum, dengan demikian
timbul museum – museum pertama tentang kebudayaan – kebudayaan bangsa –
bangsa di luar Eropa.
Pada permulaan abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan tentang
masyarakat, adat – istiadat dan ciri – ciri fisik bangsa – bangsa diluar Eropa dari pihak
dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha – usaha
pertama dari dunia ilmiah untuk menintegrasi seluruh himpunan bahan – bahan
pengetahuan etnografi tadi menjadi satu.

2.1.2 Fase kedua (kira – kira pertengahan abad ke-19). Integrasi yang sungguh –
sungguh baru timbul pada pertengahan abad ke-19, waktu timbul karangan – karangan
yang menyusun bahan etnografi tersebut berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat.
Semua bentuk masyarakat dan kbudayaan bangsa – bangsa diluar Eropa, yang oleh orang
Eropa disebut primitive, dianggap sebagai contoh dari tingkat kebudayaan yang lebih
rendah, yang masih hidup sampai zaman sekarang sebagai sisa – sisaa dari kebudayaan –
kebudayaan manusia zaman dulu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun
1860, yang mengklasifikasikan bahan tentang beraneka warna kebudayaan diseluruh dunia
ke dalam tingkat – tingkat evolusi yang tertentu, maka timbullah ilmu antropologi.
Kemudian timbul pula beberapa karnagan yang hendak meneliti sejarah
penyebaran kebudayaan – kebudayaan bangsa – bangsa muka bumi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dalam fase perkembangan yang kedua ini ilmu antropologi
berupa suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut: memperlajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk
mendapat suatu pengertian tentang tingkat- tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah
penyebaran kebudayaan manusia.
2.1.3 Fase ketiga (Permulaan abad ke-20). Pada permulaan abad ke-20, sebagisan
besar dari Negara – Negara penjajahan di Eropa masing – masing berhasil untuk mencapai
kemantapan kekuasaannya di Negara jajahan diluar Eropa. Untuk keperluan pemerintah
jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan langsung dengan bangsa – bangsa
terjajah diluar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari
bangsa – bangsa di daerah diluar Eropa iru, menjadi sangat penting. Dalam fase ketiga ini
ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat diruuskan sebagai
berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku – suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat
masa kini yang kompleks.
2.1.4 Fase keempat (sesudah kira – kira 1930). Dalam fase ini ilmu antroplogi
mengalam masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan
pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai kertajaman dari metode – metode
ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:
2.1.4.1 Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia ke II,
2.1.4.2 Cepat hilangnya bangsa – bangsa primitive (dalam artian bangsa – bangsa
asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930
mulai hilang, dan sesudah perang dunia ke II memang hamper taka ada lagi di muka bumi
ini.
Proses – proses tersebut menyebabkan bahwa ilmu antropologi seolah – olah
kehilangan lapangan, dan demikian terdorong untuk mengembangkan lapangan – lapangan
penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru. Adapun warisan dari fase – fase
perkembangan semula, yaitu yang pertama, kedua, dan ketiga berupa bahan etnografi dan
banyak metode ilmiah, landasan bagi perkembangannya yang baru. Perkembangan itu
terutama terjadi di universitas – universitas di Ameika Serikat, tetapi menjadi umum di
Negara – Negara lain juga setelah tahun 1951, ketika 60 orang tokoh antropologi dari
berbagai Negara di Amerika dan Eropa (termasuk Unisoviet), mengadakan suatu symposium
internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dan ilmu
antropologi yang baru ini.
Pokok dari penelitian para ahli antropologi sudah sejak llebih dari 50 tahun yang lalu,
yaitu sekitar tahun 1930, memang tidak lagi hanya suku – suku bangsa primitive yang
tinggak si benua – benua diluar Eropa saja, melainkan sudah beralih kepada manusia di
daerah pedesaan pada umumnnya, dirtinjau dari sudut aneka warna fisiknya, masyarakatnya,
serta kebudayaannya.
2.3 TOKOH-TOKOH PERKEMBANGAN ANTHROPOLOGI SOSIAL
2.3.1 Edward B Tylor
Edward B Tylor(1832-1917) adalah orang inggris yang mendapatkan pendidikan dalam
kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan baru kemudian tertarik akan ilmu
arkeologi.
2.3.2 Lewis Henry Morgan
Lewis Henry Morgan (1818-1881) adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di antar
suku-suku bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan
danau-danau besar Ontario dan erie ( negara bagian New York) sebagai pengacara bagi orang-
orang Indian dalam soal-soal tanah.Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul
League of the Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep evolusi
masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society (1877) mencoba melukiskan
evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat evolusi yang universal (zaman liar
tua, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya, zaman barbar
muda, zaman peradaban purba,zaman peradaban masakini).
2.3.3 Franz Boas
Franz Boas (1858-1942) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari jerman. Boas
melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo di pantai Pulau Baffinland
dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi
buku The Central Eskimo (1888).Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas
Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi.
2.3.4 Emile Durkheim
Emile Durkheim (1858-1917) adalah seorang perancis yang belajar mengenai teologi
untuk menjadi pendeta Yahudi,kemudian pindah belajar kesusastraan perancis di suatu Lycee di
Paris.Tahun 1887 ia menjadi dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis buku
tentang pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall Social
(1893)
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Fase pertama (sebelum 1800). Suku – suku
bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa
Barat sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu
proses yang berlangsung kira – kira 4 abad lamanya, berbagai daerah dimuka bumi mulai
terkena pengaruh Negara – Negara Eropa Barat. Integrasi yang sungguh –sungguh baru
timbul pada pertengahan abad ke-19, waktu timbul karangan – karangan yang menyusun
bahan etnografi tersebut berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Pada permulaan
abad ke-20, sebagisan besar dari Negara – Negara penjajahan di Eropa masing – masing
berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di Negara jajahan diluar Eropa. Ilmu
antroplogi mengalam masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai
bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai kertajaman
dari metode – metode ilmiahnya.

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai