Suatu hari seorang anak perempuan berumur 18 tahun mengalami demam tinggi
atau hipertermi. Oleh orang tuanya, anak perempuan tersebut dibawa ke rumah
sakit untuk segera diberi tindakan medis karena demamnya tidak juga kunjung
menurun.
Resepsionis (Insan) : Baik pak saya cek dulu… Bapak mau ruangan VIP, VVIV,
atau yang biasa ?
Resepsionis (Insan) : Perawat Fanisa ada pasien baru yang akan memasuki
ruang inap VVIV atas nama pasien Miranti. Pasien
mengalami hipertermi dan memasuki ruang IGD pada jam
08.00 pagi, di VVIV A.11 tolong antarkan ke ruangannya
ya, Perawat Fanisa.
15
Perawat (Fanisa) : Waalaikumussalam.
Kemudian setelah dapat telepon dari represionis perawat Fanisa pun langsung
mencari pasien Miranti. Perawat Fanisa pun menemuinya sebelum pasien di
antar keruangannya.
Pasien (Miranti) : Nama saya Miranti sus, tanggal lahir saya 23 September
2000.
Dan perawat Fanisa pun mengantarkan pasien Miranti keruang inap. Setelah
sampai di kamar perawatan , perawat fanisa pun membaringkan pasien Miranti
di bagian sudut ruangan dan setelah itu terjadi percakapan antara perawat
bersama pasien.
Perawat (Fanisa) : Baik mbak tugas saya sudah selesai, apa ada yang ingin
mbak tanyakan kepada saya mungkin yang sekiranya belum
mbak mengerti atau petunjuk-petunjuk yang belum
dipahami ?
Pasien (Miranti) : Ngomong-ngomong orang tua saya mana ya sus dari tadi
saya tidak melihat orang tua saya ? (dengan perasaan panik)
16
Perawat (Fanisa) : Hemm, jangan panik mbak, orang tua mbak sedang
mengurus administrasi, nanti sebentar lagi pasti datang,
sabar ya.
Perawat (Fanisa) : Sama-sama. Baik setelah ini akan ada suster yang
menggantikan saya di sini jika mbak butuh sesuatu nanti
bisa pencet bel disebelah sini ya.
Keesokan harinya.
Pasien (Miranti) : Saya Miranti sus, tanggal lahir saya 23 September 2000.
Suster (Asyfa) : Baik mbak saya akan memeriksa keadaan mbak, saya
akan memeriksa tekanan darah, suhu badan, dan deyut
nadinya, untuk mengetahui keadaan mbak saat ini. Apakah
mbak bersedia ?
17
Pasien (Miranti) : Duduk aja sus (suster Asyfa pun menaikkan sandaran
pada pasien Miranti)
Suster (Asyfa) : Sekitar 10 menit lagi akan ada suster yang menggantikan
saya yaitu suster Monica, nanti beliau akan melakukan
kompres hangat agar suhu tubuh mbak cepat menurun.
Suster (Asyifa) : Kalau begitu saya permisi dulu ya mbak, jika mbak
membutuhkan sesuatu mbak bisa pencet bel hijau yang ada
teat diatas kepala mbak.
Setelah pergantian waktu suster Asyfa menemui suster Monica untuk memberi tau
hasil pemeriksaannya
Suster (Asyfa) :Suster Monica ini ada hasil dari pemeriksaan pasien
Miranti di ruangan VVIV kamar A.11, tekanan darahnya
18
normal 110/80, suhu tubuh 38ºC, dan denyut nadi
70x/menit. Mungkin pasien bisa diberikan terapi kompres
hangat untuk menurunkan suhu tubuhnya.
Suster (Monica) : Baik akan saya berikan terapi kompres hangat untuk
pasien Miranti, terima kasih suster Asyfa.
Suster Monic pun segera ke ruang rawat inap pasien Miranti, dan sesampainya di
ruang pasien Miranti, terlihat pasien Miranti yang sedang bercakap-cakap
dengan ibunya.
Ibu (Insan) : Kata suster Asyifa suhu tubuh anak saya juga masih agak
tinggi sus.
19
Suster (Monic) : Begitu ya bu, baik sekarang saya akan memeriksa keadaan
anak ibu, saya akan memeriksa tekanan darah, suhu tubuh,
dan deyut nadinya, apa mbak bersedia?
Suster (Monic) : Baik mbak saya mulai ya. (suster monic memeriksa
tekanan darah,suhu tubuh,detakan jantung pasien).
Suster (Monic) : Iya mbak, karena itu disini saya akan melakukan tindakan
pemberian kompres hangat tujuannya agar suhu tubuh
mbak cepat turun, mungkin bisa sambil ibu perhatikan juga
agar bisa dilakukan di rumah. Disini saya memerlukan
waktu kira-kira 10 menit apa mbak bersedia ?
Suster (Monic) : Kalau begitu saya mulai ya tindakannya, yang pertama itu
basahi handuk atau kain dengan air hangat lalu peras
hingga tidak terlalu basah, lalu letakkan handuk di daerah
20
yang akan di kompres seperti di leher, ketiak, atau lipatan
paha. Nah disini saya akan letakkan di leher ya.
Ibu (Insan) :Suster bukannya kalau mengompres itu handuknya
diletakkan di kening ya?
Suster (Monic) : Sebaiknya saat mengompres kita letakkan handuknya
dileher, ketiak atau lipatan paha bu, karena di daerah-daerah
itu ada pembuluh darah yang besar jadi suhu tubuhnya pun
akan lebih cepat menurun.
Ibu (Insan) : Oh begitu ya sus.
Suster (Monic) : Iya ibu, nah selanjutnya jika handuk sudah terasa agak
mendingin atau kering, bisa dimasukkan lagi ke dalam air
hangat. Kompres ini bisa dilakukan berulang sampai suhu
tubuhh dirasa menurun.
Ibu (Insan) : Baik sus.
Suster (Monic) : Apa ada yang ingin ditanyakan lagi bu?
Ibu (Insan) : Tidak ada sus, terima kasih ya sus.
Suster (Monic) : Sama-sama bu. Tindakannya sudah selesai ya, bagaimana
mbak Miranti perasaannya setelah dilakukan kompres
hangat?
Pasien (Miranti) : Sudah lebih baik sus, terasa lebih nyaman.
Suster (Monic) : Baiklah sekitar 20 menit lagi akan ada rekan saya yang
datang untuk melakukan pengukuran suhu. Kalau begitu
saya permisi dulu, jika mbak butuh apa-apa mbak bisa
pencet bel yang ada disebelah sini ya. Assalamualaikum.
Pasien dan Ibu : Waalaikumussalam.
Ibu (Insan) : Terima kasih sus.
Suster (monic) : Sama-sama. Mari bu.
Ibu (Insan) : iya mari sus.
21
Perawat (Dhani) : Assalamu’alaikum.
Pasien (Miranti) : Nama saya Miranti, tanggal lahir saya 23 September 2000.
Perawat (Dhani) : Baik mbak saya akan memeriksa keadaan mbak, saya
akan memeriksa tekanan darah, suhu badan, dan deyut
nadinya, untuk mengetahui keadaan mbak saat ini. Apakah
mbak bersedia ?
Pasien (Miranti) : Duduk aja sus (perawat Dahni pun menaikkan sandaran
pada pasien Miranti)
22
110/80, suhu tubuhnya 37,2ºC, denyut nadinya 70x/menit.
Itu artinya suhu tubuh mbak sudah normal ya, sudah lebih
baik. Bagaimana perasaan mbak setelah mengetahui
hasilnya ?
Pasien (Miranti) : Saya jadi merasa lebih tenang sekarang. Terima kasih
perawat Dhani.
Perawat (Dhani) : Iya sama-sama mbak, baik mbak tugas saya sudah
selesai,apa bila mbak membutuhkan sesuatu mbak bisa
menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang
berwana hijau tepat di atas kepala mbak ya, kalau begitu
saya permisi, Assalamualaikum.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan
pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi prosessional bagi
perawat. Tahap-tahap Hubungan Terapeutik yaitu; Fase Pra Interaksi,
Prainteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Dalam tahapan
ini perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, menilik
dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya,
sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi
dengan klien dapat dipertanggung jawabkan.
Fase Orientasi Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien.
Hal pertama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang
akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat – klien.
Fase kerja, merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik (Stuart, 1998). Fase kerja merupakan initi dari hubungan
perawat dan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dicapai
Fase Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat
dan klien. Tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama
meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian
tujuan.
24