Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan orang lain. Seringkali orang salah berpikir
bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan
lingkungan sekitarnya. Untuk dapat melakukan komunikasi, diperlukan
indera untuk menyampaikan dan menerima pesan yang disampaikan.
Pada klien yang mengalami gangguan penglihatan, komunikasi
yang dilakukan pasti akan berbeda dengan klien yang tidak mengalami
gangguan terutama pada media penyampaian pesan. Sebagai seorang
perawat, diperlukan pemahaman dan strategi untuk berkomunikasi dengan
klien yang mengalami gangguan tersebut. Tujuannya adalah pesan yang
disampaikan perawat dapat dipahami oleh klien, dan sebaliknya pesan dari
klien bisa dipahami oleh perawat. Berdasarkan masalah tersebut, pada
makalah ini kami akan membahas mengenai cara berkomunikasi pada
klien dengan gangguan penglihatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah makalah ini ada 2 yaitu :
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikai terapeutik pada klien
dengan gangguan penglihatan
2. Bagaimana stratergi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien
dengan masalah penglihatan

C. Tujuan Makalah
Tujuan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pentingnya mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi
terapeutik pada klien dengan gangguan penglihatan
2. Mengetahui cara berkomunikasi dengan pasien dengan masalah
penglihatan
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik pada klien dengan
gangguan penglihatan

B. Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terepeutik pada Pasien dengan


Gangguan Penglihatan

Fase orientasi:
A. Salam terapeutik
“Selamat pagi dik? Saya suster Mayang yang bertugas pada pagi
ini. Siapa nama adik?”
B. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan adik hari ini? Apakah adik ayu bisa tidur
dengan nyenyak?”
C. Kontrak
Topik : “Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang
penyakit yang adik alami ini? Dan akibat adik merasa takut dan
khwatir?”
Tempat : “Di mana kita akan berbicara dik Lidya? Di
ruangan ini?”
Waktu :“Baiklah, kita akan berdiskusi selama kurang lebih
30 menit ya dik Lidya.”

Fase kerja:
“Nah dik Lidya belum mengetahui tentang penyebab buta yang
dialami dik Lidya kan?, baiklah saya akan menjelaskan tentang
penyebab buta yang dik Lidya alami sekarang, karena kepala dik
Lidya dulu waktu kecelakaan itu terkena benturan selain itu
gangguan penglihatan dapat terjadi karena kerusakan     organ
misalnya kornea, lensa mata, kekeruhan humoris viterius, serta
kerusakan saraf        penghantar impuls menuju otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga        dapat menyebabkan
kebutaan. Apakah dik Lidya sudah paham dengan penjelasan saya?
Bagus sekali, tapi sekarang dik Lidya sudah mendapatkan
pendonor mata, sebentar lagi dik Lidya bisa melihat. Disini dokter
anastesi sudah menjadwalkan operasi dik Lidya, dik Lidya tidak
usah khwatir. Karena operasi ini jalan terbaik untuk dik Lidya dan
pastinya operasinya akan berjalan lancar. Oh iya, sebelum
dilakukan operasi, saya akan mengambil sample darah dik Lidya
untuk pemeriksaan laboratorium ya? Nah sudah selesai, sekarang
saya akan memeriksa tanda-tanda vital dik Lidya. Permisa ya dik?
Dik Lidya, bagaimana perasaan dik Lidya sekarang? Kenapa?
Masih takut? Iya nanti sebelum operasi dik Lidya ingat berdoa ya,
semoga operasinya berjalan dengan lancar.”

Fase terminasi:
A. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan adik Lidya setelah berbincang-
bincang tentang penyakit yang adik rasakan? Apakah adik
Lidya bisa menjelaskan kembali? Nah betul sekali.”
b. Evaluasi obyektif:
“Nah adik Lidya hasil lab dik Lidya baik jadi adik Lidya
bisa cepat dioperasinya, dan hasil ttv tekanan darah
120/80mmHg. Suhu 36,8°C, nadi 88x/mnt, dan respirasi
20x/menit. Karena dik Lidya sudah mengetahui penyebab
tentang penyakit dik Lidya sekarang jadi adik tidak oleh
khwatir lagi.
B. Tindak lanjut klien
“Jadi, dik Lidya sekarang boleh beristirahat dulu sambil
menunggu perawat anastesi menjemput adik untuk operasi.”
C. Kontrak yang akan datang
Topik “nah dik Lidya, nanti saya akan kesini lagi untuk
melihat keadaan adik Lidya ya?”
Tempat : “kita akan bertemu lagi ditempat ini?”
Waktu : “baiklah dik Lidya, kita akan berbincang-bincang
lagi sekitar 30 menit. Saya perisi dulu ya, sampai jumpa”
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien yang mengalami gangguan penglihatan bisa terjadi
akibat adanya kerusakan organ penglihatan sehingga komunikasi
yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan
sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang
lain. Selain itu perlu menggunakan strategi dan memperhatikan
hal-hal tertentu agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan lancar.

B. Saran
Ketika berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan fisik seperti gangguan penglihatan, diperlukan
pemahaman dan kesabaran terhadap klien serta perlu strategi
komunikasi dan mempertimbangkan media yang digunakan yang
disesuaikan dengan kondisi klien, agar pesan tetap dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Andalas University Press. 2018. Komunikasi Terapeutik dalam


Keperawatan.Padang : Andalas University Press

Web

http://pohoseng.com/komunikasi-pada-pasien-gangguan-fisik-dan-jiwa/ diunduh
pada tanggal 09 Novemer 2019 22:12 WIB

http://ayuavitha.com/2015/11/komunikasi-terapeutik-pada-klien.html/ diunduh
pada tanggal 09 November 2019 22:15 WIB

Anda mungkin juga menyukai