Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI......................................................................................................................

.............................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................

.................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................

.................................................................................................................................3

C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................

.................................................................................................................................3

D. Manfaat Pembahasan...............................................................................................

.................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes.........................................................................................................

.................................................................................................................................4

B. Pengertian Pegukuran..............................................................................................

.................................................................................................................................4

C. Pengertian Evaluasi.................................................................................................

.................................................................................................................................5

D. Etika Tes..................................................................................................................

.................................................................................................................................8

E. Pengertian Renang...................................................................................................

.................................................................................................................................9
F. Pengertian Kardiovaskuler......................................................................................

.................................................................................................................................10

G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kardiovaskuler..............................................

.................................................................................................................................11

H. Hubungan Olahraga Renang dan Kardiovaskuler...................................................

.................................................................................................................................21

I. Penilaian..................................................................................................................

.................................................................................................................................25

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.......................................................................................................

.................................................................................................................................27

B. SARAN....................................................................................................................

.................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

.............................................................................................................................................29
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehidupan manusia pasti akan dihadapkan dengan beberapa masalah

yang ada,sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang muncul. Dengan

segenap kemampuan yang dimiliki manusia, manusia akan selalu berusaha untuk

menyelesaikan semua masalah-masalah itu. Tetapi terkadang seseorang akan lupa

terhadap apa yang terjadi pada dirinya sendiri, lebih-lebih pada masalah fisik, yaitu

tentang kesegaran jasmani. Banyak dari mereka yang sibuk, akan lupa terhadap

kesehatan dan kestabilan kesegaran jasmaninya. Kesegaran jasmani seseorang

adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari

tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, untuk dapat mencapai kondisi

kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang

melibatkan beberapa komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang

benar.

Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani seseorang, semakin besar

kemampuan fisiknya dan produktifitas kerjanya, khususnya dalam bidang olahraga.

Bagi guru pendidikan jasmani ataupun pelatih, sangat penting mengadakan

pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa atau atlet untuk

mengembangkan prestasi. Selain itu para guru atu pelatih akan membutuhkan

1
2

sesuatu yang dinamakan demngan evaluasi. Yang bertujuan untuk mengoreksi dan

mengetahui seberapa tingkat dan perkembangan setelah melakukan beberapa tahap

latihan. Sebagai pelatih dan guru olahraga, yang bertanggung jawab atas prestasi

anak asuhannya. Perlu melengkapi dirinya dengan pengetahuan tentang cara-cara

mengukur dan menilai status kondisi fisik tersebut. Dan statrus kondisi fisik

seseorang hanya mungkin diketahui dengan pengukuran dan penilaian yang

berbentuk beberapa tes kemampuan.

Cara evaluasi yang tepat yang harus dilakukan yaitu dengan cara tes dan

pengukuran terhadap atlet ataupun siswa. Tes dan pengukuran dapat dilakukan

dengan beberapa cara dan tahap yang mempunyai manfaat dan tujuan dilakukannya

tes tersebut. Dan tes tersebut dibagi menjadi bebrapa komponen kondisi fisik serta

beberapa jenis tes yan sudah dikelompokan.

Dengan melakukan tes dan pengukuran ini kita dapat mengambil beberapa

manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah dilakukan,

dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi fisik

seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa menjadikan

ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan. Kita juga dapat

termotivasi oleh hasil yang diambil dalam tes dan pengukuran ini, atau bahkan kita

dapat menggunakan data ini untuk bahan sebuah penelitian.


3

B. Rumusan masalah.
1. Apa pengertian tes dan pengukuran olahraga?
2. Apa pengertian evaluasi?
3. Apa pengertian penilaian?
4. Apa pengertian etika?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk menjelaskan pengertian tes dan pengukuran olahraga
2. Untuk menjelaskan pengertian evaluasi
3. Untuk menjelaskan pengertian penilaian
4. Untuk menjelaskan pengertian etika

D. Manfaat pembahasan
1. Agar kita tahu tentang pengertian tes dan pengukuran olahraga
2. Agar kita tahu tentang pengertian evaluasi
3. Agar kita tahu tentang pengertian penilaian
4. Agar kita tahu tentang pengertian etika
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TES

Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat

tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau

atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas

tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Tes dapat diklasifikasi berdasarkan :

a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)

b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif)

c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan)

d. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk

kerja atautes kertas dan pensil)

e. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)

f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru ata)u tes

baku

B. PENGERTIAN PENGUKURAN

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha

memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta

didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan

4
5

proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai

pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki

oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.

C. PENGERTIAN EVALUASI

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu

program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak

berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.

Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil

keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan

kepada tujuan yang telah dirumuskan. 

Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven

(1967) dalam artikelnya berjudul “The Methodology of evaluation”). Evaluasi

formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses

pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan evaluasi

sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat

berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya. 

D. PENGERTIAN PENILAIAN

Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup

semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa

dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
6

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat.

Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta

didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik

apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. Penilaian menyeluruh dan

berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah

No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi

terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar.

Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal

dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan

direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan

penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang

tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu

institusi / lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan

lembaga / institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan

hasil belajar peserta didik. Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari

penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar

peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini

bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh

peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru

selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta

didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik
7

kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program

pembelajaran. Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian

dan sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta

didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Namun diantara

keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering dicampuradukan, padahal

keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.

Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian

merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan

dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran

kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian

merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.

Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap

suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja

atau kemampuan. Peserta didik dengan menggunakan suatu standar.Pengukuran

dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang

memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan

maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen

non tes bias berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan

atau pernyataan sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau

memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori

merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri dari keadaan peserta didik,
8

misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat

kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka, sedangkan

kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik, baik,

cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya

E. ETIKA TES

Kegiatan pengujian berperan sangat besar dalam system pendidikan dan

system persekolahan.karena pentingnya itu maka setiap tindakan pengujian selalu

menimbulkan kritik yang tajam dari masyarakat.

Kritik tersebut antara lain:

a. Tes senantiasa akan mencampuri rahasia pribadi peserta tes. Setiap tes

berusaha mengetahui pengetahuan dan kemampuan peserta tes, yang dapat

berarti membuka kelemahan dan kekuatan pribadi seseorang. Didalam

masyarakat yang sangat melindungi akan hak dan rahasia pribadi,masalah ini

seslalu akan menjadi gugatan atau keluhan.

b. Tes selalu menimbulkan rasa cemas peserta tes.memang sampai bats tertentu

rasa cemas itu dibutuhkan untuk dapat mencapai prestasi terbaik, tetapi tes

acapkali menimbulkan rasa cemas yang tidak perlu, yang justru dapat

menghambat seseorang mampu mendemonstrasikan kemampuan terbaiknya

c. Tes acapkali justru menghukum peserta didik yang kreatif.karena tes itu

selalu menuntut jawaban yang sudah ditentukan pola dan isinya, maka tentu

saja hal itu tidak memberi ruang gerak yang cukup bagi anak yang kreatif.
9

d. Tes selalu terikat pad kebudayaan tertentu. Tidak ada tes hasil belajar

yang bebas budaya. Karena itu kemampuan peserta tes untuk memberi

jawaban terbaik turut ditentukan oleh kebudayaan penyusun tes.

e.  Tes hanya mengukur hasil belajar yang sederhana dan yang remeh.

Hampir tidak pernah ada tes hasil belajar yang mampu mengungkapkan

tingkah laku peserta didik secara menyeluruh, yang justru menjadi tujuan

utama pendidikan formal apapun.

F. Pengertian Renang

Pengertian Renang merupakan salah satu gerakan yang dilakukan di dalam

air yang dapat dilakukan oleh manusia dan hewan. Umumnya hewan berenang

untuk beberapa tujuan seperti mencari mangsa, mendinginkan suhu tubuh,

berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan manusia menjadikan

renang sebagai sarana olahraga, rekreasi, ataupun mencari ikan, mutiara atau

hewan air lainnya. Manusia dan hewan dapat berenang di sungai, danau, laut dan

kolam renang. Berenang dapat dilakukan oleh siapa saja dari berbagai usia dan

kalangan masyarakat.

Olahraga renang untuk perlombaan atau rekreasi dilakukan di kolam

renang. Berenang merupakan olahraga yang sangat baik bagi kesehatan tubuh

karena hampir semua otot dan persendian bergerak ketika berenang. Olahraga

renang dapat dilakukan oleh siapa saja baik putra maupun putri.
10

F. Pengertian Kardiovaskular

Tahan kardiovaskular adalah kemampuan paru, jantung, dan pembuluh

darah untuk menyampaikan sejumlah oksigen dan zat-zat gizi kepada sel-sel

untuk memenuhi kebutuhan aktivitas fisik yang berlangsung dalam waktu yang

lama ( Junusul Hairy, 2007: 10.4 ). Djoko Pekik Irianto ( 2004: 4 ) menyatakan

bahwa daya jantung-paru adalah kemampuan paru-paru dan jantung dalam

mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama.

Menrut Rusli Lautan ( 2001: 45 ) secara teknis kardio ( jantung), vascular

(pembuluh dara), respirasi ( paru-paru dan ventilasi ), dan aerobic ( Bekerja

dengan oksigen ) memang berbeda tapi istilah ini berkaitan satu sama lain.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebugaran aerobic merupakan komponen kerja

jantung untuk memompa darah yang kaya akan oksigen ke bagian tubuh

lainnya dan kemampuan untuk menyelesaikan dan memulihkan dari aktivitas

jasmani.

Berdasarkan pada beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa kebugaran kardiovaskular adalah kemampuan seseorang menggunakan

oksigen secara maksimal, artinya kapasitas fungsional kardiovaskular yang

dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.


11

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiovaskular

Menurut Rusli Lutan (2002:73-75), intensitas, kehususan, frekuensi, kekhasan

perorangan dan motifasi berlatih adalah beberapa faktor yang mempengaruhi

kesegaran jasmani.Faktor kesehatan dan gizi yang menyertai takaran latihan untuk

meningkatkan kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani yang baik merupakan

interaksi dari berbagai macam faktor dan beberapa komponen tubuh lainnya yang

saling melengkapi.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:7-9), hal-hal yang menunjang kesegaran

jasmani: makan, istirahat, dan olahraga. Berikut adalah penjelasan dari faktor-faktor

diatas sebagai berikut:

a. Makan

Untuk dapat mempertahankan hidup secara layak manusia memerlukan

makananyang cukup, baik kuantitas atau kualitas, yakni harus memenuhi syarat

makanan sehat berimbang, cukup energi dan nutrisi meliputi, karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, mineral, dan air. Kebutuhan energi untuk bekerja sehari-hari

diperoleh dari makanan sumber energi dan proporsi karbohidrat 60% lemak 25%

dan protein 15%. Untuk memperoleh kebugaran yang prima selain memperhatikan

makan sehat berimbang juga dituntut untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak

sehat seperti merokok, minum alkohol, dan makanan berlebihan dan tidak teratur.
12

b. Istirahat

Tubuh manusia tersusun atas sistem organ, organ, jaringan serta sel yang

mempunyai kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan mampu bekerja terus

menerus tanpa berhenti sepanjang hari tanpa berhenti. Untuk itu istirahat sangat

diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan melakukan pemulihan (recovery)

sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

c. Olahraga

Olahraga merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk meningkatkan

kesegaran jasmani, dengan mempunyai kesegaran jasmani yang baik maka akan

melakukan suatu aktifitas olahraga dengan baik pula.

Menurut Arma Abdoellah (1981:139), untuk memperoleh kesegaran jasmani

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: program aktivitas yang terus

menerus, makanan yang bergizi baik, istirahat, tidur, santai dan pemeliharaan

kesehatan yang cukup. Menurut Roji (2004:97), faktor-faktor yang

mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu:

1) Masalah kesehatan, seperti keadaan kesehatan, penyakit menahun.

2) Masalah gizi, seperti kurang protein, kalori, gizi rendah, dan gizi yang tidak

memadai.

3) Masalah latihan fisik, seperti usia mulai latihan, frekuensi latihan perminggu,

intensitas latihan dan volume latihan.

4) Masalah faktor keturunan, seperti antropometri dan kelaina bawaan.


13

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kesegaran jasmani adalah : makan yang bergizi baik (seimbang),

istirahat yang cukup, dan olahraga yang teratur.

Arip Syarifuddin (2004: 2.5-2.7) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang

teratur dapat menyebabkan perbaikan kebugaran jasmani yang menyangkut

perbaikan badan dan fungsi badan seseorang, antara lain waktu istirahat denyut

jantung dan tekanan darah akan lebih rendah, aliran darah pada pembuluh

koroner akan baik, denyut jantung yang dicapai waktu latihan akan menurun,

kadar lemak dalam darah akan menjadi rendah, kemampuan mengambil oksigen

dan mengeluarkan karbindioksida akan naik, kadar asam laktat akan lebih

rendah, serabut dan masa otot akan membesar yang akan memberikan kekuatan

otot, jumlah hemoglobin akan bertambah.

Keberhasilan pada latihan agar sesuai dengan tujuan latihan harus benar –

benar secara cermat menerapkan suatu latihan dengan memperhatikan faktor usia

para atlet, sedangkan keberhasilannya tergantung dari sebagian kualitas dan

kemampuan atlet yang bersangkutan. Latihan menurut Sadoso Sumosardjuno

(1996:2-3) harus meliputi tiga macam yaitu :

a.Intensitas latihan

Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut intensitas.

Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan. Menurut Djoko
14

Pekik (2000:19) secara umum intensitas latihan kesegaran adalah 60% sampai

90% detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas latihan

bergantung pada tujuan latihan.

b. Lama latihan

Latihan yang berat diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik pada

jantung dan peredaran darah. Agar ada pengaruh yang baik pada jantung dan

peredaran darah sebaiknya orang berlatih sampai mencapai target zone dan ada

pada target zone paling sedikit 20-45 menit. Makin lama berada pada target zone

makin baik, hal ini dikarenakan kalau kurang dari 20 menit berarti kurang

takaran latihannya.

c.Frekuensi latihan

Frekuensi latihan paling sedikit adalah tiga kali dalam seminggu. Latihan dua

kali per minggu hasilnya hanyalah sedikit lebih baik daripada tidak berlatih sama

sekali, tetapi latihan 6-7 kali seminggu untuk olahraga dan kesehatan tidak

dianjurkan.

Untuk dapat lebih aktif, manusia dituntut untuk lebih meningkatkan kebugaran

jasmaninya. Motivasi meningkatkan kebugaran kardiovaskular tiap individu

berbeda-beda tergantung kebutuhan dan keadaan seseorang, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semakin berat aktivitas fisik seseorang semakin baik pula

tingkat kebugaran kardiovaskular yang dimiliki oleh individu tersebut.


15

3. Unsur-Unsur Daya Tahan Kardiovaskular

Unsur-unsur kebugaran jasmani atau komponen kondisi fisik yang

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan baik peningkatan

maupun pemeliharaannya. Artinya di dalam suatu usaha peningkatan, maka

seluruh komponen tersebut harus dikembangkan.

Menurut Rusli Lautan ( 2002: 8 ) terdapat dua aspek kesegaran jasmani yaitu

kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Fitness)

dan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related

Fitness).

a.Komponen kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan

1. Daya tahan paru

2. Kekuatan otot

3. Daya tahan otot

4. Kelentukan

5. Komposisi tubuh

2. Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan

a.Koordinasi

b. Keseimbangan

c.Kecepatan

d. Kelincahan

e.Power
16

Sedangkan menurut Jusnul Hairy ( 2007: 1.16 ) kesegaran jasmani tergantung

kepada dua komponen, yaitu Kebugaran Organik ( Organic Fitness) dan Kebugaran

Dinamik (Dynamic Fitness). Kedua komponen itu sangat penting di dalam

kebugaran jasmani secara keseluruhan dan interaksi keduanya itu yang menentukan

tingkat kebugaran jasmani yang kita miliki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam gambar diagram dan penjelasan sebagai berukut:

Berdasarkan penjelasan dan diagram tersebut daapat dijelaskan bahwa

komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatandan kebugaran yang

berhubungan dengna keterampilan motorik dapat diuraikan sebagai berikut:


17

a. Daya Tahan Kardiovaskular

Daya tahan yang dimaksud adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan yang

berat secara kontinyu yang melibatkan otot-otot besar dalam waktu yang lama

(Junusul Hairy, 2007: 1.19). Sedangkan menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4)

daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-paru jantung mensuplai oksigen

untuk kerja otot dalam waktu lama.

Menurut Depdikbud Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi (1997: 5) daya

tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung , paru dan pembuluh

darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam

mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat

dipergunakan pada proses metabolisme tubuh.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tahan

kardiovaskular adalah kemampuan jantung, paru mensuplai oksigen ke seluruh

tubuh dalam jangka waktu tertentu. Semua komponen atau elemen-elemen

kebugaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan motorik penting

keikutsertaannya di dalam berbagai bentuk olahraga, dan komponen-komponen

di atas kurang bermaknanya di dalam tugas sehari-hari. Orang dengan

keterampilan jelek, tetapi dalam kenyataannya mereka tetap hidup sehat dan
18

bugar melalui pengembangan dari komponen-komponen kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) kebugaran yang berhubungan dengan

kesehatan memiliki empat dasar komponen dasar meliputi: daya tahan paru-jantung,

kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, dan komposisi tubuh.

Menurut Junusul Hairy (2007: 1.18-1.20) kebugaran jasmani ditinjau dari

sudut pandang kesehatan, bahwa kebugaan jasmani melibatkan empat komponen

yang terpisah, tetapi saling berhubungan yaitu: daya tahan kardiovaskular

(melibatkan jantung, paru, peredaran darah itu sendiri), kekuatan dan daya tahan

otot, fleksibilitas, dam komposisi tubuh. Setelah diperhatikan dengan seksama

dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebugaran

jasmani paling tidak harus didukung oleh empat komponen yaitu daya tahan

kardiovaskular, daya tahan otot, kelentukan/fleksibilitas, dan komposisi tubuh.

Diantara keempat komponen tersebut di atas daya tahan kardiovaskular

rmerupakan faktor yang paling penting yang harus ditingkatkan agar kebugaran

jasmani kita selalu dalam kondisi yang lebih baik (Junusul Hairy, 2007: 10.6).

Daya tahan kardiovaskular merupakan komponen terpenting kesegaran jasmani

(Depdikbud Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, 1997: 5). Ini menunujukkan

bahwa daya tahan kardiovaskular merupakan indikator yang cukup tepat untuk

menggambarkan tingkat kebugaran jasmani. Orang dapat hidup tanpa memiliki

kekuatan dan kelentukan dalam tingkatan yang tinggi, tetapi orang akan selalu
19

mendapat kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari apabila tidak

memiliki sistem kardiovaskular yang baik.

4. Macam-Macam Tes Daya Tahan Kardiovaskular

Ada bermacam-macam tekhnik, cara dan prosedur yang bisa dipergunakan

untuk mengukur daya tahan kardiovaskular. Ada beberapa pilihan tentang

tekhnik yang dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Bagi orang-

orang yang sehat akan mampu melakukan setiap bentuk tes yang ada, akan tetapi

sebelum melakukan salah satu tes tersebut harus membaca dulu petunjuk

pelaksanaannya karena kemungkinan adanya larangan dan mempunyai protokol

dan hasil yang berbeda.

Menurut (Depdikbud Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, 1997:20-22)

beberapa tolok ukur kesegaran jasmani yang sering digunakan di Indonesia,

adalah sebagai berikut:

a.Tes daya tahan jantung dan paru-paru (kerdioresparasi) untuk menilai kapasitas

aerobik. Yang banyak digunakan adalah tes aerobikyang berbentuk tes lari atau

jalan cepat.. di lingkungan ABRI, tes aerobik lari 12 menit, sedangkan untuk

PNS di lingkungan Depdikbud dan beberapa instansi lain menggunakan tes lari

2400 meter, dan juga jalan cepat 4800 meter.

b. Tes naik turun bangku (Harvard Step Tes), juga cara Kasch, dan cara Rhyming.

Tes master (Master Step Tes) biasanya dipergunakan di rumah sakit untuk

keperluan diagnosis medis.


20

c.Tes Performance

1. US Navy Performance Tes, tesnya berupa rangkaian terdiri dari 5 butir tes.

Rangkaian tes ini benyak dipergunakan oleh ABRI.

2. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia, rangkaian tes ini disusun oleh Depdikbud

yang terdiri dari 5 butir tes, berlaku untuk beberapa kelompok umur dan

dibedakan antara masing-masing jenis kelamin.

Adapun 5 butir tes tersebut meliputi: lari jarak pendek, gantung angkat tubuh

(laki-laki) atau gantung siku tekuk ( perempuan), baring duduk (sit-up), loncat

tegak (vertikal jump) dan lari jarak menengah.

Dari beberapa bentuk tes di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa tolok ukur

TKJI masih tolok ukur negara lain dan modifikasinya belum banyak. Itupun

belum memasyarakat karena kurang efisien yang mungkin disebabkan tes ini

memerlukan peralatan dan lapangna yang memadai sehingga tes tersebut dapat

memenuhi kriteria sebuah tes, serta tenaga yang cukup.

Menurut Ismaryanti (2008: 79-89) macam-macam tes yang dapat digunakan

untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal adalah tes laboratorium dengan

menggunakan tredmill dan ergocycle. Waalaupun mempunyai tingkat ketepatan

yang tinggi, namun kedua tes ini memerlukan alat yang mahal dan prosedur yang
21

sangat rumit sehingga tidak praktis digunakan. Tes lain yang digunakan adalah

Lari Multi Tahap atau Multistage Fitness Test, dan Harvard Step Test.

Sedangkan menurut Junusul Hairy (2007: 10.8-10.31) berbagai macam tes

kebugaran kardiovaskular adalah sebagai berikut:

a.Tes lari 2400 meter (Bleep Test)

b. Step Test

c.Astrand-Ryhming Test

d. Multy Stage Fitness Test/Bleep Test

e.Kasch Pulse Recovery Test

f. Harvard Step Test

g. Tas Jalan Cepat 4800 meter

Dari beberapa bentuk tes untuk mengukur daya tahan kardiovaskular yang

sudah dipaparkan di atas, peneliti memilih bentuk tes lari (Bleep Test), yang

merupakan salah satu rangkaian dari TKJI, karena pelaksanaan tes lari lebih

sederhana tidak memerlukan perlengkapan khusus, lari juga dapat dilaksanakan di

lapangan dan dapat dilaksanakan secara massal sehingga dapat berjalan lebih

efektif.

G. Hubungan Olahraga Renang dan Kardiovaskular

Meskipun berenang merupakan olahraga yang ramah terhadap sendi dan otot,

namun olahraga ini bersifat intens bagi aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta

sistem pernapasan. Sehingga tidak jarang kasus serangan jantung maupun sesak napas
22

(termasuk serangan asma) terjadi saat pasien sedang berenang. Oleh karena itu, pada

jaman dulu berenang tidak dianjurkan bagi penderita penyakit jantung dan paru.

Namun berbagai penelitian terbaru menunjukkan bahwa berenang sangat

bermanfaat untuk menunjang kebugaran jantung dan pembuluh darah, serta aman dan

direkomendasikan bagi penderita penyakit jantung stabil, selama dilakukan dengan

kaidah yang benar dan diawali dengan konsultasi ke dokter. Beban air yang harus

dihadapi saat berenang akan menyebabkan gaya kompresi terhadap kapasitas

pembuluh darah tubuh. Hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah aliran darah

balik yang masuk ke dalam jantung, dan berarti peningkatan pula pada volume darah

yang harus dipompakan oleh jantung dalam setiap menitnya (curah jantung). Adanya

efek pengerutan pada pembuluh darah kulit selama berenang (water induced skin

wrinkling) turut meningkatkan aliran darah balik menuju jantung. Besarnya curah

jantung ini ditentukan oleh 2 hal yaitu detak jantung per menit dan besarnya volume

darah yang dipompakan jantung. Peningkatan curah jantung saat berenang mencapai

30-60%, tergantung pada intensitas dan lamanya. Semua jenis olahraga umumnya

akan meningkatkan curah jantung, namun peningkatannya pada berenang lebih

disebabkan oleh adanya penambahan aliran darah balik ketimbang peningkatan detak

jantung yang mencolok seperti halnya pada saat berlari. Hal ini tentunya lebih ramah

bagi jantung, karena detak jantung yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan

konsumsi oksigen jantung yang tinggi pula selama berolahraga.

Suhu air turut menentukan perubahan fisiologi saat berenang. Berenang di air

hangat (suhu >32°) berkaitan dengan peningkatan detak jantung dan penumpukan
23

kadar asam laktat yang lebih tinggi. Asam laktat merupakan produk sisa metabolisme,

dimana penumpukannya pada otot akan menimbulkan rasa lelah.

Berenang di air dingin (suhu <20°) akan berdampak pada peningkatan lebih

pada aliran balik ke jantung dan tekanan darah dikarenakan pengerutan pembuluh

darah kulit, serta kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah. Katekolamin

merupakan hormon pemacu saraf dan darah, umumnya sebagai respon terhadap

adanya stres biokimiawi Berenang di air bersuhu sedang (suhu ruangan sekitar 25 °C)

adalah pilihan terbaik bagi untuk menunjang fisiologi tubuh. Siklus menarik-menahan

napas saat berenang tidak berkaitan dengan peningkatan detak jantung maupun kadar

asam laktat yang nyata.

Selain menimbulkan perubahan fisiologi saat berenang, melakukan aktivitas

ini secara rutin akan menimbulkan respon adaptasi yang positif bagi jantung dan

pembuluh darah, serta paru. Efek jangka panjang ini meliputi peningkatan

kontraktilitas atau daya pompa jantung, penurunan detak jantung dan tekanan darah,

penurunan kadar katekolamin di dalam darah, dan efisiensi fungsi paru dalam

pernapasan.

Optimalisasi pompa jantung dan fungsi paru akan mendukung performa tubuh

dalam beraktivitas sehari-hari sehingga lebih berdaya tahan dan tidak lekas capai atau

lesu. Penurunan detak jantung maupun tekanan darah selama waktu istirahat

menunjukkan efisiensi kerja jantung serta sistem kerja tubuh yang lebih rileks. Semua

efek adaptasi ini akan menurunkan angka kematian maupun kesakitan yang

disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah pada jangka panjang. Efek
24

positif ini didapatkan apabila aktivitas berenang dengan intensitas sedang dilakukan

secara rutin 3-4 kali dalam seminggu, dengan masing-masing berdurasi 30-60 menit

(optimal 150 menit per minggu). Berenang dengan jarak tempuh jauh atau durasi

lebih lama tergolong sebagai olahraga dengan intensitas berat, sehingga harus

dilakukan dengan perhatian khusus bagi mereka yang berusia >50 tahun (terutama

yang tidak rutin berenang) atau yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Berenang merupakan olahraga yang dapat membakar kalori dalam jumlah

besar, yaitu sekitar 500-650 kalori per jam, tergantung dari berat badan, gender,

tingkat metabolisme perorangan, seberapa efisien gerakan, serta intensitas dan durasi

berenang. Besarnya energi yang dibutuhkan saat berenang sekitar 4 kali lipat lebih

besar jika dibandingkan dengan lari ringan menempuh jarak yang serupa. Terdapat 2

jenis energi yang dibutuhkan saat berenang yaitu energi untuk gerakan maju dan

untuk mengapungkan badan.

Besarnya kebutuhan kalori untuk gerakan maju bergantung pada efisiensi

teknik berenang, sehingga konsumsi kalorinya akan semakin kecil pada perenang

profesional dibandingkan pemula. Selain itu konsumsi kalori yang lebih tinggi juga

diperlukan pada saat berenang dengan gaya bebas dan kupu-kupu dibandingkan pada

gaya lainnya. Konsumsi kalori untuk gerakan mengapung berbanding terbalik dengan

jumlah massa lemak tubuh. Pada perenang wanita atau gemuk, kebutuhan kalori

sekitar 20-30% lebih rendah dikarenakan massa lemak yang tinggi pada populasi ini.

Dengan demikian, berenang rutin merupakan pilihan olahraga yang baik untuk

menurunkan berat badan pada penderita kegemukan. Penurunan berat badan telah
25

terbukti cara yang ampuh mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh

darah di kemudian hari.

Karena kebanyakan anak-anak menyukai aktivitas air, mengenalkan olahraga

berenang bagi anak-anak yang gemuk adalah cara yang efektif dan menyenangkan

untuk menurunkan berat badan mereka.

Tips berenang bagi kebugaran jantung

1. Kuasai teknik berenang yang baik untuk meminimalkan cedera dan

mengoptimalkan fungsi jantung dan pembuluh darah, serta pernapasan paru.

2. Berenang merupakan olahraga intens, sehingga sempatkan minum air putih

yang cukup sebelum, di sela-sela, dan setelah berenang untuk mencegah

dehidrasi. Sebaiknya makan dalam jumlah yang cukup pula (300-500 kalori)

paling dekat 3 jam sebelum waktu berenang.

3. Berenanglah dengan intensitas sedang saja, namun dilakukan secara rutin

yaitu 3-5 kali/ minggu dengan total 150 menit/minggu. Pola berenang dengan

pembagian porsi secara berulang lebih berguna untuk menunjang kebugaran

jantung dibandingkan dengan 1 kali berenang/ minggu sekaligus 150 menit.

4. Pilihlah lokasi berenang yang nyaman, dengan air yang bersih dan suhunya

pas (sekitar suhu kamar yaitu 25 °C).

5. Konsultasi ke dokter jantung sebelum memulai rutinitas berenang bagi

penderita penyakit jantung atau pernapasan (paru).

H. PENILAIAN
26

Untuk menghitung VO2 max digunakan rumus berikut :

V02 max = ( X meter – 133 ) x 0,172 + 33,3

Keterangan :

V02 max = Kapasitas aerobic (ml/kg.BB/menit)

X = Jarak yang di tempuh dalam meter

15 = Waktu 15 menit

Klasifikasi kesegaran fungsi Cardio-Respiratory V02 max ( ml/kg.BB/menit ) untuk

Atlet Pria

NO 20-29 30-39 40-49 KLASIFIKASI

1 53 ke atas 49 ke atas 45 ke atas Tinggi

2 43-52 39-48 36-44 Bagus

3 34-42 31-38 27-35 Cukup

4 25-33 23-30 20-26 Sedang

5 24 ke bawah 22 ke bawah 19 ke bawah Rendah

NO 20-29 30-39 40-49 KLASIFIKASI

1 49 ke atas 45 ke atas 42 ke atas Tinggi

2 38-48 34-44 31-41 Bagus

3 31-37 28-33 24-30 Cukup

4 24-30 20-27 17-23 Sedang

5 23 ke bawah 19 ke bawah 16 ke bawah Rendah


27
28

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara dan tahap yang
mempunyai manfaat dan tujuan dilakukannya tes tersebut. Tes dibagi menjadi
beberapa komponen kondisi fisik serta beberapa jenis tes yan sudah
dikelompokan. Dengan melakukan tes dan pengukuran kita dapat mengambil
beberapa manfaat, diantaranya kita dapat mengevaluasi tahap latihan yang telah
dilakukan, dengan hal itu kita dapat mengetahui seberapa perkembangan kondisi
fisik seseorang, selain kita bisa mengembangkan prestasi atlet, kita juga bisa
menjadikan ini sebagai bahan perbaikan dalam pemebelajaran atau pelatihan.
Menurut Depdikbud Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi (1997: 5) daya
tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah
untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan pada
proses metabolisme tubuh.
Berenang sangat bermanfaat untuk menunjang kebugaran jantung dan
pembuluh darah, serta aman dan direkomendasikan bagi penderita penyakit jantung
stabil, selama dilakukan dengan kaidah yang benar dan diawali dengan konsultasi
ke dokter. Beban air yang harus dihadapi saat berenang akan menyebabkan gaya
kompresi terhadap kapasitas pembuluh darah tubuh. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan jumlah aliran darah balik yang masuk ke dalam jantung, dan berarti
peningkatan pula pada volume darah yang harus dipompakan oleh jantung dalam
setiap menitnya (curah jantung).
Mengukur Daya Tahan kardiovaskuler seseorang digunakan Cardio-
Respiratory V02 max untuk mengetahui kondisi ketahanan atlet tersebut dalam
olahraga renang.

27
29

B. SARAN

1. Perlu diperhatiakan pada saat tes dan pengukuran kardiovaskuler sampel harus
dalam kodisi yang sehat.
30

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai