BAHAN AJAR Management
BAHAN AJAR Management
PENILAIAN AWAL
MASALAH KESEHATAN
AKIBAT BENCANA
A. PENGERTIAN
Penilaian awal masalah kesehatan atau yang biasa disebut Initial Rapid Health
Assesment dalam pedoman buku penanggulangan bencana di bidang kesehatan
menutut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer 145/MENKES/SK/1/2007 dijelaskan
bahwa penilaian awal masalah kesehatan diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang berguna untuk melakukan
tindakan intervensi yang dilakukan secara cepat, kurang dari 1 pekan setelah kejadian,
sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang segera di bidang
kesehatan.
B. TUJUAN
D. Waktu Penilaian
Assesment adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk medapatkan
informasi dan data yang berguna untuk melakukan tindakan intervensi. Untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap, assessment dilakukan di setiap tahap dalam
siklus bencana: sebelum kejadian (fase preparedness), pasca kejadian (fase tanggap
darurat) dan pada fase recovery. Pada setiap fase, assessment dapat dilakukan
beberapa kali dan dalam bentuk yang bisa berbeda sesuai kebutuhan, untuk menangkap
informasi yang terus berkembang.
E. Tempat Penilaian
Atau
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta
harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik
didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan
materi mata kuliah Gadar:2005):
a. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat
jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan kesadaran
b. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut
c. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
d. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada
pasien yang tidak mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah
agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya.
A. Definisi.
1. Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi
nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh
membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru
ke keadaan normal. (http://www.scribd.com/doc/79280894/resusitasi-
jantung-paru-anestesi
B. Tujuan.
1. Mengembalikan fungsi pernafasan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang
dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi
tersebut bekerja kembali.
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung)
dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary
Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).
C. Peralatan.
Tidak menggunakan alat-alat.
D. Persiapan Pasien.
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
Posisi pasien diatur terlentang datar.
Baju bagian atas pasien di buka.
E. Langkah-langkah Tindakan/Prosedur.
1. Ketika menemukan korban, lakukanlah penilaian dini dengan
memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama
korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengguncang-
guncang bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera leher dan
tulang belakang).
2. Jika TIDAK ADA RESPON, untuk korban dewasa mintalah
pertolongan pertama kali kepada orang disekeliling anda baru
lakukan pertolongan. Pada bayi atau anak, lakukan pertolongan
terlebih dahulu selama 1 menit baru minta bantuan. Hal ini karena
umumnya pada bayi atau anak terjadi karena sebab lain sehingga
biasanya pemulihannya lebih cepat.
3. Pada kondisi tidak respon ini, segera buka jalan nafas, tentukan fungsi
pernafasan dengan cara ; lihat, dengar, dan rasakan (LDR) selama 3-5
detik. Jika ada nafas maka pertahankan jalan nafas dan segera lakukan
posisi pemulihan atau melakukan pemeriksaan fisik.
4. Jika TIDAK ADA NAFAS, maka lakukan pemberian NAFAS
BUATAN sebanyak 2X.
5. Kemudian periksa nadi karotis korban 5 - 10 detik, jika ada maka
kembali ke no.3. Jika TIDAK ADA NADI, maka baru lakukan
tindakan Pijat Jantung Luar atau Resusitasi Jantung Paru dengan
jumlah rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali tiupan nafas (satu
Catatan : Khusus untuk bayi yang baru lahir, rasio kompresi, dan nafas
buatan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir
memiliki denyut nadi diatas 120 x/menit dan pernafasan mendekati 40
x/menit. Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan
selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan
keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban
diantaranya:
1. Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi
karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
2. Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan
bantuan pernafasan.
3. Reaksi pupil/manik mata mungkin akan kembali normal.
4. Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
5. Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
6. Nadi akan berdenyut kembali.
F. Pendokumentasian.
A. PENGERTIAN
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau
imobilisasi dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya
splinting (spalk). Balut bidai adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai
(untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dsb) atau jalinan bilah bambu (kulit
kayu randu dsb) untuk membalut tangan patah dsb.
F. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah Putusnya hubungan tulang yang diakibatkan karena ruda
paksa/ benturan.
2. Macam – Macam Fraktur :
a. Menurut Perluasan
1) Patah tulang komplit
2) Patah tulang inkomplit/ tidak komplit
b. Menurut bentuk garis patah
1) Transversal
2) Oblique
3) Spiral
4) Comunited (remuk)
H. PROSEDUR KERJA
1. Jelaskan prosedur kepada klien dan tanyakan keluhan klien
2. Cuci tangan dan gunakan handscoen steril
3. Jaga privasi klien
4. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
5. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan tindakan
6. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi tenpat untuk
mengambil tindakan.
7. Perhatikan tempat yang akan dibalut:
a. Bagian tubuh yang mana
b. Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka.
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tertentu atau tidak
8. Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi
9. Hasil balut bidai:
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah tempat yang
patah
b. Tidak kendor dan keras.
10. Rapikan alat-alat yang tidak pergunakan.
11. Buka sarung tangan jika dipakai dan cuci tangan
12. Evaluasi dan dokumentasi tindakan.
I. PERHATIAN
1. Pemasangan hati-hati
2. Ingat nyeri dan kemungkinan syok
A. ALASAN
Dalam situasi darurat bencana penting untuk menyediakan layanan
kesehatan reproduksi, sebab :
1. Akses ke pelayanan kesehatan reproduksi merupakan suatu hak
2. Kesakitan dan kematian yeng terkait dengan sistem reproduksi
merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang signifikan
3. Orang-orang yang terdampak oleh konflik atau bencana berhak atas
perlindungan dan bantuan. Pemberian layanan kesehatan reproduksi
secara tepat waktu dapat mencegah kematian, penyakit, dan kecacadan
terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan, komplikasi kebidanan,
kekerasan seksual dan bentuk kekerasan berbasir gender lainnya, infeksi
HIV dan serangkaian gangguan reproduksi.
B. PENGERTIAN DASAR
a. Bencana
Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan UU Nomor 24 tahun 2007, bencana dibagi menjadi
bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
b. Penanggulangan Bencana (Disaster Management)
Adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan
penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan.
c. Kesehatan Reproduksi
Adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
C. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan kesiapsiagaan dan kualitas pelaksanaan pelayanan
Kesehatan Reproduksi dalam situasi bencana.
Tujuan Khusus
1. Terbentuk dan terkoordinasinya tim yang melibatkan seluruh
pihak yang terkait baik dari pemerintah maupun non
pemerintah termasuk komponen masyarakat
2. Tersedianya rencana kesiapsiagaan di masing-masing
tingkatan.
3. Terjaminnya pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum
untuk Kesehatan Reproduksi pada fase awal bencana
D. DASAR HUKUM
Tingkat Pusat
PPK regional
Catatan:
Bidang
Bidang Bidang Bidang Bidang
Pelayanan Kespro dan
data dan informasi Logistik Capacity Building Promosi (KIE)
GBV
direkomendasikan:
Catatan :
PRA BENCANA
TUGAS Dalam situasi tidak ada Dalam situasi terdapat TANGGAP DARURAT PASCA BENCANA
bencana potensi bencana
Koordinator Tim Siaga Kespro Melakukan koordinasi Mengkoordinasikan : Sebagai focal point program Melakukan koordinasi,
menyusun rencana Proses penilaian bahaya, kespro rehabilitasi dan
penanganannkesehatan kerentanan dan resiko Memberikan bantuan teknis rekonstruksi
reproduksindalam kespro dan saran bagi koord.siaga
penanggulangan bencana Pembuatan rencana kesproo dan seluruh
Mengorganisasikan kesiapsiagaan organisasi yang terkait
pelaksanaan tindak lanjut bidang kespro
hasil perencanaan Berkoordinasi dengan
Memantau pelaksanaan pemerintah pusat dan
monitoring dan evaluasi regional dalam perencanaan
pelaksanaan hasil tindak dan pelaksanaan program
lanjut kespro.
Meyakinkan akan
pentingnya memasukkan
komponen kepro dalam
agenda pertemuan
koordinasi kesehatan
PRA BENCANA
TUGAS Dalam situasi tidak ada bencana Dalam situasi terdapat TANGGAP DARURAT PASCA BENCANA
potensi bencana
Bidang data dan informasi Melakukan penilaian bahaya, Menggunakan indikator standar
kerentanan dan analisa kespro untuk memonitor hasil PPAM
Mempersiapkan data dasar Mengumpulkan, menganalisa dan
SDM, sarana dan prasarana mendistribusikan data hasil
kespro penilaian cepat untuk digunakan
Membuat pemetaan wilayah pihak yang berkepentingan
kespro
Bidang pelayanan dan Merencanakan rujukan kespro Memastikan kesiapan tim Memastikan pelayanan PPAM
kekerasan berbasis gender dalam kondisi darurat dengan pelayanan untuk kelompok spesifik : ibu
menunjuk RS tertentu sbg hamil, menyusui, dll
pusat rujukan Mengadaptasi dan
Mempersiapkan kerjasama RS memperkenalkan formulir
swasta maupun pemerintah sederhana untuk memonitor
untuk menjadi RS rujukan aktifitas kespro selama fase
dalam kondisi emergency kegawatdaruratan yang dapat
keputusan Menteri Kesehatan menjadi lebih komprehensif
(Kepmenkes) Bila program sdh berkembang :
Advokasi kepmen untuk Melapor secara teratur kepada tim
memasukkan kespro dan koordinasi kesh.
kekerasan berbasis gender Memastikan masing-masing
dalam situasi bencana koordinator lap & anggotanya yg
Sosialisasi protokol standar mempunyai tanggung jwb pd
untuk pelayanan kesehatan pelaks yankesrepro tlh berada di
reproduksi masing-masing tempat
Pemantapan jejaring Mengaktifkan tim gerak cepat
menempatkan posko-posko
pelayanan kespro
PRA BENCANA
TUGAS Dalam situasi tidak ada bencana Dalam situasi terdapat TANGGAP DARURAT PASCA BENCANA
potensi bencana
Bidang logistik Merencanakan pengadaan alat Menjamin ketersediaan Distribusi logistik kespro Pemantauan pemakaian
dan bahan untuk persediaan logistik untuk pelayanan Pencatatan dan pelaporan logistik
(stockpilling kondisi kespro Pencatatan dan pelaporan
Memastikan ketersediaan fasilitas
emergency dan penyimpanan
Membuat pencatatan dan untuk memenuhi kebutuhan
maupun pengisian ulang.
Pengadaan barang pelaporan distribusi reproduksi
Penyusunan mekanisme logistik
distribusi Penentuan titik distribusi
Pencatatan dan pemeliharaan
RH Kits (minimal 6 bln utk
obat2 yang akan kadaluwarsa
untuk dikirim ke puskesmas)
Pengadaan sistem pre order
Bidang capacity building Melakukan pendidikan dan Menginventaris proses
pelatihan manajemen bencana pembelajaran (lessons
Membentuk tim gerak cepat learnt) untuk perbaikan ke
kespro depan
Melatih tim gerak cepat Menyusun rencana
kespro kebutuhan pelatihan
(manajemen & teknis) di
bidang kesehatan
reproduksi
PRA BENCANA
TUGAS Dalam situasi tidak ada bencana Dalam situasi terdapat TANGGAP DARURAT PASCA BENCANA
potensi bencana
Bidang KIE Menyusun materi KIE untuk Sosialisasi materi KIE yang Melakukan kegiatan KIE di Mengevaluasi materi yang
masyarakat : bagaimana sudah disusun daerah pengungsian kerjasama ada berdasarkan
mendapatkan pelayanan saat dengan bidang pelayanan pengalaman masa darurat
kondisi darurat, tempat-
dan melakukan revisi
tempat yang bisa melayani
dalam kondisi darurat ( sesuai sesuai kebutuhan
perjanjian kerjasama dengan Menyusun materi KIE
RS dan layanan yang lain) situasi pasca bencana
Sosialisai materi KIE yang Pemberdayaan masyarakat
sudah disusun
Pendidikan tentang
keterlibatan masyarakat
dalam mendukung pelayanan
kespro pada saat bencana
Bahan Ajar 14&15:
LANGKAH-LANGKAH
PENANGGULANGAN KESPRO
PADA TIAP TAHAP
PENANGGULANGAN
BENCANA
1. Pada Tahap Prabencana baik dalam situasi normal dan potensi bencana,
dilakukan penyusunan Rencana kesiapsiagaan yangdapat dipergunakan
untuk segala jenis bencana.
2. Pada Tahap Tanggap Bencana, dilakukan pengaktifan Rencana Operasi
(Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi Rencana
Kesiapsiagaan.
3. Pada Tahap Pasca Bencana, dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan
(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi.
A. TAHAP PRABENCANA
Tindakan yang dilakukan adalah penyusunan rencana kesiapsiagaan
kesehatan reproduksi pada setiap tingkat pemerintahan, mulai dari
tingkat kabupaten/kota, propinsi dan tingkat pusat.
Waktu penyusunan :
1. Tahap persiapan
a. Pembentukan tim kesehatan reproduksi
b. Mengadakan pertemuan/lokakarya untuk mendapatkan
kesepahaman tentang konsep PPAM (Paket Pelayanan Awal
Minimum) dan penerapannya dalam penyusunan rencana
kesiapsiagaan pada tahap berikutnya.
2. Tahap penyusunan rencana kesiapsiagaan
a. Identifikasi data-data kesehatan reproduksi (baik data cakupan
maupun data sarana yang ada), termasuk data kerentanan di
wilayah tsb.
b. Pembuatan peta
c. Tindakan untuk mengurangi kerentanan dan risiko
kesehatanreproduksi.
d. Penyiapan komponen rencana kesiapsiagaan.
Proses identifikasi kerentanan kesehatan reproduksi dalam masyarakat
melalui langkah;
Peta adalah salah satu dari cara terbaik untuk mempresentasikan hasil
dari penilaian kerentanan, dan analisa risiko.
Langkah-langkah:
1. Respon Awal
a. Penentuan Tingkat wewenang penanganan bencana: tingkat
kabupaten/propinsi/nasional
Keterangan :
a. Tujuan:
1. untuk mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi akibat bencana, dampak yang terjadi
maupun yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi.
2. menjadi acuan bagi upaya kesehatan reproduksi yang tepat
dalam penanggulangan dampak bencana terhadap kesehatan
reproduksi.
untuk PPAM
C. PASCA BENCANA
Kegiatan difokuskan pada upaya pemulihan kondisi kesehatan reproduksi.
Secara definisi pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana
dengan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dan difokuskan pada
perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi komprehensif.
a. KIA
b. KB
d. Kespro Remaja
e. Kespro usia lanjut