Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh
keberhasilan tumbuh kembang pada masa kanak-kanak (Depkes RI 2000). Investasi yang dimulai
sejak dini (usia anak-anak) dianggap paling menguntungkan di dalam pembangunan SDM. Faktor
utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak diantaranya adalah faktor gizi, kesehatan dan
pengasuhan (caring) yang terkait satu sama lain. Dalam rangka mempersiapkan anak supaya
tumbuh dan berkembang baik maka perlu pengasuhan dari orang-orang di sekitarnya terutama
orang tuanya sendiri, yaitu ayah dan ibu. Namun kenyataannya dalam kehidupan keluarga
umumnya di Indonesia yang paling utama berfungsi sebagai pengasuh adalah ibu (Gunarsa &
Gunarsa 1995).
Anak balita adalah anak berumur 12-59 bulan. Setiap anak umur 12-59 bulan
memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8x dalam setahun yang
tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/ KMS atau buku pencatatan dan
pelaporan lainnya. Pelayanan Balita untuk anak umur 12-59 bulan yang mendapatkan
pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan per tinggi badan setiap bulan yang
dapat dilakukan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, maupun TPA/TK. Pemantauan ini perlu
dilakukan dalam rangka mencegah kejadian gizi buruk dan mengantisipasi tindakan dini untuk
mengatasi adanya kelainan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Jika ada keluhan atau
kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autism
serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Jika terdapat penyimpangan, maka harus
dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih kompetensi. Persentase anak balita di
Kabupaten Grobogan tahun 2014 yang mendapatkan pelayanan sebesar 80,1% dari jumlah balita
72.600 balita, meningkat dibandingkan cakupan tahun 2013 sebesar 77, 4% dari jumlah balita
89.093 balita, sementara untuk Kecamatan Godong II cakupan pelayanan anak balita sebesar
39,4 % hal ini masih jauh dari target yang harus dicapai.
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0–5 tahun per 1000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita,

1
seperti gizi, sanitasi dan penyakit menular tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat
pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi
lingkungan. Menurut hasil survei SDKI tahun 2012 menunjukan AKABA di Indonesia sebesar 40
per 1.000 KH. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 11,64 per 1.000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan dibandingkan AKABA tahun 2014 yaitu 11,54 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Angka Kematian Balita (AKABA) yang dilaporkan di Kabupaten Grobogan Tahun
2014 sebesar 199 balita atau sekitar 10 per 1.000 KH, angka ini mengalami penurunan bila
dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 15 balita per 1.000 KH.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus
tentang asuhan kebidanan balita fisiologis pada An.L usia 3 tahun dengan pertumbuhan dan
perkembangan normal di Posyandu Desa Ketangi Kecamatan Godong.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan dan melakukan asuhan Kebidanan Balita Fisiologis pada An. L usia 3 tahun
dengan pertumbuhan dan perkembangan normal di Posyandu Desa Ketangi Kecamatan
Grobogan sesuai standar kebidanan dengan dokumentasi dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan ini di harapkan :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif pada balita fisiologis dengan
baik dan benar.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data obyektif pada balita fisiologis dengan baik
dan benar.
c. Mahasiswa mampu menentukan analisa masalah secara tepat pada balita fisiologis.
d. Mahasiswa mampu menentukan analisa, diagnosa aktual dan masalah yang mungkin
dapat terjadi serta menentukan kebutuhan yang sesuai pada balita fisiologis.
e. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada balita fisiologis dengan tepat.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan pada balita
fisiologis.

2
C. Manfaat
1. Untuk Institusi Pendidikan ( Poltekkes Semarang )
Studi kasus ini dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap mahasiswa kebidanan
untuk mengukur kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
kehamilan normal penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi
studi kasus selanjutnya
2. Untuk Instansi Pelayanan Kesehatan (PKM Godong II )
Studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam kesehatan ibu dan anak.
3. Manfaat Untuk Penulis
a. Melatih dalam mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
b. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
c. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan
d. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan

D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Ditulis berkaitan dengan judul kasus yang di ambil, sebaiknya dari rujukan/ daftar
pustaka yang jelas dari jurnal-jurnal ilmiah.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Diulas tentang kasus yang diambil dari pengkajian, ( data subyektik dan data obyektif
), analisa, penatalaksanaan ( mencangkup intervensi, implementasi, dan evaluasi ).
BAB IV : PEMBAHASAN
Diulang berkaitan dengan masalah-masalah yang muncul pada saat meberikan
asuhan, kesenjangan yang ada antara tinajaun teori dan kasus yang ada.
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan tujuan dan saran.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Pengertian Balita
Bayi sampai anak usia 5 tahun (balita) dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai
golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP. Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan
dasar - dasar kepribadian juga dibentuk pada masa balita ini.
Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan sebab
gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0-2 tahun
adalah periode emas sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak tercepat
khususnya mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan pertumbuhan otak manusia
mencapai puncaknya 2 kali yaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu ke 15 -20 dan
usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan.
2. Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk.
Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat,
terutama pada periode tertentu. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh
yang meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel
pada semua sistem organ tubuh.
a. BERAT BADAN
1) Berat badan BBL normal adalah 2500-4000 gr.
2) Penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama
3) Perkiraan berat badan :
a) 5 bulan = 2 X BB lahir
b) 1 tahun = 3 X BB lahir
c) 2 tahun = 4 X BB lahir

4
d) pra sekolah = 2 kg / tahun
4) Growth spurt (Pacu tumbuh) :
a) Anak perempuan: 8-18 tahun
b) Anak laki-laki : 10-20 tahun
5) Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi yang baik :
a) Triwulan pertama : 700 - 1000 gr
b) Triwulan kedua : 500 - 600 gr
c) Triwulan ketiga : 350 - 450 gr
d) Triwulan keempat : 250 - 350 gr
Formula berat badan :
BB = 8 + 2n Kg
n : jumlah umur dalam tahun
b. PANJANG BADAN/TINGGI BADAN
1) Panjang badan BBl normal 48-50 cm.
2) Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :
a) Triwulan pertama : 10 cm
b) Triwulan kedua : 6 cm
c) Triwulan ketiga : 5 cm
d) Triwulan keempat : 4 cm
3) Perkiraan panjang badan :
a) 1 tahun = 1,5 X PB lahir
b) 4 tahun = 2 X PB lahir
c) 6 tahun = 1,5 X TB 1 tahun
d) 13 tahun = 3 X PB lahir
e) Dewasa = 3,5 X PB lahir atau 2 X TB 2 tahun
Fomula tinggi badan anak lebih dari 3 tahun :
TB = 80 = 5n cm
n : jumlah umur dalam tahun

5
c. LINGKAR KEPALA
Berhubungan dengan isi ruang tengkorak (Pertumbuhan otak). Lingkar kepala
BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada) Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47
cm. Perkiraan lingkar kepala :
1) 6 bulan : 44 cm
2) 1 tahun : 47 cm
3) 2 tahun : 49 cm
4) 10 tahun : 53 cm
5) dewasa : 55-57 cm
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, begitu jugasebaliknya.
Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan pertama
setelah lahir, setalah itu hanya terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Berat otak BBL
adalah 1/4 berat otak orang dewasa tapi jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel
otak orang dewasa.
3. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel - sel
tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing - masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Peristiwa perkembangan
dengan pertumbuhan terjadi secara sinkron sebab perkembangan itu berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu sedangkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik.
Perkembangan dapat di tinjau dari berbagai aspek yaitu : aspek fisik (perkembangan
dapat berupa perkembangan motorik kasar dan motorik halus), aspek mental ( berupa
kegiatan berpikir yang sederhana sampai kompleks), aspek emosional (berhubungan dengan
perasaan seseorang seperti takut, malu, kecewa) aspek sosial (merupakan kemampuan
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain ).
Ada 7 aspek perkembangan anak pada Program BKB (Bina Keluarga dan Balita)
yaitu perkembangan gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, komunikasi pasif,

6
komunikasi aktif, perkembangan kecerdasan, perkembangan kemampuan menolong diri
sendiri dan perkembangan tingkah lakusosial.
a. Perkembangan gerakan motorik
Merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, contohnya, kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Motorik halus adalah gerakan
yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Perkembangan berbicara dan berbahasa merupakan kebutuhan
penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari
kelompok sosial. Sebagaimana dalam bidang perkembangan lainnya tahun-tahun awal
kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak sebab landasan untuk
perkembangan bicara diletakkan dalam masa tersebut.
Meskipun dalam kadar tertentu kesenjangan awal dapat diimbangi kemudian
dan meskipun pola kesenjangan itu dapat diperbaiki namun landasan awal itu mungkin
meninggalkan bekas yang tetap pada pola bicara anak. Bicara merupakan keterampilan
mental-motorik. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme
suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan
arti dengan bunyi yang dihasilkan.
b. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian ,juga berhubungan dengan emosi.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir
karena emosi memainkan peran yang penting dalam menentukan cara penyesuaian
pribadi dan sosial yang penting dalam menentukan cara penyesuaian pribadi dan sosial
yang akan dilakukan anak, tidak hanya dalam masa kanak-kanak tetapi juga setelah anak
tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Segala sesuatu yang mengganggu perkembangan
emosional akan menghambat penyesuaian yang dilakukan anak, contohnya ketegangan
emosi dapat mengganggu keterampilan motorik anak sehingga anak menjadi canggung

7
dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas dan
manggagap.
c. Perkembangan emosi, juga dapat mempengaruhi interaksi sosial, melalui emosi anak
belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan
ukuran sosial. Perkembangan sosial berarti memperoleh kemampuan berperilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial. Pada semua tingkatan umur,orang dipengaruhi oleh
kelompok sosial dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap dan merupakan
tujuan indentifikasi diri. Pengaruh tersebut paling kuat dan pada masa anak-anak.
Kelompok sosial yang sangat berpengaruhadalah keluarga terutama orang tua. Proses
tumbuh kembang anak mempunyaibeberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
4. Ciri-Ciri Perkembangan Anak
Ciri-Ciri Perkembangan Anak
a. Perkembangan Menimbulkan Perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Perkembangan dan Pertumbuhan Pada Tahap Awal Menentukan Perkembangan
Selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh
lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan dan Pertumbuhan Mempunyai Kecepatan Yang Berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda,
baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan
pada masing-masing anak.
d. Perkembangan Berkorelasi Dengan Pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat akan
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

8
e. Perkembangan Mempunyai Pola Yang Tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurat dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menujuke arah
kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal)
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan Memiliki Tahap Yang Berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan
dan sebagainya.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Adapun faktor langsung yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor konsumsi (gizi),
infeksi dan pola asuh anak.
a. Faktor Gizi (Nutrisi)
Gizi amat berperan terhadap perkembangan otak anak sejak anak dari minggu ke -4
pembuahan sampai anak berusia dini.Kebutuhangizi terdiri dari kebutuhanzat gizi makro
(energi,protein,lemak) dan kebutuhanzat gizimikro (vitamin,meneral). Pengaruh gizi
makro menurut Georgieff dalamJalal,F (2009) :
1) Gizi berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang mempengaruhi sel syaraf.
Dalam hal ini gizi bekerja melalui proses pembelahan sel-sel syaraf yang akan
menentukanjumlah dari sel-sel syaraf yang dibentuk dan melalui pertumbuhan sel-sel
syaraf yang akan menetukan ukuran sel syaraf menuju terbentuknya sel syaraf
dengan komponennya yang lengkap (dendrit,akson,dll)
2) Gizi Berpengaruh terhadap kimia otak,yaitu pada proses pembentukan jumlah atau
konsentrasi neurotransmitter ,pembentukan jumlah reseptor dan jumlah
pengangkutan neurotransmitter. Zat gizi makro yang amat diperlukan untuk
membantu proses kimia otak adalah protein dan lemak. Lebih dari 60% berat otak
adalah lemak, oleh karena itu lemak penting untuk perkembangan otak. Lemak
berperan dalam pembentukan myelin, untuk pembentukan sinaps dan membantu

9
proses pembentukan neurotransmitter. Zat gizi yang berperan vital dalam proses
tumbuh kembang sel-sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan
adalah asam lemak. 14. Selainzat gizi (asam lemak ) ada faktor lainyang
berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu infeksi dan pola asuh.
b. Infeksi
Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman penyakit
seperti bakteri, virus, ricketsia,jamur, cacingdan sebagainya. Infeksiyang terjadi pada
seseorang akan menyebabkan tubuh kehilangan zat gizi sebagai akibat respon metabolik,
kehilangan zat gizi melalui saluran pencernaan (malabsorpsi), gangguan utilisasi ditingkat
sel dan penurunan nafsu makan. Sebaliknya, pada keadaan sakit kebutuhan zat gizi akan
meningkat. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Tozoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela,
Coxsasckie,Echovirus, malaria,lues,HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira,
mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Penyakit infeksi ini merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Penyakit yang sering
diderita oleh anak yang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah diare. ISPA, morbili. Selain infeksi faktor lain yang
berpengaruh terhadap perkembangananak adalah pola asuh.
c. Pola Asuh
Pola asuh berarti tindakan pengasuhan anak yang dilakukan berulang -ulang
sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka relevan dikaitkan dengan pengukuran status
gizi dalamjangka lama.Polapengasuhananak bempa sikap dan perilaku Ibu atau
pengasuh lain dalam hal kedekatannyadengan anak, memberikanmakan,merawat,
kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan
keadaan Ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental),status gizi,pendidikanumum,
pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik,peran dalam
keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan
masyarakat, dan sebagainya dari si Ibu atau pengasuh anak. Para peneliti di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak banyak distimulasi maka otaknya akan lebih
kecil 30 persen dibandingkan anak lain yang mendapatkan rangsangan secara optimal.

10
Untuk itu diperlukan penilaian terhadap perkembangan anak agar gangguan terhadap
perkembangan anak dapat diketahui lebih cepat .
Cara Penilaian Perkembangan Anak Pada saat ini berbagai metode deteksi dini
untuk gangguan perkembangan anak telah dibuat, demikian pula dengan skrining untuk
mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan anak. Dalam memilih bentuk alat ukur perkembangan haruslah mengacu
kepada tujuan dari pengukuran tersebut. Ada banyak metode tes
perkembangandanpsikologi untukmenilai perkembangan anak. Para ahli di dunia dan di
Indonesi untuk menilai perkembangan anak yang paling sering digunakan salah satunya
adalah KPSP.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Sunarsih dengan judul Hubungan Antara
Pemberian Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Balita Di Taman Balita Sido Arum,
Sleman, Yogyakarta Tahun 2010 menyatakan bahwa stimulasi adalah perangsang yang
datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam
tumbuh kembang anak. Anak yang yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak
mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat
bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual, verbal,
audiktif, taktil dan lain-lain.
Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang penting pada awal
perkembangan anak, misalnya dengan mengajak bercakap-cakap, membelai, mencium,
bermain, dan lainlain. Hal tersebut didukung oleh (Siswono.2004) yang menyatakan
bahwa rangsangan yang dilakukan sejak dini dan terus menerus akan memacu berbagai
aspek perkembangan seperti kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan
logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (linguistik), kecerdasan musikal, gerak
(kinestik), visuo-spasial, senirupa.

B. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ) merupakan suatu instrumen deteksi dini
dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di

11
semua tingkat pelayanan kesehatan dasar. Formulir KPSP terdiri dari 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak yang terdiri dari gerak kasar, gerak halus,
sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan berbahasa. Interpresasi hasil KPSP berdasarkan
jumlah jawaban "Ya" sebanyak 9 atau 10 yang berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan(S). Jumlahjawaban "Ya" sebanyak atau 8 adalah perkembangan anak
meragukan(M). Jumlah jawaban "Ya" sebanyak 6 atau kurang kemungkinan ada penyimpangan
(P). Untuk jawaban "Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban "Tidak" menurut jenis keterlambatan.
KPSP digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas. KPSP mempunyai kelemahan
yaitu sifatnya hanya sebagai pre skrinning sehingga belum bisa mendeteksi seberapa jauh.
keterlambatan perkembangan anak.
Untuk itu diperlukan prosedur cara menggunakan KPSP tersebut. Adapun cara
menggunakan KPSP adalah :
1. Pada waktu pemeriksanaan anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun lahir anak, bila umur
anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1bulan.
3. Setelah menetukan umur anak maka selanjutnya pilihlah KPSP sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri dari 2 pertanyaan yaitu :
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak
b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak/petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis
pada KPSP
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh sebab itu
pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Pertanyaan ditanyakan secara berurutan, satu persatu.Srtiap pertanyaan hanya ada satu
jawaban ya atau tidak, catatlah setiap jawaban tersebut pada formulir KPSP tersebut.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab pertanyaan
terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.

12
C. Manajemen Kebidanan
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut ACNM (1999) Proses manajemen kebidanan
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife terdiri dari :
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap danrelevan
dengan melakukan pengkajian yang komperehensif terhadap kesehatan setiap klien,
termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi datadasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikanmasalah
dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan danbertanggung
jawab terhadap kesehatannya
5. Membuat rencana asuhan yang komperehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
denganberkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu dalam situasi darurat danbila ada
penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan danmerevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
Proses Manajemen Menurut Hellen Varney (1997)
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimlulai dengan pengumpulan data dasar danberakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut
Varney adalah sebagai berikut :
1. Langkah I (pertama) : pengumpulan data dasar Pada langkah pertama ini dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua datayang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu :1. riwayat kesehatan 2. pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhannya3. meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya4. meninjau
data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

13
2. Langkah II (kedua) : interpretasi data dasar pada langkah ini dilakukan identifikasi
yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yangdikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehinggaditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosakeduanya digunakan,
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan sepertidiagnosa tetapi
sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuahrencana asuhan
terhadap klien.
3. Langkah III (ketiga) : mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada langkah
ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar
terjadi.
4. Langkah IV (keempat) : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus.
5. Langkah V (kelima ) : merencanakan asuhan yang menyeluruh . Pada langkah ini
direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa
atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6. Langkah VI (keenam) : melaksanakan perencanaan. Pada langkah keenam ini rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain.

14
7. Langkah VII (ketujuh) : evaluasi. Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya

15

Anda mungkin juga menyukai