Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008, p10). Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam
tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan
campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54). Imunisasi
berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum
kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003). Imunisasi merupakan suatu
upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit. (Atikah, 2010, p1).
2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh,
2008, p10). Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini,
penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberkulosis. (Notoatmodjo, 2003). Program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian
bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum
tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010, p5)
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada balita

5
3. Manfaat imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam
imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari
ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya
adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan
vaksin.
2) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan
mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air
raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.
3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen
telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
4) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

6
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana
bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak
c. Jenis vaksin yang digunakan
1) Virus dari kuman hidup yang dilemahkan
a) Virus campak dalam vaksin campak
b) Virus polio dalam jenis sabinpada vaksin polio
c) Kuman TBC dalam vaksin BCG
2) Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :
a) Bakteri pertusis dalam DPT
b) Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
3) Vaksin dari racun/ toksin kuman yang dilemahkan
1) Racun kuman TT, difteri toxoid dalan DPT
4) Vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman :
1) Vaksin yang dibuat dari protein yaitu hepatitis B
5. Persyaratan pemberian vaksin
a. Pada bayi/anak yang sehat
b. Kontra Indikasi pada bayi yang sedang sakit
1) Sakit keras
2) Defisiensi imunologi
c. Vaksin harus baik disimpan dalam almari es dan belum lewat masa berlakunya
d. Pemberian dengan teknik yang tepat
e. Mengetahui jadwal, umur dan jenis imunisasi
f. Tepat vaksin
g. Tepat dosis

7
6. Cara pengambilan dan penyuntikan
a. Teknik dan prosedur injeksi sesuai jenis imunisasi ( IC, SC, IM , peroral )
b. Pengambilan vaksin harus hati-hati dengan cara sebagai :
1) Bagiantengahtutupbotol metal dibukasehinggakelihatankaret
2) Tutupkaretdidesinfeksidengandesinfektan
3) Ambil jarum yang streril dengan spuitnya untuk mengisap vaksin ke dalam
spuit
4) Kulit yang akan disuntik di desinfektan, kemudian dibersihkan dengan kapas
alcohol baru dilakukan penyuntikan.
7. Persyaratan pemberian vaksin
a. Reaksi lokal
Biasanya terlihat pada tempat penyuntikan misalnya terjadi pembengkakan, yang
kadang disertai demam, agak sakit.
b. Reaksi umum
Dapat terjadi kejang-kejang, shock dll. Pada keadaan pertama (reaksi local) ibu
tak usah panik sebab panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah
dimiliki oleh bayi. Tetapi pada keadaan kedua (reaksi umum) sebaiknya ibu
konsultasi pada dokter.
8. Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah :
a. TBC
b. Difteri
c. Pertusis
d. Tetanus
e. Polio
f. Campak
g. Hepatitis
9. Imunisasi Wajib
Adalah imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit menular tertentu berguna sebagai pencegahan terhadap 6
jenis penyakit yaitu TBC, Difteri, Tetanus, pertusis, poliomielitis, campak.Yang
termasuk imunisasi wajib adalah BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT. ( Buku
Ajar Imunisasi, 2014 )

8
10. Imunisasi Anjuran
Mencakup pencegahan terhadap penyakit yang dampaknya belum meluas di
masyarakat
a. Imunisasi MMR ( Measles Mumps dan Rubella)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya Penyakit
campak(measles), gondong,parotis epidemika (mumps) dan rubella ( campak
jerman). Antigen yang dipakai virus campak strainedmonson yang
dilemahkan,virus rubella strain 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak
dianjurkan pada bayi dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi
dgn antibodi maternal yang masih ada.
b. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza Type B)
Untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Pada imunisasi awal
diberikan 3 kali suntikan dengan interval 2 bulan
c. Imunisasi Thipus Abdominalis, untuk mencegah penyakit thipus
d. Imunisasi varicella, untuk mencegah penyakit cacar air
e. Imunisasi Hepatitis A, untuk mencegah penyakit hepatitis A. Dapat diberikan
diatas usia 2 tahun
f. Kombinasi DPT- Hepatitis B : berisi gabungan antara DPT dan Hep B
g. Kombinasi Hib- DPT
h. Influenza ( Virus Influenza A dan B).

9
11. Rantai Dingin (Cold Chain)
Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau
tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada
penerimanya , tetapi apabila vaksin diluar temperatur yang dianjurkan maka akan
mengurangi potensi kekebalannya. Dibawah ini potensi vaksin dalam temperatur

Vaksin 0-8 oC 35-37oC

DT 3-7 tahun 6 minggu

Pertusis 18-24 bulan Dibawah 50% dalam 1


mgg

BCG 1 tahun Dibawah 20%dlm3-14


hari
- kristal dipakai dlm 1 kali kerja
Dipakai dlm 1 kali
- cair kerja

Campak 1 minggu

- kri 2 tahun dipakai dalam 1 kali


stal kerja
dipakai dalam 1 kali
- cai kerja
r

Polio 6-12 bulan 1-3 hari


Sumber : Ismoedijanto,2003

Dosis Dan Cara Pemberian Imunisasi

VAKSIN DOSIS CARA PEMBERIAN

BCG 0,05 CC Intracutan didaerah


muskulusdeltoideus

DPT 0,5 CC IM

HEPATITIS B 0,5 CC IM

POLIO 2 TETES Mulut

10
CAMPAK 0,5 CC Sub cutan daerah lengan
kiri atas

TT 0,5 CC IM

Sumber : Depkes 2000

Jumlah Dan Interval Waktu Pemberian Imunisasi

JUMLAH WAKTU
VAKSIN INTERVAL
PEMBERIAN PEMBERIAN

BCG 1 kali 0-11 bulan

DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan

Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan

Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan

Campak 1 kali 9-11 bulan

B. IMUNISASI DPT PENTABIO

11
1. Pengertian
Imunisasi pentavalen adalah gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib.
Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan HB (DPT combo). Sesuai
dengan kandungan vaksinnya, imunisasi pentavalen mencegah beberapa jenis
penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, Tetanus, Hepatitis B,
serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh
kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b) (Dinkes Provinsi Bali, 2013).
Imunisasi Hib (Haemophilus influenza tipe b) merupakan imunisasi yang
diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. Bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit yang tergolong berat seperti meningitis (radang selaput otak).
Pada meningitis bakteri tersebut akan menginfeksi selaput pelindung otak dan saraf
otak yang akan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia). Bakteri Hib yang dapat
menyebabkan septisemia (keracunan darah dan dapat merupakan infeksi yang lebih
tersebar luas ke seluruh tubuh) (Yuni, 2014).
Dua penyebab paling umum dari meningitis bakteri yang parah pada anak anak,
Haemophilus influenzae tipe B ( Hib ) dan Streptococcus pneumoniae, yang dapat
dicegah dengan vaksin yang ada semakin tersedia di negara-negara berkembang
(Davis et al, 2013). Streptococcus pneumoniae adalah bakteri tunggal penyebab
yang paling signifikan dari invasif (meningitis dan bakteremia) dan non- invasif
(pneumonia dan otitis media) penyakit pada anak usia kurang dari 5 tahun di seluruh
dunia (Che et al, 2014).
Pada tahap awal DPT-HB-Hib hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
mendapatkan imunisasi DPT-HB pada umur 2,3,4 bulan sebanyak tiga kali. Apabila
sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga. Untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan imunisasi lanjutan kepada anak batita
sebanyak satu dosis, dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Batita

12
Dinkes Provinsi Bali, 2013

2. Kontra indikasi
Pada pemberian imunisasi pentavalen yaitu anak panas tinggi dengan suhu 380C

Umur Jenis Imunisasi Interval Minimum


Setelah Imunisasi Dasar

1,5 tahun (18 DPT-HB-HiB 12 bulan dari DPT-HB-


bulan) HiB 3

2 tahun (24 Campak 6 bulan dari campak


bulan ) dosis pertama
disertai batuk dan pilek yang keras. Selain itu pada anak yang memiliki riwayat
kejang demam pada pemberian imunisasi DPT-HB atau DPT-HBHib sebelumnya,
maka imunisasi selanjutnya agar diberikan oleh dokter ahli. Dosis pemberian
imunisasi pentavalen yaitu 0,5 ml, cara penyuntikan intramuskular. Suntikan diberikan
pada paha anterolateral pada bayi dan di lengan kanan atas pada anak batita saat
imunisasi lanjutan. Bayi atau anak dipangku dengan posisi menghadap ke depan,
pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Suntikkan vaksin dengan
posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan kulit. Suntikkan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
3. Efek samping
Setelah pemberian imunisasi ini biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku
ditempat suntikan. Biasanya berlaku 3 hari, kadang demam juga bisa terjadi. Efek
samping ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan
oleh Hib ( Mulyani, 2013). Jenis dan angka kejadian reaksi yang berat tidak berbeda
secara bermakna dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib yang diberikan secara
terpisah. Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan
pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.

13
Kadang-kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian. Episode
hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan
dengan angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada saat dan 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam
(Dinkes Provinsi Bali, 2013)

C. IMUNISASI POLIO
Jenis vaksin polio
1. OPV ( Oral Polio Vaccine ), vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 ( strain Sabin ) yang sudah dilemahkan. Indikasi
digunakan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
a. Cara pemberian dan dosis :
Secara oral ( melalui mulut , 1 dosis (2 tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
b. Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
c. Efek samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah immune polio oral. Setelah mendapatkan
vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam
30 menit segera di beri dosis ulang.
d. Penanganan efek samping :
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apapun.
2. IPV ( Inactive Polio Vaccine ), merupakan bentuk suspensi injeksi, di indikasikan
untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised, kontak
dilingkungan keluarga dan pada individu dimana vaksin polio oral menjadi kontra
indikasi.
a. Cara pemberian dan dosis :
1) Disuntikan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberia 0,5 ml.
2) Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5ml harus diberikan pada
interval satu atau dua bulan.

14
3) IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO.
4) Bagi orang dewasa yang belum di imunisasi diberikan 2 suntikan berturut –
turut dengan interval 1 atau 2 bulan.
b. Kontra indikasi :
1) Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif.
2) Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
3) Penyakit demam akibat infeksi akut : tunggu sampai sembuh
4) Alergi terhadap streptomicin
c. Efek samping :
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan : nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak
bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama
satu atau dua hari.
d. Penanganan efek samping :
1) Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
2) Jika demam, kenakan pakaian tipis.
3) Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
4) Jika demam berikan paracetamol 15mg/kgBB setiap 3-4 jam ( maksimal 6
kali dalam 24 jam ).
5) Bayi boleh mandi atau cukup diseka. (Buku Ajar Imunisasi, 2014)

D. MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir atau bertinak secara
sistematis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua
belah pihak klien atau pemberi asuhan. Manajemen diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Hellen Vaarney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun
1997, menggambarkan proses menajemen asuhan kebidanan yang terdiri atas tujuh
langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. (Suryani,2008).

Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut Varney :


1. Pengumpulan data dasar

15
Pada tahap ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesa pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
Sehingga dalam pendekatan ini harus komperehensif meliputi data subjektif, objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan keadaan pasien secara
valid.
2. Interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasu atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya. Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau masalah potensial
berdasarkan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk konsultasi ditangani
bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebiadanan.
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah dilakukan, diantisipasi. Langkah ini bila ada informasi yang tidak
lengkap harus dilengkapi.
6. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini melakukan asuhan secara langsung oleh bidan atau tenaga kesehatan
ke klien sesuai dengan rencana yang telah disusun pada langkah sebelumnya.
7. Mengevaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi dalam diagnosa dan masalah.

16

Anda mungkin juga menyukai