Anda di halaman 1dari 6

SOAL

Berikut ditampilkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Aceh. Data ini
merupaka data jumlah pondok pesantren dan tenaga pengajar (tengku) menurut
kabupaten/kota di Aceh tahun 2014.
No. Kabupaten/Kota Pesantren Tengku
1. Simeulue 9 38
2. Aceh Singkil 9 155 Sumber : Badan Pusat Statistik
3. Aceh Selatan 52 675 Aceh
4. Aceh Tenggara 34 415
5. Aceh timur 100 1198 Lakukan beberapa pengujian
6. Aceh Tengah 20 33 sesuai format yang tertulis di
7. Aceh Barat 76 832
papan.
8. Aceh Besar 146 2510
9. Pidie 70 838
10. Bireuen 139 4305
11. Aceh Utara 246 738
12. Aceh Barat Daya 28 287
13. Gayo Lues 22 244
14. Aceh Tamiang 33 319
15. Nagan Raya 23 239
16. Aceh Jaya 34 472
17. Bener meriah 3 30
18. Pidie Jaya 63 931 PENYELESAIAN:
19. Banda Aceh 26 418
20. Sabang 5 81 1. Model Regresi
21. Langsa 14 175
22. Lhokseumawe 37 759
23. Subulussalam 13 214
Interpretasi:

Model yang diperoleh dari output diatas adalah Y = 155,97 + 10,25(X),


dimana Y adalah Tenku dan X adalah Jumlah Pondok Pesantren. Konstanta sebesar
155,97; artinya jika jumlah pondok pesantren (X) bernilai nol, maka jumlah tengku
(Y duga) sebesar 155,97.Koefisien regresi variabel pondok pesantren (X) sebesar
10,25; artinya setiap pertambahan satu Pondok Pesantren (X) maka Y duga akan
naik sebesar 10.25.Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
jumlah pondok pesantren dan jumlah tengku.
2. Mendeteksi Pencilan

A. Plot Residual vs Fitted

Interpretasi:

Berdasarkan Plot Residual VS Fitted diatas diduga data jumlah pondok


pesantren dan data tengku di Aceh memiliki hubungan yang lemah positif. dan
diduga terdapat dua data pencilan karena data tersebut penyebarannya jauh dari
data laininya.
B. Rstandart

Interpretasi:

Berdasarkan output di atas, dapat kita simpulkan bahwa pada data ini terdapat dua
observasi yang dapat dikatakan sebagai pencilan karena nilai rstandar >│2│yaitu
pada data ke-10 dan data ke-11, yaitu observasi ke-10 dengan nilai Rstandart
3.8465 dan observasi ke-11 dengan nilai Rstandart |-3.7792| atau 3.7792.
3. Melihat Amatan Berpengaruh

Interpretasi:

Dari hasil diatas dapat kita peroleh adalah nilai dfit lebih kecil dari dfit0. Berdasarkan
output diatas dapat dilihat bahwa nilai dfit observasi ke-10 dan ke-11 kurang dari
nilai dfit0, sehingga dapat disimpulkan bahwa diduga tidak terdapat data yang
pencilan yang berpengaruh terhadap data jumlah pondok pesantren dan tengku di
Aceh.
4. Model tanpa Amatan Berpengaruh

Interpretasi:

Model yang diperoleh dari output diatas adalah Y = -81.31 + 15.39(X),


dimana Y adalah Tengku dan X adalah Jumlah Pondok Pesantren. Konstanta
sebesar -81.31; artinya jika jumlah pondok pesantren (X) bernilai nol, maka jumlah
tengku sebesar -81.31.Koefisien regresi variabel pondok pesantren (X) sebesar
15.39; artinya setiap pertambahan satu Pondok Pesantren (X) maka Y duga akan
naik sebesar 15.39.Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara
jumlah pondok pesantren dan jumlah tengku.

5. Membandingkan Koefisien Determinasi Model Awal dan Model Baru


 RSquared model awal

 RSquared model baru


Interpretasi:

Berdasarkan kedua output diatas, kita peroleh dua nilai RSquare yang berbeda,
dimana data awal atau ketika data berjumlah 23, didapatkan nilai RSquare sebesar
35.71% sedangkan pada data baru yang telah dihapuskan data ke-10 dan ke-11
didapatkan nilai RSquare sebesar 92.56%. Nilai RSquare baru bernilai lebih besar
dibandingkan nilai Rsquare dari semua data, sehingga dapat dikatakan pencilan
tersebut dapat dibuang dan tidak memengaruhi data lainnya.

Anda mungkin juga menyukai