Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN HAMIL PATOLOGI PADA NY.

W
DENGAN ANEMIA RINGAN DI RUMAH SAKIT
ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Laporan studi kasus disusun untuk memenuhi target pada stase “Asuhan Kebidanan Patologi”

Disusun Oleh:

1. Dinna Auliana
2. Nurul Fadlila
3. Suharyati

PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054
Telepon. (024) 6583584 Faksimile: (024) 6581278
Tahun 2020
2

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang dapat hidup ke luar dunia
luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mohtar, 2011; h.69).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2009;
h.100).
Persalinan normal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008;
h.672).
Tahapan persalinan dibagi menjadi empat tahapan meliputi: Sesuai dengan teori
Varney (2007; h. 672) kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progesif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10cm). Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks
(pembukaan lengkap) dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal sebagai kala
ekspulsi.
Kala tiga sesuai dengan teori Manuaba (2007; h.314) kala tiga persalinan dimulai
dari segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Kala empat adalah kala pengawasan 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Persalinan
a. Perubahan serviks
Mendekati persalinan serviks semakin “matang”. Kalau selama masa hamil serviks
dalam menutup, panjang, lunak, sekarang serviks asih lunak dengan konsistensiseperti
puding dan mengalami sedikit dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hicks. Kematangan serviks
mengidentifikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2008; h.687-688).
b. Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 mmHg (10-20
mmHg) dan diastolik ratarata 5-10 mmHg pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan
3

darah kembali meningkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari.
Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah (Bobak,
2008; h.287).
c. Denyut Jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode
persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik
merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk
mengidentifikasi adanya infeksi (Varney, 2008; h.687)
d. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum, jika tidak ada kehilangan yang
abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma lebih lanjut selama persalinan. Jumlah sel darah putih secara progresif
meningkat selama kala satu persalinan kurang lebih 5000 hingga 15.000 WBC pada
saat pembukaan lengkap. Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis
pada persalinan yang lama dan kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot
uterus dan rangka (Mochtar, 2008; h.687).
3. Tanda Persalinan
Tanda-Tanda Persalinan sudah dekat menurut Manuaba (2010; h.173) adalah :
a. Terjadi His persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar kedepan, sifatnya teratur interval makin pendek, dan kekuatan makin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks (pelunakan serviks, pendataran
serviks, terjadi pembukaan serviks), makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin
bertambah.
b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan menyebabkan
lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena robekan
kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharakan persalinan berkangsung dalam 24 jam.
4. Patofisilogi
4

Menurut Varney (2008) mulainya persalinan disebabkan oleh, sebagai berikut :


a. Penurunan kadar progesterone Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada
akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot rahim makin rentan..
d. Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, dan extraamnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. Bagaimana
terjadinya persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar kemungkinan semua
faktor bekerja bersama,sehingga pemicu persalinan menjadi multi factor.
5. Mekanisme Persalinan
Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut
mekanisme persalinan. Tujuh gerakan kradinal presentasi puncak kepala pada mekanisme
persalinan ialah engagement, penurunan, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putaran paksi
luar (restitusi) dan akhirnya kelahiran melaui ekspulasi (Bobak, 2005, hal;246).
a. Engagement
Engagement Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. engagement adalah
peristiwa ketika diameter biparetal (Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit
fleksi. Masuknya kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggu
dengan sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri
5

sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu
atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke
promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus (Cunningham, 2014).
b. Penurunan Kepala
Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan
mekanisme lainnya.
1) Kekuatan yang mendukung yaitu:
- Tekanan cairan amnion
- Tekanan langsung fundus ada bokong
- Kontraksi otot-otot abdomen
- Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin
c. Fleksi
Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terlambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul
1) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis 12 cm berubah
menjadi suboksipito bregmatika 9 cm
2) Posisi dagu bergeser kearah dada janin
3) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubunubun
besar
d. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi
sebelumnya kearah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala
dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar
ke depan sampai berada di bawah simpisis.Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk
menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi
setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada
pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.
Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu: · Bagian terendah kepala adalah bagian
belakang kepala pada letak fleksi. · Bagian belakang kepala mencari tahanan yang
paling sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis (Manuaba, 2010).
e. Ekstensi
Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
6

pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya
ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan
tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-
turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya
dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
f. Rotasi Luar
Rotasi luar (putaran paksi luar) Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar
dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam.
1) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan
muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya
disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya
ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
2) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janain
searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di
anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior dibelakang
perineum.
3) Sutura sagitalis kembali melintang.
g. Ekspulsi
Ekspulsi Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah
trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu
depan, bahu belakang dan seluruhnya (Prawirohadjo, 2012).
6. Tahap Persalinan
a. Kala I
Persalinan normal adalah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak
memanjang, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dengan
panggul. Persalinan dimulai dari saat persalinan mulai pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik,
kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan, serviks
tampak di penuhi bagian terbawah janin ( Prawirohardjo, 2010; h. 69).
7

b. Kala II
Persalinan dimulai dari hasil pemeriksaan dalam dengan pembukaan sudah lengkap (10
cm) atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm dan ibu memiliki
keinginan untuk meneran sampai dengan bayi lahir tahap ini disebut sebagai kala
ekspusi (Varne, 2007; h.751).
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung reflek menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan paa rektum, pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengejan yang terpimpin,
akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung
selama 1 jam 30 menit – 2 jam dan pada multigravida 30 menit – 1 jam (Mochtar, 2012;
h. 73)
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Setelah placenta lahir dan selaputnya masase fundus agar menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post
partum jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan
hebat terjadi, mulailah melakukan kompresi bimanul. Jika atonia uteri tidak teratasi
dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan postpartum (Saifuddin, 2011;
h.19-20).
d. Kala IV
Dimulai dua jam pertama setelah persalinan melakukan pengawasan untuk memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil observasi yang harus dilakukan pada kala IV
salah satunya yaitu terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlah
tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Tinggi fundus uteri setelah placenta lahir yaitu 2
jari dibawah pusat (Mochtar, 2011; h. 87-74).
7. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
a. Passenger Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal
(Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga
harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin
(Cunningham, 2014).
8

b. Passage away Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2008).
c. Power His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,
kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005).
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan.
d. Position Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
e. Psychologic Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin
mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita,
persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja
keras selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan
keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk
mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai
hasil yang optimal bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan
mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan
menceritakannya (Prawirohadjo, 2012).
8. Kebutuhan Persalinan
a. Dukungan emosional
Selama lebih dari 20 tahun riset secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan
seseorang yang continue terhadap ibu selama persalinan memberikan perasaan aman
dan puas dan juga efek yang positif terhadap hasil yang diperoleh (Myles, 2009; h. 447).
b. Pemberian cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan air minum)
selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama
fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif mereka hanya ingin
mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin
9

menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan (Depkes RI, 2014; h
54-55).
c. Perubahan Posisi Selama Persalinan
Membiarkan ibu untuk merubah posisi sesuai kehendaknya memungkinkan
distraksi, relaksasi otot, dan munculnya kendali. Hal ini juga mempercepat bayi masuk
ke jalan lahir. Gerakan yang demikian terbukti menyebabkan kontraksi uterus yang lebih
besar, kenyamanan ibu dan pilihannya tetap merupakan alasan untuk mempertahankan
kebebasan ini (Sinclair, 2009; h. 159).
d. Kebutuhan eliminasi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu merasa
ingin berkemih atau jika kandung kemihnya terasa penuh. Periksa kandung kemih
sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan palpasi tepat diatas
symfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan
ibu untuk berkemih dikmar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar mandi, berikan
wadah urine ( Depkes RI, 2014; h 54-55).
e. Komponen yang harus diobservasi selama bersalin adalah :
1) DJJ (Detak Jantung Janin) setiap 30 menit.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit .
3) Nadi setiap 30 menit.
4) Pembukaan serviks detiap 4 jam.
5) Penurunan kepala setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur suhu setiap 4 jam.
7) Produksi urin, aseton, dan protein urine setiap 2-4 jam (JNPK, 2016; h. 81).
B. KETUBAN PECAH DINI
1. Pengerian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah
dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu
tidak terlalu banyak (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat
belum menunjukkan tanda-tanda persalinan atau inpartu, bila diikuti satu jam kemudian
tidak timbul tanda-tanda awal persalinan. Bila pecahnya selaput ketuban terjadi sebelum
umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm (Duff, Lockwood, Barss,
10

2016). Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, yaitu bila
ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari 3 cm dan pada
multigravida kurang dari 5 cm (Mochtar, 2007). Dalam keadaan normal selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan (Prawirohardjo, 2010).
2. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui antara lain, yaitu :
a. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensi, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage).
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemeli.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi
e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang di dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah (Prawirohadjo, 2012).
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktoral yang dapat dijabarkan
sebagai berikut (Mochtar, 2012; Manuaba, 2010):
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-
penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas rahim ini.
b. Kelainan bawaan dari selaput ketuban (selaput ketuban tipis).
c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Infeksi yang menyebabkan terjadi proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
d. Ketegangan rahim berlebihan (overdistensi rahim) yang terjadi pada kehamilan kembar,
hidramnion
e. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
f. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
disproporsi sefalopelvik.
11

g. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi yaitu multipara, grandemultipara,


disproporsi, cervix incompeten, dan lain-lain.
3. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin.
Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan
selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostalglandin, sitokinin, dan protein
hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme” (Varney, 2008).
Persalinan secara umum terjadi ketuban pecah disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Terjadi perubahan biokimia selaput ketuban
pecah karena pada daerah tertentu menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi matriks ekstraselular. Perubahan struktur, jumlah sel dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor
jaringan spesifik dan inhibitor protease (Saifuddin, 2009).
Keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors metalloproteinase-1 (TIMP-
1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Penyebab kelemahan selaput ketuban diantaranya dapat dipicu oleh paparan
terhadap matrix metalloproteinase (MMP), penurunan kadar tissue inhibitors of
matrix metalloproteinase (TIMP) serta peningkatan pemecahan poly (ADP-ribose)
polymerase (PARP). Progesteron dan estradiol menekan proses remodeling matriks
ektraseluler pada jaringan reproduktif. Kedua hormon ini dapat menurunkan
konsentrasi MMP-1 dan MMP-3 serta meningkatkan konsentrasi TIMP pada
fibroblas serviks. Tingginya konsentrasi progesteron menyebabkan penurunan
produksi kolagenase. Hormon relaxin diproduksi oleh sel desidua dan plasenta
berfungsi mengatur pembentukan jaringan ikat, dan mempunyai aktivitas yang
berlawanan dengan efek inhibisi oleh progesteron dan estradiol dengan
meningkatkan aktivitas MMP-3 dan MMP-9 pada selaput ketuban (Mercer, 2009).
Pada usia kehamilan cukup bulan, perubahan fisiologis dan kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi sering kali menyebabkan ketuban melemah dan kemudian terjadi
KPD (Kennedy, 2014). Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-
12

1 mengarah pada degradasi proteolitik dan matriks intraselular dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan (Winkjosastro, 2009).
4. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma
air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih
merembes atau menetes, adapun cirinya seperti pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi jika klien
dalam keadaan duduk atau berdiri, maka kepala janin yang sudah terletak dibawah
biasanya akaan mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Sementara itu,
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut. Denyut jantung janin bertambah cepat
yang merupakan tanda-tanda infeksi terjadi (Manuaba, 2010).
5. Lama KPD
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten =
LP = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan
lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam
(Mochtar, 2012). Sekitar 80-85% wanita pada semua usia gestasi, yang mengalami ketuban
pecah dini, akan mengalami persalinan dalam waktu 24 jam. Sedangkan 10% lainnya
mengalai pesalinan dalam waktu 72 jam. Sementara sisanya, yaitu 5% wanita, akan
mengalami periode laten yang lebih lama dari 72 jam (Varney, 2008).
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Risiko ibu dan janin
meningkat seiring durasi waktu sebelum pelahiran dan frekuensi periksa dalam digital
(Kennedy, 2014). Menurut Kosim (2009), kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang
belum lahir meningkat pada KPD dalam waktu 18-24 jam. Penelitian yang dilakukan oleh
Mojaveri (2014) juga menyebutkan bahwa kejadian transmisi vertikal meningkat sebesar
49,2%. Selain itu, Dhara Shah (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa KPD ≥ 18
jam berhubungan signifikan terhadap terjadinya kolonisasi streptococcus group B pada
neonatus.
6. Pengaruh KPD
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin yaitu:
a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam
persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan
13

post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC),


morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
(sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal),
retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing,
ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis,
prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat,
prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy,
perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion
(sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal.
7. Diagnosis
Penegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
meliputi:
a. Adanya cairan ketuban di vagina untuk menentukan pecahnya selaput ketuban. Pada
ketuban pecah dini preterm terdapat “semburan” cairan bening atau cairan kuning pucat
dari vagina, namun ada juga ibu hamil menggambarkan cairan rembesan dalam jumlah
kecil (Alexander et al, 2000).
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo dan
kadang-kadang bau kalau ada infeksi (Prawirohardjo, 2010).
c. Keluar cairan ketuban dari cairan servikalis pada pemeriksaan inspekulo (Sarwono,
2010). Gejala khas KPD preterm pada pemeriksaan spekulum memperlihatkan cairan
ketuban keluar dari ostium serviks atau terkumpul di fornix posterior vagina. Jika cairan
ketuban tidak terlihat, ibu dapat diminta untuk menekan fundus, valsalva, atau batuk
untuk mendorong cairan ketuban keluar dari ostium serviks (Alexander et al, 2000).
d. Test nitrazin/lakmus, bila ketuban sudah pecah perubahan kertas lakmus merah
berubah menjadi biru atau basa (Prawirohardjo, 2010).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,
konsentrasi, bau dan PHnya.
14

1) Tes lakmus (tes nitrazin), cairan ketuban biasanya memiliki kisaran PH 7,0-7,3 jauh
lebih basa dibandingkan dengan PH vagina normal sehingga mengubah kertas
lakmus merah menjadi biru (Eskicioglu and Bahar Gur, 2015).
2) Uji konfirmasi kedua yaitu terdapat arborisasi (ferning). Cairan dari forniks vagina
posterior diusapkan di slide kaca dan dibiarkan mengering 10 menit. Cairan ketuban
menghasilkan pola ferning halus, berbeda dengan pola arborisasi yang tebal dan
lebar dari lendir serviks kering (Duff, Lockwood, Barss, 2016).
3) Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari
15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Manuaba, 2009).
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksan penunjang dengan USG untuk
membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta
serta jumlah air ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009). Wanita dengan KPD preterm
sekitar 50-70% menunjukan 32 gambaran oligohidroamnion dengan tidak adanya “single
pocket” cairan ketuban yang lebih dari 2 cm dan indeks cairan amnion (AFI) ≤ 5 cm
(Alexander et al, 2000).
9. Penanganan
Winkjosastro (2010) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban pecah
dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pasien dengan ketuban
pecah dini umumnya lebih baik untuk membawa ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang
usia gestasinya > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil
resiko infeksi intrauteri. Penatalaksanaan konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan
preterm antara lain :
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam trendelenburg position, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan mencapai
37 minggu.
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4× 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2× 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi. Pemberian Magnesium sulfat sebagai brain
protector dengan dosis 4 gram sebagai dosis inisial dalam 20 menit, dilanjutkan dengan
1 gram/jam sampai lahir, maksimum 24 jam.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
15

Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum partu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dengan rejimen ampisilin 2
g intravena setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti oleh amoksisilin (500 mg per oral tiga kali
sehari atau 875 mg secara oral dua kali sehari) selama lima hari dan lakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
Sedangkan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm penatalaksanaan berupa
penanganan aktif, antara lain:
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
- Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
- Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
- Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.
16

Gambar1. Penatalaksanaan KPD Berdasarkan Umur Kehamilan Dikutip dari: Algorithm


for evaluation and management of preterm premature rupture of the membranes
(pPROM).(Mercer BM: Premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol 101:178–
193, 2003).

10. Kajian Jurnal


a. Data subjektif
Menurut penelitian Susilowati dan Astuti bahwa sebagian besar ibu
bersalin dengan KPD yaitu antara umur kehamilan 37-42 minggu. Saat
mendekati persalinan terjadi peningkatan matrix metalloproteinase yang
17

cenderung menyebabkan KPD dan pada trimester akhir akan


menyebabkan selaput ketuban mudah pecah dikarenakan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Hal ini juga menunjukkan
bahwa semakin tua umur kehamilan akan mengakibatkan pembukaan
serviks dan peregangan selaput ketuban yang berpengaruh terhadap
selaput ketuban sehingga semakin melemah dan mudah pecah.
Menurut kasus usia kehamilan ibu 38 minggu 5 hari.
b. Data objektif
Pada penelitian amab (2018) kpd bisa lahir normal pervaginam
Berdasarkan kasus:
Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Tampak cemas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,70C
4. Tinggi badan : 147 cm
5. Berat badan : 54 kg
6. LiLA : 24 cm

Status Obstetri

1. Perut
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin
Leopold II :
Kanan : Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu
punggung janin.
Kiri : Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu
ekstremitas janin.
Leopold III :Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan
yaitu kepala janin sudah masuk PAP.
Leopold IV :Divergen (sudah masuk PAP)Auskultasi : frekuensi 11-12-12,
reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri
ibu
HIS : Tidak ada.
2. Genitalia : Bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan
kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih, keluar lendir darah
3. Pemeriksaan Dalam
a. Keadaan jalan lahir
18

Vulva : bersih tidak ada odem, tidak ada varices


OUE : tidak membuka
Vagina : tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi
PPV : air ketuban
Keadaan porsio
- Effacement : 10%
- Pembukaan : 1 cm
Kulit ketuban : (-) Negatif
Presentasi : Kepala
POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan
Penurunan BBJ : Penurunan H II
Tanda – tanda moulage : Tidak ada
Bagian terkemuka : TIdak ada

c. Assessment
Pada penelitian amab (2018) untuk assesmen atau menentukan diagnose
KPD dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan investigasi
Pada kasus anamnesis sudah dilakukan dan pemeriksaan klinis seperti
pemeriksaan kertas lakmus sudah dilakukan sehingga didapatkan hasil:
G1P0A0 umur 28 tahun hamil 38 minggu 5 hari janin tunggal, hidup intra uteri, letak
membujur, PUKA, presentasi kepala, sudah masuk panggul, inpartu kala I fase laten
dengan KPD.
d. Planning
Pada penelitian amab (2018) menjelaskan bahwa untuk penanganan kasus
KPD bisa dengan diinduksi persalinan dengan oksitosin jika kondisi ibu dan
janin baik. Namun, jika kondisi ibu dan jani tidak memungkinkan bisa
dilakukan tindakan seksio sesaria.
Pada kasus penanganan kasus KPD yaitu dengan induksi persalinan dengan
oksitosin dan hasilnya ibu dapat melahirkan pervaginam.

C.
19

BAB II
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. W dengan Ketuban Pecah Dini di RSI

Sultan Agung Semarang

Pengkajian
Tanggal : 31 Agustus 2020
Pukul : 06.00 WIB
Ruang : Ruang Bersalin RSI Sultan Agung Semarang
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny.W Nama Suami : Tn.R
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / Bangsa : Iindonesia Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
No. Register : 0009 Alamat : Semarang
Alamat : Semarang

2. Alasan datang : Rujukan dari bidan D, Ibu datang untuk melahirkan


Ibu datang ke PMB bidan D pada pukul 04.45 WIB dengan keluhan sudah mengeluarkan cairan
bening darijalan laihir yang berbau khas. Hasil pemeriksaan bidan D Ø 1 cm (1jari sempit), His
tidak ada, lendir darah tidak ada.
3. Keluhan utama : Ibu mengatakan telah mengeluarkan cairan bening berbau khas dari
jalan lahir pada pukul 03.00 WIB, dan belum merasakan perut mulas2, dan
belummengeluarkan lendir darah.
Ibu mengatakan datang ke RSI Sultan Agung Semarang pada pukul 05.00 WIB dan di bawa ke
ruang bersalin pada pukul 06.00 WIB.
4. Riwayat kesehatan yang lalu :
a. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : sesak nafas (asma), gula (Diabetes
Melitus), tekanan darah tinggi (Hipertensi)
20

b. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti : batuk berdarah (TBC) , penyakit
kuning (Hepatitis), kencing nanah (PMS)
c. Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis penyakit jantung, ginjal, paru-paru
d. Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun
e. Ibu tidak ada alergi makanan dan obat-obatan tertentu
5. Riwayat kesehatan sekarang:
a. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti Jantung, Ginjal dan Paru-
paru.
b. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk berdarah (TBC),
kencing nanah (PMS), & penyakit kuning (Hepatitis).
c. Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti sesak nafas (Asma),
gula (Diabetes Melitus), dan tekanan darah tinggi (Hipertensi).
d. Ibu mengatakan tidak sedang alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.
6. Riwayat kesehatan keluarga :
a. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang pernah hamil kembar
ataupun memiliki anak cacat.
b. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang memiliki keturunan
dengan kelainan kongenital seperti bibir sumbing dan atresia ani.
c. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti Hipertensi, diabetes melitus dan asma.
d. Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti penyakit kuning (hepatitis), kencing nanah (PMS), dan batuk berdarah
(TBC).
7. Riwayat pernikahan:
Menikah 1 kali, umur 27 tahun, lama pernikahan 1 tahun, status pernikahan sah menurut
Hukum.
8. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
a) Menarche : ± 13 tahun
b) Lama : ± 6-7 hari
c) Siklus : ± 28 hari/ teratur
d) Jumlah : 2-3x ganti pembalut
e) Dismenorhea : Ya, nyeri punggung sampai perut bagian bawah
f) Flour albus : Ya, menjelang menstruasi dan sesudah menstruasi
21

g) HPHT : 05 Desember 2019


b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan yang pertama, belum pernah melahirkan,
dan belum pernah keguguran
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) GPA : G1P0A0
2) Umur kehamilan : ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan / 38 minggu 5 hari
3) HPL : 10 September 2020
4) ANC : 7 x di bidan
TM I : 2x pada usia kehamilan 4minggu, 8 minggu
TM II : 2x pada usia kehamilan 12 dan 25 minggu
TM III : 3x pada usia kehamilan 30, 35, dan 38 minggu
5) Tempat ANC : di Bidan D
6) Imunisasi TT : ibu mengatakan 2x imunisasi
Tabel 4.1. Pemberian Imunisasi TT
Pemberian Waktu Tempat Interval
TT1 Bulan februari 2019 pada saat Di Puskesmas Awal
mendaftar capeng sayung I
TT 2 Dilakukan pada saat usia kehamilan Di BPM D 4 minggu setelah
2 bulan TT1

7) Keluhan hamil muda : Mual dan muntah


8) Keluhan hamil tua : Nyeri Punggung
9) Mulai merasakan gerakan janin : 4-5 bulan
10) Jumlah gerakan janin dalam 2-3 jam : 2-3 kali
11) BB sebelum hamil : 40 kg
12) Terapi/obat/jamu yang di konsumsi : Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat
yang diberikan bidan (vitamin dan tablet tambah darah), serta tidak mengkonsumsi
jamu.
13) Pengambilan keputusan : Suami
14) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
15) Pesan khusus (jika ada) : Tidak ada
9. Riwayat KB
22

Waktu Lama Alasan Drop Rencana Yang


Jenis Kontrasepsi Keluhan Ket
Pemakaian Pemakaian Out Akan Datang
Belum KB apapun - - - - AKDR -

10. Pola Kehidupan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
Selama hamil Menjelang Persalinan
Makan 3x/ hari Terakhir makan pukul 05.00 WIB
Porsi 1 piring ½ piring
Nasi, lauk pauk, sayur
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur dan buah
dan buah
Macam Nasi. Tempe tahu, Nasi, ayam, tempe, sayur bayam dan
sayur bayam, dan buah buah
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Minum 8 gelas/hari Terakhir minum pukul 06.00
Jenis Air putih dan teh Teh manis
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Pola Eliminasi
Selama hamil Menjelang Persalinan
BAB 2x/sehari Terakhir BAB tanggal 31 Agustus Pukul
04.00 WIB
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning-Kecoklatan
Bau Khas feses Khas Feses
Keluhan Tidak ada Tidak Ada
BAK 4-5x/hari Terakhir pada pukul 04.00 wib
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah ±500 cc ±200cc
Bau Khas urine Khas urine
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Pola personal Hygiene


Selama hamil Menjelang Persalinan
Mandi 2x sehari Terakhir mandi pukul 04.30 WIB
Keramas 2 hari sekali Belum keramas
Gosok gigi 2x sehari Terakhir sikat gigi pukul 04.30 WIB
Ganti pakaian 2x sehari Terakhir ganti pakaian pukul 05.00 WIB
Ganti celdam 3x sehari Terakhir ganti celana dalam pukul 05.00
Ganti pembalut 2-3 x sehari Terakhir ganti pada pukul 06.00 WIB
Cara cebok Dari depan ke Dari depan ke belakang
belakang
d. Pola istirahat
Selama hamil Menjelang Persalinan
Tidur malam : 8 jam/ hari 4 jam
Tidur siang : 2 jam/hari Tidak tidur siang
23

Gangguan : Tidak ada Tidak ada

e. Pola aktivitas :
Selama kehamilan : Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan aktivitas rumah tangga
seperti biasanya.
Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan ibu hanya bisa tidur di atas
kasur miring kanan dan kiri dan tidak duduk karena takut air ketubannya keluar.
f. Pola hubungan seksual
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil ia melakukan hubungan seksual 1x dalam 1
minggu sampai usia kehamilan 6 bulan
Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan melakukan hubungan
seksual.
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama berhubungan seksual
11. Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan ini karena air
kawahnya sudah merembes.
12. Data sosial budaya : Ibu mengatakan di lingkungan sosial ibu berbaur dengan baik di
masyarakat, dan ibu mengatakan bahwa menjelang persalinan tidak ada pantangan yang dapat
mengganggu proses persalinan.
13. Data ekonomi : ibu mengatakan gaji dari pekerjaan ia dan suami sudah mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari dan biaya proses persalinan, dalam proses ini ibu menggunakan
asuransi dari pemerintah yaitu BPJS.
14. Data pengetahuan : ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda-tanda KPD, cara
menangani KPD, cara meneran yang benar, posisi dalam melahirkan dan IMD (Inisiasi
Menyusu Dini).

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Tampak Cemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 24x/menit
24

Suhu : 36,70C
d. Tinggi badan : 147 cm
e. Berat badan : 54 kg
f. LiLA : 24 cm
2. Status present
a. Kepala : Mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada luka.
b. Rambut : Warna rambut hitam, rambut lurus, bersih, tidak rontok dan tidak ada
ketombe.
c. Muka : Bentuk oval, tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada luka, tidak ada cloasma
gravidarum, tidak ada pembengkakan (odem).
d. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda (tidak anemis), sklera berwarna putih
(tidak ikterik), reflek pupil +/+.
e. Hidung : Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret, tidak ada polip
f. Mulut : Bersih, bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, lidah bersih,
warna merah, gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada caries gigi, tidak ada
pembengkakan pada tonsil.
g. Telinga : Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen
h. Leher : Tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada bekas operasi, tidak ada
pembengkakan pada kelenjar tiroid, parotis, vena jugularis dan kelenjar limfe
i. Dada : Tidak ada bekas operasi, tidak ada retraksi dinding dada, payudara
membesar, puting menonjol, areola menghitam, tidak ada nyeri tekan pada payudara
kanan maupun kiri, kolostrum sudah keluar.
j. Perut
1) Inspeksi : Perut membesar, umbilikal menonjol, terdapat striae gravidarum,
terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung
Leopold I : TFU: 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Leopold II :
Kanan : Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin.
Kiri : Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu ekstremitas janin.
Leopold III : Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan
yaitu kepala janin sudah masuk PAP.
25

Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP)


Penurunan bagian bawah ianin : 2/5 bagian.
3) DJJ : Frekuensi 11-12-12, reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum
maximum dibawah pusat kanan ibu.
4) HIS : Tidak ada.
5) TBJ : (30-11)x 155 = 2945 gram.
k. Punggung : Tidak ada kelainan pada tulang punggung.
l. Genitalia : Bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan
kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih.
Pemeriksaan Dalam
1) Keadaan jalan lahir :
Vulva : Bersih tidak ada odem, tidak ada varices, terdapat cairan airketuban yang
keluar.
OUE : Tidak membuka
Vagina : Tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi
PPV : Air ketuban
2) Keadaan porsio
- Effacement : 10%
- Pembukaan : 1 cm
3) Kulit ketuban : Kulit ketuban pecah (-)
4) Presentasi : Kepala
5) POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan
6) Penurunan BBJ : Penurunan H II
7) Tanda-tanda moulage : Tidak ada tanda-tanda moulage (-).
8) Bagian menumbung : Tidak ada
m. Anus : Tidak ada hemoroid
n. Ekstremitas :
Atas : Tidak ada oedem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, tangan kiri
terpasang infus RL 20 tpm.
Bawah : Tidak ada odem, turgor baik, warna kulit tidak ikterik, reflek patella (+/+).
3. Pemeriksaan penunjang
Kertas lakmus : warna merah berubah menjadi biru
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 31/12/2020 jam 07.00 wib
26

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Darah Rutin 1
Hemoglobin 12.1 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit 36.9 % 33-45
Leukosit 9.8 Ribu/uL 3.6-11.0
Trombosit 227 Ribu/uL 150-440
Golongan darah/Rh O/positif
APTT 26.3 Detik 25-35
Control 26.6 21.3-26.4
Waktu protombin 8.1 L Detik 9.9-11.6
Control 11.2 9.0-12.2
KIMIA
Gula Darah Sewaktu 104 Mg/dl 75-110
URINE
Urine lengkap
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Protein Neg Mg/dl <30mg/dl
(negatif)
Reduksi Neg Mg/dl <15 mg/dl
(negatif)
Bilirubin Neg Mg/dL <1 mg/dL (negatif)
IMUNOSEROLOGI
HBsAg Kualitatif Non reaktif Non reaktif

C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidanan
G1P0A0 umur 28 tahun hamil 38 minggu 5 hari janin tunggal, hidup intra uteri, letak
membujur, PUKA, presentasi kepala, sudah masuk panggul, inpartu kala I fase laten
dengan KPD
2. Masalah
Cemas menghadapi persalinan dan KPD
Data Dasar :
Subjektif
1. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertamanya tidak pernah keguguran
2. Ibu mengatakan mengeluarkan air dari jalan lahir jam 3 pagi merembes.
3. Ibu mengatakan belum merasakan mulas
4. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 5 Desember 2019
5. Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 10 September 2020
6. Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan yang akan di hadapinya
Objektif
Pemeriksaan umum
27

7. Keadaan umum : Tampak cemas


8. Kesadaran : Composmentis
9. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,70C
10. Tinggi badan : 147 cm
11. Berat badan : 54 kg
12. LiLA : 24 cm
Status Obstetri
1. Perut
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (30 cm), teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin
Leopold II :
Kanan : Teraba keras, ada tahanan keras, memanjang yaitu punggung janin.
Kiri : Teraba bagian kecil-kecil dan bergerak yaitu ekstremitas janin.
Leopold III :Teraba 1 bagian bulat, keras, melenting, tidak dapat di goyangkan yaitu
kepala janin sudah masuk PAP.
Leopold IV :Divergen (sudah masuk PAP)Auskultasi : frekuensi 11-12-12,
reguler, irama teratur, jumlah 140x/menit, puntum maximum dibawah pusat kiri ibu
HIS : Tidak ada.
2. Genitalia : Bersih, tidak ada penyakit menular seksual seperti gonorhea dan
kondiloma, keluar air ketuban berwarna jernih, keluar lendir darah
Pemeriksaan Dalam
e. Keadaan jalan lahir
Vulva : bersih tidak ada odem, tidak ada varices
OUE : tidak membuka
Vagina : tidak ada odem, tidak ada peradangan/infeksi
PPV : air ketuban
f. Keadaan porsio
- Effacement : 10%
- Pembukaan : 1 cm
28

g. Kulit ketuban : (-) Negatif


h. Presentasi : Kepala
i. POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK belum bisa ditentukan
j. Penurunan BBJ : Penurunan H II
k. Tanda – tanda moulage : Tidak ada
l. Bagian terkemuka : TIdak ada
3. Diagnosa potensial
Korioamnionitis
4. Tindakan segera
Konsultasi dokter SpOG
D. PLANNING
Tanggal 31 Agustus 2020 Pukul 07.00 WIB
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Motivasi ibu menghadapi cemas dalam menghadapi proses persalinan dan KPD
3. Berikan KIE tentang KPD pada ibu
4. Lakukan konsultasi dengan dr. SpOG
5. Berikan advis dokter
6. Siapkan fisik ibu
7. Siapkan mental ibu
8. Siapkan alat, obat, perlengkapan ibu dan bayi.
9. Pantau kala I dengan pengawasan 10
a. KU f. His
b. Nadi g. DJJ
c. TD h. Bandle Ring
d. RR d. i. PPV
e. Suhu j. Tanda kala II
10. Pantau kemajuan persalinan setiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi
Catatan implementasi

Tanggal 31 Agustus 2020

WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


07.15 WIB 1. Menginformasikan hasil pemeriksaaan pada ibu tentang hasil 07.16 WIB 1. Ibu sudah mengetahui tentang kondisinya dan senang dengan
pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan sudah hasil pemeriksaan yang diberikan
pembukaan 1 cm
07.17 WIB 2. Memotivasi ibu dalam menghadapi cemas persalinan dan KPD bahwa 07.18 WIB 2. Ibu sudah tidak cemas menghadapi proses persalinannya
dalam cemas dalam menghadapi persalinan adalah hal yang normal
terjadi, dan ketuban pecah dini yang terjadi dilakukan observasi.
07.20 WIB 3. Memberikan KIE kepada ibu tentang KPD, meliputi : 07.25 WIB 3. Ibu sudah jelas dengan pendidikan kesehatan yang diberikan
a. Pengertian KPD dengan mampu menjawab:
Adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan Pengertian KPD, tanda dan gejala 3 point dari 4 point yang
atau dimulainya tanda inpartu diberikan, komplikasi 3 poin dari 5 poin yang diberikan, dan
b. Tanda dan gejala KPD penatalaksanaan KPD
1) Ketuban pecah secara tiba-tiba
2) Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas
3) Bisa tanpa disertai kontraksi/his
4) Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang konstan
c. Komplikasi pada KPD
1) Partus Prematur
2) Berkembangnya infeksi yang serius pada plasenta yang
menyebabkan korioamnionitis
3) Abrupsio plasenta
4) Kompresi talipusat
5) Infeksi pospartum
d. Penatalaksanaan KPD
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
1) Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi

29
persalinan premature
2) Nilai serviks
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan
prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan
seksio sesarea
07.25 WIB 4. Melakukan konsultasi dengan dr. SpOG dengan telpon 07.27 WIB 4. Advis dokter :
Induksi RL dengan oksitosin, RL 500 ml + 5 IU oksitosin
dimulai 12 tpm dinaikkan setiap 15 menit dan berakhirhingga
40 tpm dan observasi DJJ dan HIS
07.28 WIB 5. Memberikan advis dokter 07.30 WIB 5. Induksi oksitosin dimulai jam 16.00 wib dari 12 tpm dengan
Memberikan induksi RL dengan oksitosin, RL 500 ml + 5 IU oksitosin mengobservasi HIS dan DJJ sebelum di naikkan tetesan
dimulai 12 tpm dinaikkan setiap 15 menit dan berakhir sampai 40 tpm,
Observasi DJJ dan HIS
07.31 WIB 6. Menyiapkan fisik ibu dengan cara : 07.35 WIB 6.
a. Menganjurkan ibu jika ingin BAK atau BAB a. Ibu mengatakan sudah BAK pukul 04.00 wib dengan
b. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk memperlancar menggunakan pispot
jalannya oksigen ke janin. b. Ibu mengatakan belum BAB
c. Menganjurkan ibu untuk makan/minum saat tidak ada kontraksi.
c. Ibu dalam posisi tidur miring kekiri
d. Menganjurkan ibu untuk nafas panjang jika ada kontraksi dengan
cara tarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut d. Ibu sudah minum air putih dan teh pukul 06.30 wib
e. Ibu mengerti dan menarik nafas panjang melalui hidung
dan dikeluarkan melalui mulut jika ada kontraksi
07.36 WIB 7. Menyiapkan mental ibu dengan cara: 07.38 WIB 7. Ibu tampak tenang dan siap untuk bersalin
a. Memberi motivasi pada ibu agar tidak cemas menghadapi Ibu berkata bahwa suami dan keluarganya selalu
persalinan mendampingi selama proses persalinan nanti
b. Menganjurkan ibu untuk banyak berdoa selama proses persalinan
c. Menganjurkan suami untuk selalu mendampingi ibu selama proses

30
persalinan
07.38 WIB 8. Menyiapkan alat, obat, perlengkapan ibu dan bayi, yaitu: 07.40WIB 8. Alat, obat-obatan, perlengkapan ibu dan bayi sudah
a. Alat (partus set) dipersiapkan di ruang bersalin
Gunting tali pusat, tali pengikat, 2 klem koker, 1 gunting
episiotomi, 1 spuit, 5 kassa steril, De Lee suction, hecting set,
duk, tensimeter, termometer, jam, kom air DTT, korentang,
tempat sampah kering dan basah, tempat linen, bak larutan
klorin, bak air DTT, tempat plasenta.
b. Obat-obatan terdiri dari : oxytosin 2 ampul, lidocain, salep mata,
vitamin K.
c. Perlengkapan ibu terdiri dari : celana dalam, pembalut, baju dan
jarik.
d. Persiapan bayi terdiri dari : bedong, popok, gurita, baju bayi, topi,
sarung tangan dan kaki.
11.45 WIB 9. Melakukan pemantauan Kala I dengan pengawasan 10, yaitu: 11.45 WIB 9. Pemantauan Kala I dengan pengawasan telah dilakukan dengan
hasil:
a. Tiap 30 menit berupa:
1) Pernafasan a. Tiap 30 menit pertama berupa:
2) Nadi 1) Pernafasan
3) DJJ 20 kali permenit
4) Kontraksi 2) Nadi
b. Tiap 4 jam berupa: 82 kali permenit
1) KU 3) DJJ
2) TD 10 – 10 – 10 = (30 x 4) = 120 kali permenit
3) Suhu 4) Kontraksi
4) Bandle Ring 3x/10’/30”
5) PPV b. Tiap 4 jam pertama berupa:
6) Tanda kala II 1) KU

31
Baik
2) TD
110/80 mmHg
3) Suhu
36,5 ºC
4) Bandle Ring
Tidak ada
5) PPV
Ketuban jernih dan Lendir darah
6) Tanda kala II
dorongan meneran, keluar lendir darah

11.46 WIB 9. Menganjurkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam 11.47 WIB 9. Ibu sudah mengikuti instruksi bidan dengan menarik nafas
dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung dan keluarkan yang dalam dan mengeluarkan perlahan-lahan jika terdapat
lewat mulut jika terdapat kontraksi kontraksi
12.00 WIB Pemantauan Kala I telah dilakukan dengan hasil:

Tiap 30 menit kedua berupa:

1) Pernafasan
21 kali permenit
2) Nadi
80 kali permenit
3) DJJ
11- 10 – 10 = (31 x 4) = 124 kali permenit
4) Kontraksi
4x/10’/40”

32
12.00 WIB 10. Anjurkan ibu untuk makan dan minum sedikit – sedikit saat tidak ada 12.02 WIB 10. Ibu sudah makan roti dan biscuit serta minum teh manis
kontraksi sebagai tenaga ketika mengejan dan persalinan nanti. hangat 1 gelas
12.30 WIB Pemantauan Kala I telah dilakukan dengan hasil:

Tiap 30 menit ketiga berupa:

Pernafasan: 20 kali permenit

Nadi: 81 kali permenit

DJJ: 11 - 11 – 10 = (32 x 4) = 128 kali permenit

Kontraksi: 5x/10’/45”

11.45 WIB 11. Melakukan pemeriksaan dalam dengan indikasi menilai kemajuan 11.45 WIB 11. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
persalinan Keadaan jalan lahir :
Vulva : bersih, tidak ada odem,
tidak ada varises
OUE : membuka
Vagina : tidak ada odem
Keadaan porsio
Effacement : penipisan 80 %
Pembukaan : 8 cm
Kulit ketuban : -
Presentasi : kepala
POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jam
12
Penurunan BBJ : H III
Tanda-tanda maoulage : tidak ada
Bagian menumbung : tidak ada

33
CATATAN IMPLEMENTASI
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Jam IMPLEMENTASI Jam EVALUASI
Ibu mengatakan Status obstetrikus Diagnosa kebidanan 1. Beri tahu ibu sudah 18.20 1. Memberitahu ibu sudah 18.22 1. Ibu sudah mengerti hasil
perutnya semakin DJJ : frekuensi : 11-12-12, G1P0A0 umur 20 tahun memasuki inpartu wib memasuki inpartu kala I wib pemeriksaan yang
mules reguler, irama teratur, jumlah hamil 39 minggu 4 hari, kala I fase aktif fase aktif diberikan
Ibu mengatakan 140x/menit, puntum janin tunggal, hidup 2. Lanjutkan 18.25 2. Melanjutkan 18.45 2. KU : baik
ingin buang air maximum dibawah pusat kiri intrauteri, letak pengawasan 10 wib pengawasan 10 WIB N : 88x/menit
besar ibu membujur, PUKI, meliputi a. KU RR : 24x/menit
Kontraksi uterus : 5x/10’/45” presentasi kepala sudah a. KU b. Nadi His : 4x/10’/45”
Pemeriksaan dalam masuk PAP inpartu kala b. Tekanan Darah c. RR
DJJ : 11,12,12, irama
Keadaan jalan lahir : I fase aktif dengan c. Nadi d. Suhu
Vulva : bersih, tidak ada ketuban pecah dini. d. RR e. His teratur
odem, tidak ada varise Masalah : tidak ada e. Suhu f. DJJ Bandle ring : -
OUE : membuka f. His g. Bandle Ring PPV : ketuban jernih dan
Vagina : tidak ada odem g. DJJ h. PPV lendir darah
Keadaan porsio h. Bandle Ring i. Tanda Kala II Tanda kala II : ada
Effacement : penipisan 80 % i. PPV j. Tekanan Darah dorongan meneran,
Pembukaan : 8 cm j. Tanda Kala II perineum menonjol,
Kulit ketuban : (-) vulva membuka
Presentasi : belakang kepala TD : 120/80 mmHg
POD dan posisi POD : UUK
S : 360C
dan posisi UUK arah jam 12
Penurunan BBJ : H III
Tanda-tanda moulage : tidak 2. Pantau kemajuan 18.50 1. Memantau kemajuan 19.00 1. Hasil pemeriksaan yang
ada persalinan dengan wib persalinan dengan WIB dilakukan
Bagian menumbung: tidak periksa dalam periksa dalam a. Genitalia : terdapat
lendir darah, tidak ada

34
ada PMS, perineum
menonjol
1) Vulva : bersih, tidak
ada odem, tidak
ada varises
2) OUE : membuka
3) Vagina : tidak ada
odem dan tidak
ada peradangan
b. Pemeriksaan dalam
1) keadaan jalan lahir :
tenang, tidak ada
pembengkakan
2) keadaan porsio
effacement : 100%
pembukaan : 10 cm
3) Kulit ketuban :
negatif (-)
4) Presentasi : kepala
5) POD dan posisi
POD : UUK dan
posisi UUK arah
jarum jam 12
6) Penurunan BBJ :
penurunan HODGE
III+
7) Tanda – tanda
moulage : tidak ada
8) Bagian menumbung
: tidak ada
c. Anus : tidak ada
hemoroid, ada tekanan
pada anus
Ibu mengatakan Status obstertikus Diagnosa kebidanan Beritahu ibu bahwa 19.06 Memberitahu ibu bahwa 19.07 Ibu sudah mengetahui hasil

35
merasakan ingin Tanda inpartu kala II : G1P0A0 Inpartu kala II pembukaannya sudah wib pembukaannya sudah wib pemeriksaan dan ibu siap untuk
buang air besar Ada tekanan pada anus dengan KPD lengkap dan ini sudah lengkap persalinannya
Ibu mengatakan Perineum menonjol Masalah : tidak ada masuk inpartu kala II
ada rasa ingin Vulva membuka Siap alat 19.08 Menyiapkan alat 19.09 Patahkan ampul oksitosin, buka
meneran Periksa dalam wib wib spuit, masukan kedalam bak
Genitalia : terdapat lendir instrumen
darah, tidak ada PMS Siap diri 19.10 Menyiapkan diri 19.11 Menggunakan APD celemek
Vulva : bersih, tidak ada wib menggunakan APD wib
odem, tidak ada varises
OUE : membuka Periksa DJJ saat tidak 19.12 Memeriksa DJJ saat tidak 19.13 Ibu senang dengan hasil
Vagina : tidak ada odem dan ada kontraksi dan wib ada kontraksi dan memberi wib pemeriksaan yang dilakukan
tidak ada beritahu ibu dan bapak tahu bapak bahwa janin bahwa ia dan bayinya dalam
Keadaan jalan lahir : tenang, dalam keadaan baik-baik keadaan baik-baik saja dan
tidak ada pembengkakan saja dan berikan makan bersedia diberikan
Keadaan porsio atau minuman jika tidak ada makan/minuman
Effacement : 100% kontraksi
Pembukaan : 10 cm Anjurkan ibu posisi 19.14 Menganjurkan ibu posisi 19.15 Ibu mengatakan nyaman jika
Kulit ketuban : negatif (-) senyaman mungkin wib senyaman mungkin wib tidur terlentang
Presentasi : belakang kepala Anjurkan ibu untuk 19.16 Mengajari ibu meneran yang 19.17 Ibu sudah bisa meneran
POD dan posisi POD : UUK meneran saat ada wib benar wib dengan benar saat ada
dan posisi UUK arah jarum kontraksi kontraksi
jam 12 Lakukan pertolongan bayi 19.17 Melakukan pertolongan 19.25 Bayi lahir spontan jenis kelamin
Penurunan BBJ : penurunan dan lahirkan bayi wib pada bayi baru lahir wib perempuan
HODGE III+ Saat kepala tampak 5-6 cm
Tanda – tanda moulage : di depan vulva letakkan kain
tidak ada di atas perut ibu
Bagian menumbung : tidak Meletakkan dook steril yang
ada sudah dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
Cek kelengkapan partus set
Memakai handscoen steril
pada kedua tangan
Setelah tampak kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm di

36
depan vulva, lindungi
perineum dengan tangan
kanan yang di alasi dook
steril, tangan kiri melindungi
verteks untuk mencegah
defleksi maksimal dan
membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk
meneran secara perlahan-
lahan atau bernafas dangkal
dan cepat
Memeriksa kemungkinan
adanya lilitan tali pusat
tunggu putaran paksi luar
secara spontan
Memegang bayi secara
biparietal menganjurkan ibu
untuk meneran saat
kontraksi
Dengan lembut gerakan
kepala bayi ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan
keatas untuk melahirkan
bahu belakang.
Kemudian lakukan sangga
susur yaitu memindahkan
tangan kiri untuk menyusur
lengan, dada, punggung
sampai kedua kaki bayi lahir
Lakukan penilaian selintas 19.25 wib Melakukan penilaian selintas 19.25 Bayi lahir menangis kuat,warna
dan letakkan bayi diatas wib kemerahan, gerakan aktif, bayi
kain kering dan sudah dibersihkan
mengeringkan bayi dengan
menggunakan kain bersih

37
dan kering
Ibu mengatakan Status present Diagnosa kebidanan Periksa kembali uterus ibu 19.25 wib Memeriksa kembali uterus 19.25 Janin tunggal
perutnya terasa Perut G1P0A0 inpartu kala III untuk memastikan tidak ibu untuk memastikan tidak wib
mules TFU : setinggi pusat dengan kpd ada janin kedua ada janin kedua
Kontraksi : keras Beritahu ibu akan di 19.26 wib Memberitahu ibu akan di 19.26 Ibu bersedia untuk disuntikkan
Vulva : tali pusat berada di suntikkan oksitosin suntikkan okitosin agar wib oksitosin
depan vagina, ada semburan uterus berkontraksi dengan
darah, talipusat memanjang baik
PPV : ± 50cc Suntikkan oksitosin 19.27 wib Menyuntikkan oksitosin 10 19.27 Oksitosin sudah di suntikkan di
IU secara IM di paha 1/3 wib paha ibu
paha atas lateran dengan
sudut 900
Jepit, potong dan ikat tali 19.28 wib Menjepit tali pusat dengan 19.28 Umbilikal sudah dipotong, bayi
pusat dan lakukan IMD umbilikal klem 3 cm dari wib sudah berada di dada ibu untuk
umbilikal bayi. Mengarah ke dilakukan IMD, bayi diselimuti
arah distal dan jepit kembali dan diberi topi
tali pusat dengan jarak 2 cm
dari klem
Melindungi perut bayi
dengan tangan kiri,
kemudian memotong tali
pusat
Meletakkan bayi di dada ibu
agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi untuk melakukan
IMD
Selimuti bayi dengan kain
bersih dan kering beri topi
Lakukan aktif manajemen 19.28 WIB Melakukan manajemen aktif 19.30 Plasenta lahir spontan
kala III dan lahirkan kala III wib
plasenta Pindahkan klem 5-10 cm di
depan vulva
Meletakkan tangan kiri
diatas sympisis

38
Tangan kanan
menegangkan tali pusat
sejajar dengan lantai
dengan cara memegang
klem diantara jari telunjuk
dan jari tengah dengan
posisi tangan
menggenggam dan telapak
tangan menghadap keatas
Cek tanda pelepasan
plasenta : adanya semburan
darah, tali pusat semakin
memanjang, uterus
membulat
Setelah uterus berkontraksi,
menegangkan talipusat
kearah bawah sambil tangan
kiri mendorong uterus
kearah belakang atas (dorso
cranial)
Melakukan peneganagan tali
pusat terkendali dan
mendorong uterus secara
dorso cranial hingga
plasenta terlepas dari
implantasi
Meminta ibu sedikit meneran
sambil menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai,
kemudian kearah atas
mengikuti poros jalan lahir
(tetap melakukan dorso
cranial)
Memindahkan klem 5-10

39
dari vulva
Setelah plasenta tampak di
vulva, mengkap dan
memegang plasenta dengan
kedua tangan. Putar
plasenta searah jarum jam
dan pilin selaput ketuban
sehingga plasenta lahir
seluruhnya dimasukkan ke
dalam wadah yang telah
disediakan
Lakukan massase uterus 19.30 wib Melakukan massase fundus 19.30 TFU : 2 jari dibawah pusat
uterus untuk mengecek wib PPV : darah segar ± 50 cc
kontraksi Kontraksi keras
Cek kelengkapan 19.30 wib Mengecek kelengkapan 19.31 Plasenta lahir dengan kotiledon
plasenta plasenta wib lengkap, diameter ±20 cm,
berat ±500 gram, insersi lateral,
panjang tali pusat ±70 cm
Ibu mengatakan Keadaan umum : baik Diagnosa kebidanan Cek laserasi, nilai 19.31 wib Mengecek laserasi dan 19.32 Laserasi terdapat pada mukosa
bahwa perutnya Kesadaran : composmentis P1A0 kala IV perdarahan perdarahan dan wib vagina-otot perineum,
masih terasa Status Obstetri perdarahan ±10 cc
mulas Perut Lakukan heacting 19.33 wib Melakukan heacting pada 19.38 Sudah dilakukan heacting
Ibu mengatakan TFU : 2 jari dibawah pusat mukosa vagina-otot wib menggunakan benang catgut
bahwa ia senang Kontraksi : keras perineum dengan
dengan kelahiran Genitalia : luka laserasi di menggunakan benang
anaknya mukosa vagina- perineum catgut
PPV : darah segar ±50 cc
Pastikan uterus 19.38 wib memastikan uterus 19.39 Kontraksi keras, tidak ada
berkontraksi dengan baik berkontraksi dengan baik wib perdarahan yang berlebihan
Pindahkan bayi dari ibu ke 19.40 wib Memindahkan bayi dari 19.44 Bayi sudah dipindahkan dan
infant warmer dan lakukan dada ibu untuk dilakukan wib dihangatkan di dalam infant
pemeriksaan antropometri pengukuran antropometri warmer
dan berikan vit K dan dan mencegah terjadinya Hasil pemeriksaan antropometri
tetes mata hipotermi ke infant warmer yang dilakukan:

40
By ny S lahir jam 19.25 wib
jenis kelamin ♀
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
LK : 34 cm
LD : 32 cm
LiLA : 10 cm
AS : 9-10-10
Anus (+), mekonium (+)
Pemberian tetes mata 1/1
vit K (phytomenadion) 1x1 mg
Evaluasi kala IV 19.44 wib Mengevaluasi kala IV pada 19.45 Evaluasi kala IV setiap 15 menit
2 jam pertama yaitu setiap wib pada 1 jam pertama
15 menit pada 1 jam 19.45 wib
pertama dan 30 menit pada TD 110/60 mmHg
1 jam kedua N : 84 x/menit
S: 36,90C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung Kemih : kosong
PPV : 10cc
Ajarkan ibu untuk masase 19.46 wib Mengajarkan ibu cara 19.47 Ibu sudah bisa melakukan
uterus melakukan masase uterus wib masase uterus sendiri saat
dan menilai kontraksi kontraksi sudah melemah
Evaluasi dan nilai jumlah 19.48 wib Mengevaluasi dan menilai 19.49 Perdarahan ± 120 cc, kala I : ±
perdarahan jumlah perdarahan wib 10 cc, kala 2: ± 50 cc, kala III: ±
50cc, kala IV : ± 10 cc
Pantau tanda dan bahaya 19.50 wib Pantau tanda bahaya pada 19.51 Bayi berada di infant warmer
pada bayi 15 menit bayi meliputi nafas dan suhu wib dengan suhu 36,80C dan
bayi pernafasannya 55 x/menit

evaluasi 15 menit kedua 19.52 wib Mengevaluasi pada 15 menit 20.15 20.00 wib
Bersihkan tempat, ibu dan kedua, membersihkan wib Evaluasi 15 menit ke II
rendam alat, tempat, ibu dan merendam TD : 100/70 mmHg

41
alat N : 85 x/menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : keras
Kandung kemih : kosong
PPV : -
Ibu sudah di sibin, baju sudah
diganti dengan yang bersih,
tempat sudah dibersihkan, alat-
alat direndam dalam larutan
klorin.
Evaluasi 15 menit ketiga 20.16 wib Mengevaluasi post partum 20.40 Pukul 20.15 WIB dilakukan
dan ajari ibu untuk 15 menit ketiga dan wib evaluasi 15 menit ke 3 dengan
menyusui bayinya mengajarkan ibu untuk hasil
menyusui bayinya TD : 100/60 mmHg
N : 84 x/menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
PPV : -
Ibu bersedia untuk menyusukan
bayinya, dan lakukan evaluasi
selama 1 jam tetap jaga
kehangatan
Evaluasi 15 menit ke 4 20.41 wib Mengevaluasi 15 menit ke 4 20.50 Pukul 20.30 evaluasi ke 4
dan persiapkan ruang dan menyiapkan ruangan wib dengan hasil
untuk perawatan perawatan di baitu nisa 2 via TD : 110/70 mmHg
telpon N : 83 x/menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
PPV : -
Ruangan sudah dipersiapkan
Dokumentasi dan evaluasi 20.51 wib Mendokumentasikan dan 21.00 Dokumentasi pada partograf
30 menit pertama mengevaluasi post partum WIB sudah dilengkapi dan evaluasi

42
30 menit pertama 30 menit pertama pada pukul
21.00 wib
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,50C
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : keras
Kandung kemih : kosong
Perdarahan : 20 cc
Evaluasi 30 menit kedua 21.20 WIB Mengevaluasi 30 menit 21.30 Hasil :
kedua post partum WIB TD : 120/70 mmHg
N : 85 x/menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
PPV : -

43
44
63
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :
EGC.
Maria. 2007. Ketuban Pecah Dini Berhungan Erat Dengan Persalinan Preterm dan Infeksi Intrapartum.
Jakarta : CDK.
Menon R, Fortunato SJ. 2004. The Role of Matrix Degrading Enzymes and Apoptosis in Rupture of
Membrane. J Soc Gynecol Investig; 11(7): 427-37.
Mercer BM. 2003. Preterm Premature Rupture of the Membranes. In : High Risk Pregnancy Series: An
Expert Review, Elsevier; 101(1) : 178-93.
Mercer BM, Crocker LG, Pierce WF. 2016. Clinical characteristics and outcome of twin gestation
complicated by preterm premature rupture of the membrane.
Mochtar R. 2007. Sinopsis Obstetri. Jilid Edisi 3. Jakarta ;EGC.
Modena AB. 2004. Amniotic fluid dynamics. Acta Bio Medica Ateneo Parmense 75(1): 11-3.
Morgan G, Hamilton C. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta : EGC.
Varney H. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.hlm. 36- 9.
Wiknjosastro H,Saifuddin A, Rachimhadhi T. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4Cetakan ke-2. Jakarta:
Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

63
64

Anda mungkin juga menyukai