Anda di halaman 1dari 4

PEME RINTAH KABUPATEN TEGAL

RSUD DOKTER SOESELO


Alamat : Jl . Dr. Sutomo No .63 Tlp, (0283) 491016- 491761, Fax.491016 Slawi
52419
http//www.rsud-drsoeselo.com
E-mail : rsud.soeselo@yahoo.com

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SINDROM KORONER AKUT DENGAN ELEVASI ST ( STEMI )


1. Pengertian (Definisi) kejadian oklusi mendadak di arteri koroner epikardial dengan gambaran
EKG elevasi segmen ST
2. Anamnesis - Nyeri dada : - substernal
- lama > 20 menit
- disertai keringat dingin
- dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, ulu hati
- Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan, merokok
3. Pemeriksaan Fisik Secara umum dalam batas normal kecuali disertai komplikasi
dan atau komorbiditi bisa terdapat gejala dan tanda sebagai
berikut
1. Pucat
2. Ekstremitas teraba dingin
3. Takikardi dan atau hipertensi (pada anterior infark)
4. Bradikardi dan atau hipotensi (pada inferior infark)
5. Bisa terdapat bunyi jantung III dan IV
6. Pansistolik murmur akibat disfungsi katup mitral (mitral
regurgitasi)
7. Pulsasi karotis menurun bila terdapat syok kardiogenik

4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis


2. EKG :
 Kriteria EKG untuk diagnosis acute STEMI tanpa LBBB adalah
ST Elevasi baru, paling tidak pada dua contiguous leads > 2
mm (0,2 mV) pada laki-laki, atau > 1,5 mm (1,5 mV) pada
perempuan di lead V2-V3 dan/ atau > 1 mm (0,1 mV) pada
contiguous leads lainnya atau limb leads.
 Kriteria EKG untuk diagnosis acute STEMI dengan LBBB
baru/persangkaan baru juga disertai dengan elevasi segmen
ST ≥1 mm pada sadapan dengan kompleks QRS positif (skor
5),depresi segmen ST ≥1 mm di V1-V3 (skor 3), diskordan ST
elevasi > 5 mm pada lead dengan QRS negatif (skor 2). Bila
skor lebih atau sama dengan 3 maka dikatakan positif.
5. Diagnosis Kerja Sindrom Koroner Akut Dengan Elevasi Segmen ST
6. Diagnosis Banding 1. Angina prinzmetal 5. Early repolarisasi
2. LV aneurysm 6. Pacemaker
3. Perikarditis 7. LBBB lama
4. Brugada
7. Pemeriksaan 1. EKG
penunjang 2. Laboratorium: Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, CK-MB, Troponin,
Ureum, , Kreatinin, Gula darah sewaktu, SGOT,
SGPT, Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium,profil lipid ,
gula darah puasa, gula darah 2 jam post prandial,
HbA1C,asam urat
3. Rontgen Thoraks AP
4. Ekokardiografi

8. Terapi 1. Fase Akut di


UGD:
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4 liter/menit
c. Pemasangan IVFD
d. Obat-obatan :
- Aspilet 160 mg kunyah
- Clopidogrel (untuk usia < 75 tahun dan tidak rutin
mengkonsumsi clopidogrel) berikan 300 mg jika pasien
mendapatkan terapi fibrinolitik atau Clopidogrel 600mg atau
Ticagrelor 180mg jika pasien mendapatkan primary PCI
- Atorvastatin 40mg atau Rosurvastatin 20 mg
- Nitrat (ISDN) sublingual 5 mg dapat diulang sampai 3 (tiga)
kali jika masih ada keluhan, dan dilanjutkan dengan nitrat iv
bila keluhan persisten, nitrat iv dalam bentuk ISDN 1-
10mg/jam atau Nitrogliseri 5-200 mikro/menit
- Morfin 2-4 mg iv jika masih nyeri dada dapat diulang sampai
3 (tiga) kali pemberian dengan jeda 5 menit
e. Monitoring jantung
f. Jika onset < 12 jam:
- Fibrinolitik (di IGD)
Kontraindikasi absolut fibrinolitik
 Perdarahan intrakranial kapanpun
 Stroke iskemik kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 jam
 Tumor intrakranial
 Adanya kelainan stuktur vaskular serebral (AVM)
 Kecurigaan diseksi aorta
 Perdarahan internal aktif
 Cedera kepala tertutup atau cedera wajah dalam 3 bulan
terakhir
Jenis
 Tissue plasminogen Activator (tPA) : 15 mg bolus iv
lanjutkan 50 mg selama 30 menit lalu 35 mg selama 60
menit
 Streptokinase : 1,5 juta unit iv selama 1 jam
atau
- primary PCI (di Cathlab) bila terdapat fasilitas, dan SDM
di cathlab siap melakukan dalam 2 jam

2. Fase Perawatan Intensif di CVC ( 2 x 24 jam ):


a. Obat-obatan:
- Atorvastatin 1 x 40mg atau Rosurvastatin 1x20mg
- Aspilet 1 x 80mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg atau Ticagrelor 2 x 90mg
- Bisoprolol 1 x 1.25 mg jika fungsi ginjal bagus, Carvedilol
2 x 3,125 mg jika fungsi ginjal menurun, dosis dapat di uptitrasi;
diberikan jika tidak ada kontraindikasi
- Ramipril 1 x 2,5 mg jika terdapat infark anterior atau LV
fungsi menurun EF <50%; diberikan jika tidak ada
kontraindikasi
- Jika intoleran dengan golongan ACE-I dapat diberikan
obat golongan ARB: Candesartan 1 x 16 mg,
Valsartan 2 x 80 mg
- Obat pencahar 2 x 1 sendok makan
- Diazepam 2 x 5 mg
- Jika tidak dilakukan primary PCI diberikan heparinisasi dengan:
o UF heparin bolus 60 Unit/kgBB, maksimal 4000
Unit, dilanjutkan dengan dosis rumatan 12
Unit/kgBB maksimal
1000 Unit/jam atau
o Enoxaparin 2 x 60 mg (sebelumnya dibolus 30 mg iv)
atau
o Fondaparinux 1x 2,5 mg
b. Monitoring kardiak
c. Puasa 6 jam
d. Diet Jantung I 30kkal/kgBB/24 jam
e. Total cairan 30 cc/kgBB/24 jam
f. Lab.: profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam
urat

3. Fase perawatan biasa:


a. Sama dengan langkah 2 a-f (diatas)
b. Stratifikasi Risiko untuk prognostik sesuai skala prioritas pasien
(pilih salah satu) : 6 minutes walk test, Treadmill test,
Echocardiografi Stress test, Stres s test perfusion scanning
atau MRI
c. Rehabilitasi dan Prevensi sekunder
9 Edukasi 1. Edukasi gizi dan pola makan
2. Edukasi faktor risiko
3. Edukasi gaya hidup sehat
4. Edukasi obat-obatan

10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens IV
12 Tk. Rekomendasi C
13 Indikator Medis 80% Pasien dengan elevasi segmen ST kurang dari 12 jam dilakukan
reperfusi primer (PCI/ Fibrinolitik)
14 Penelaah Kritis SMF Jantung dan Pembuluh Darah
SMF Penyakit Dalam
15 Kepustakaan 1. S. Gabriel, J. Stefan K., A. Dan, B.Luigi, et all . ESC Guidelines for
the management of acute myocardial infarction in patients
presenting with ST- segment elevation The Task Force on the
management of ST-segment elevation acute myocardial infarction of
the European Society of Cardiology (ESC). European Heart Journal
2012; 33: 2569-2619
2.FoxK,GarciaMA,ArdissinoD,BuszmanP,CamiciPG,CreaF,DalyC,DeBac
kerG, Hjemdahl P. Guidelines on the management of stable angina
pectoris: executive summary: The Task Force on the Management of
Stable Angina Pectoris of the European Society of Cardiology. Eur
Heart J 2006;27:1341–1381.

Anda mungkin juga menyukai