Anda di halaman 1dari 7

Jenis-jenis Kerusakan pada Perkerasan Lentur

(Flexible Pavement)

1.  Retak (Crack)
Retak adalah suatu gejala kerusakan permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya. Didalam
pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material. Ketika
pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi disekitar bagian tersebut,
sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam dan
terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya.
Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material
tersebut.

Retak/craking yang umum diikenal dapat dibedakan atas :

A. Retak Halus (Hair Cracking)


Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm.
Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
 Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
 Akibat lanjutan:
1. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan
ketidak-nyamanan berkendaraan.

Dalam tahap perbaikan, sebaiknya dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika
dibiarkan berlarut-larut retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.

B. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)


Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-
kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya
daerah dimana terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya
luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban
yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
 Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
 Akibat lanjutan:
1. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
2. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm,
sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke
lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian
yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai
dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas
harus diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.

C. Retak Pinggir  (edge crack)


Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi
tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan
atau tanpa cabang  yang  mengarah  ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang
saling sejajar.
 Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis ekspansif
clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak
tepi
 Akibat lanjutan:
1 Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu
kenyamanan berkendaraan.
2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.

Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan
drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan
mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.

D. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)


Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini
dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
 Kemungkinan penyebab:
1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan
3. Drainase kurang baik.
4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

 Akibat lanjutan:
1. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat
meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
2. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

E. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)


Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas
dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa
celah yang saling sejajar.
 Kemungkinan penyebab
1. ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
 Akibat lanjutan:
1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu
kenyamanan berkendaraan.
2. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam
celah-celah yang terjadi.

F. Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)


Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada
sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
 Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan lama.
 Akibat lanjutan:
1. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan danakan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
G. Retak Refleksi (reflection crack)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk
memanjang(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks),
ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya.
Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaikisecara benar sebelum
pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
 Kemungkinan penyebab:
1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)sebagai akibat
perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.
2. Perbedaan penurunan ( settlement  ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan
struktur perkerasan.
 Akibat lanjutan:
1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu
kenyamanan berkendaraan.
2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.Untuk retak
memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan denganmengisi celah-
celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali
dengan bahan yang sesuai.

H. Retak Susut (shrinkage crack)


Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan
sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri
blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
 Kemungkinan penyebab:
1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi
rendah.
2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
 Akibat lanjutan:
1. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan
danmengganggu kenyamanan berkendaraan.
2. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (  potholes ).

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan
dilapis dengan burtu.

I. Retak Selip (slippage crack)


Kerusakan ini sering disebut dengan  parabolic cracks, shear cracks, atau
crescent  shaped cracks. Bentuk  retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk
seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama
denganterbentuknya sungkur ( shoving ).
 Kemungkinan penyebab:
1.Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan
kurangnya aspal/ permukaan berdebu
2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin
penghampar aspal/ mesin lainnya.
 Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akanmengganggu
kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).

Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi atas lemahnyatanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi atas beberapa jenis
diantaranya:

A. Alur (ruts)
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan
tempatmenggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Kemungkinan disebabkan oleh lapis perkerasan
yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pemadatan akibat repetisi beban
lalu lintas pada lintasanroda. Campuran aspal stabilitas rendah dapat pula menimbulkan
deformasi plastis.
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

B. Keriting (corrugation)
 Kemungkinan penyebab:
1.Rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
2.Banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat dan licin
3.Aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi
4.Lalu lintas dibukia sebelum perkerasan mantap.

 Keriting dapat diperbaiki dengan cara :


a. Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis
pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru.
b. Bahan pengikat mempunyai ketebalan >5cm, lapis tersebut diangkat dan diberi
lapisan baru.
C. Sungkur (shoving)
Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti,
kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa
retak.Penyebab kerusakan sama dengan keriting. Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan
dilakukan pelapisan kembali.

D. Amblas (grade depression)


Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang
direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan
tanah dasar mengalami settlement.

 Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:


a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen,
lataston, laston.
b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan
apis yang sesuai

E. Jembul (upheaval)
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat
adanya pengembangan tanah dasar ekspansip. Perbaikan dilakuan dengan membongkar
bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)


Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis
dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:

A. Lubang ( Potholes )
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi dari
kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air sampaike dalam lapis
permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
 Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a)  Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
b)  Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
c)  Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2.  Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapis
perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan
mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis kembali
dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan
perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

B. Pelepasan butir (raveling)


Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang sama
dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan

C. Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)


Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis
permukaan dan lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Dapat diperbaiki
dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapis dengan buras. Disebabkan
oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya

4. PENGAUSAN (POLISHED AGGREGATE)


Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap
roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.Dapat diatasi dengan
latasir, buras, latasbum.

5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)


Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda,
dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat. Dapat diatasi dengan
menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan diberi
lapisan penutup.

Anda mungkin juga menyukai