Anda di halaman 1dari 6

Komunikasi yang tidak efektif biasanya tidak terpenuhinya tujuan untuk memudahkan

orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan oleh seorang pemberi pesan
(komunikator). Selain itu, komunikasi yang tidak efektif juga tidak tercapainya tujuan informasi
yang disampaikan, sehingga tidak menimbulkan feedback dari si penerima pesan (komunikan).

Feedback atau dikenal juga dengan umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke
sumbernya (Clement dan Frandsen, 1976). Umpan balik dapat berasal dari komunikator atau
komunikan. Umpan balik adalah pesan, maka pesan tersebut dapat berupa verbal maupun
nonverbal.

 Contoh feedback nonverbal: tanggapan secara tidak langsung/tersirat (tersenyum,


mengernyitkan dahi, tepuk tangan, tamparan di pipi).
 Contoh feedback verbal : tanggapan langsung berupa lisan ataupun tulisan/tersurat. (ngobrol,
balasan surat, klarifikasi secara langsung terhadap suatu hal)

 Feedback adalah dua kata jadian / bentukan dalam bahasa Inggris yang terdiri dari
kata feed (artinya: memberi makan) dan back (artinya: kembali). Arti harfiah kata
ini adalah “memberi makan kembali”, tapi makna yang sebenarnya adalah
“memberi masukan kembali”.
 Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis
antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka
dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator,
pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil
kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima
unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan komunikasi.
 Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran
kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya.
Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat
’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal.
Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya ditentukan oleh umpan
balik sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia
naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
 Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai
komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita
tersampaikan atau tidak. Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun
respon positif. Contoh kecil ketika kita berceramah atau berpidato di depan
khalayak umum. Maka kita akan dapat melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh
pendengar di depan kita. Mungkin ada yang tekun memperhatikan, ada yang
mengobrol dengan teman di sampingnya, ada yang menguap karena bosan, atau
melakukan interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku atau reaksi yang
dilakukan oleh penonton di depan kita merupakan umpan balik yang langsung
diberikan kepada kita sebagai komunikator.
 Orang yang mendengarkan dengan tekun mungkin memberikan respon positif
sedangkan yang mengobrol dengan teman di sampingnya memberikan respon
negatif. Namun, kesimpulan ini tidak kaku. Artinya, mungkin tubuh orang yang
‘kelihatan’ tekun mendengarkan, berada di depan kita, sedangkan pikirannya jauh
berada di luar sana. Namun sebaliknya, orang yang mengobrol dengan temannya,
mungkin sedang asyik berdiskusi tentang apa yang kita sampaikan. Bahkan, diam
pun bisa disebut sebagai umpan balik yang menandakan dua hal, apakah ia
mengerti atau tidak sama sekali.
 Bila komunikasi memungkinkan para partisipannya untuk saling
berhadapan wajah (face to face) maka feedback yang paling mendasar adalah
tatapan mata (eyes contact). Mata yang menatap komunikator menunjukkan bahwa
(para) komunikan benar-benar memperhatikannya. Ini tentu saja berlangsung secara
dua arah. Artinya agar seorang komunikan menatap mata seorang komunikator, ia
harus terlebih dahulu menatap mata-nya. Selain itu, ini harus dilakukan dengan
sewajar / se-natural mungkin. Secara naluriah, bila kita berbicara secara tatap muka
dengan seseorang, kita akan melakukan itu. Dalam konteks komunikasi dengan
sekelompok orang / komunikasi kelompok, komunikator sebaiknya menjadi pihak
yang mengambil inisiatif melakukan ini. Ia hendaknya membagi tatapan matanya
kepada semua pihak yang hadir, tidak pada seseorang atau sekelompok orang saja.
Ini sangat penting untuk membantu menciptakan suasana yang efektif bagi
pencapaian tujuan komunikasi.
 Dengan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa fungsi feedback adalah
sebagai mekanisme kendali untuk mengetahui apakah perilaku komunikasi seorang
komunikator telah efektif untuk mencapai sasarannya.
 Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis
merupakan variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi
pada konteks komunikasi yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback
tersebut adalah :
 1. Feedback Positif – Feedback Negatif
 Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang
menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama
dengan komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak
menunjukkan perlawanan / pertentangan.
 Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius,
mencatat, responsif ketika ditanya.
 Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang
menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar
dari mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau
bahkan diri sang komunikator. Segalanya sesuatu yang merupakan lawan dari
feedback positif adalah feedback negatif.
 Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya
dengan yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk,
memotong pembicaraan / interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk-
out tanpa izin dari komunikator, dan sebagainya.

 2. Feedback Netral – Feedback Zero
 Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat /
gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback
netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif.
 Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …
 Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator.
Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari
komunikan.
 Contohnya : ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan hal
yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.
 3. Feedback Internal – Feedback Eksternal
 Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala yang
menjadi feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut
feedback internal. Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan
sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan, maka
yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada feedback
internal pada diri komunikator.
 Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan.
Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi
wajah tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika
komunikasi tengah berlangsung.
 4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal
 Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang disampaikan
komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu yang sedang
berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi (memotong
pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan ketika
komunikator sedang menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa secarik
kertas yang ditulisi yang mengatakan sesuatu kepada yang sedang berbicara agar ia
segera berhenti karena waktu untuknya sudah habis. Harap diingat pengertian
verbal di sini. Pesan komunikasi yang verbal adalah yang bentuknya merupakan
wujud dari penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan atau tulisan.
 Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan,
seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk
senyuman, isyarat tangan, dan sebagainya.
 5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung
 Beberapa ahli komunikasi tidak sepakat dengan adanya dua jenis feedback ini.
Alasannya adalah, feedback seharusnya adalah sesuatu yang tampak / dapat
diidentifikasi keberadaannya ketika sebuah proses
komunikasi tengah berlangsung, bukan sesudahnya. Bila sesudahnya, maka itu
berarti merupakan respon atau tanggapan. Mereka menyatakan ini karena
pengertian feedback langsung (immediate feedback) adalah feedback yang
ditunjukkan ketika komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung
(delayed feedback) adalah feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah
selesai. Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan antara
komunikasi interpersona dan komunikasi massa. Pada komunikasi interpersona,
jelas untuk sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau segera. Artinya,
orang yang berbicara / komunikator akan dapat segera mengetahui bagaimana
reaksi si komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena
situasinya tatap muka). Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar,
misanya. Para pembaca tidak dapat memberikan feedback yang segera. Feedback
mereka dapat disampaikan melalui surat pembaca yang biasanya waktunya adalah
cukup lama sejak apa yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga
surat pembaca dapat dijadikan contoh sebagai feedback tidak langsung.
 Bila kita berpegang pada pengertian yang sebenarnya dari feedback, kedua jenis
feedback terakhir ini dapat dikatakan sebagai sekedar sebuah kiasan. Feedback
sifatnya harus segera dan disampaikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.
Oleh karena itu feedback dapat pula kita katakan sebagai sebuah reaksi komunikan.
Akan tetapi bila penyampaiannya adalah pada saat sebuah proses komunikasi telah
berlangsung, maka itu dapat kita katakan sebagai sebuah respon atau tanggapan.
 Feedback sangat penting dalam Komunikasi sehari-hari. Nilai pentingnya bukan
saja pada kemampuan komunikator bagaimana ia bisa menafsirkan isyarat / gejala
yang ditunjukkan kemudian mengambil tindakan yang memperbaiki keadaan,
namun juga dari sisi komunikan, di mana seringkali muncul kebutuhan untuk
menyampaikan feedback secara sengaja. Bila X berbicara dengan begitu percaya
diri namun pada saat yang sama ia tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sedang
menyinggung perasaan seseorang yang ada di sekitarnya, bagaimana kita sebagai
salah satu komunikannya memberitahu X secara tidak langsung agar ia dapat
mengubah perilaku komunikasinya ? Di sinilah pengertian menyampaikan feedback
(secara sengaja). Untuk sebagian besar kemampuan menyampaikan feedback secara
sengaja kita perlukan pada saat kita menghadapi situasi di mana yang seharusnya
dikatakan tidak bisa dikatakan begitu saja.

Anda mungkin juga menyukai