PENDAHULUAN
1
Irwan Hura (16011002)
3. Penampang Melintang Jalan
Bagian-bagian jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median,
drainase permukaan, kelandaian serta galian dan timbunan.
2
Irwan Hura (16011002)
3. Alinyemen Vertikal
Pada perencanaan alinyemen vertical, terdapt dua jenis tipe lengkung vertical, yaitu :
A. Lengkung vertical cembung.
B. Lengkung vertical cekung.
4. Galian dan timbunan.
5. Pekerjaan Tanah/Kubikasi.
3
Irwan Hura (16011002)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa tinjauan
Peninjauan ini akan dijelaskan bada subbab ini. alinyemen horizontal, alinyemen vertikal,
penampang melintang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya adalah kelas jalan,
kecepatan rencana, keadaan topografi, standar perencanaan, penampang melintang, volume lalu
lintas, keadaan topografi, alinyemen horizontal, alinyemen vertical, dan bentuk tikungan.
4
Irwan Hura (16011002)
2.1.2 Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang diizinkan pada
suatu perencanaan jalan sehingga meminimkan kecelakaan kendaraan yang terjadi. Dalam hal ini
harus disesuaikan dengan kelas jalan yang direncanakan.
5
Irwan Hura (16011002)
- Lebar bahu jalan
- Jumlah tikungan dan tanjakan sedikit
Kapasitas rencana yaitu kapasitas jalan untuk perencanaan yang dinyatakan sebagai
jumlah kendaraan yang melalui suatu tempat dalam satu satuan waktu (jam)
Kapasitas mungkin yaitu jumlah kendaraan yang melalui titik pada suatu tempat
dalam satuan waktu dengan memperhatikan percepatan atau perlambatan yang
terjadi pada jalan tersebut.
6
Irwan Hura (16011002)
Jarak Pandang Menyiap
Jarak pandang menyiap adalah panjang bagian suatu jalan yang diperlukan oleh
pengemudi suatu kendaraan untuk melakukan gerakan menyiap kendaraan lain yang lebih
lambat dan aman. Faktor-faktor yang mempengeruhi :
1. Kecepatan kendaraan yang bersangkutan.
2. Kebebasan.
3. Reaksi.
4. Kecepatan pengemudi.
5. Besar kecepatan maksimum kendaraan.
7
Irwan Hura (16011002)
bagian lurus dengan radius tak hingga di awal spiral (kiri TS) dan bagian berbentuk lingkaran
dengan radius Rc diakhir spiral (kanan SC). Titik TS adalah titik paralihan bagian lurus kebagian
yang berbentuk spiral dan titik SC adalah titik paralihan bagian spiral ke bagian lingkaran.
Guna membuat ruangan untuk spiral sehingga lengkung lingkaran dapat ditempatkan di
ujung lengkup spiral, maka lengkung lingkara tersebut digeser kedalam pada posisi FF, dimana
HF=FF=P terletak sejauh K dari awal lengkung paralihan.
LC untuk lengkung S-C-S ini sebaiknya > 20 m sehingga dalam perencanaan
mempergunakan tabel 2.1 maka radius yang dipergunakan harus memenuhi syarat tersebut.
8
Irwan Hura (16011002)
2.3. Rumus-rumus Yang Digunakan.
Berdasarkan peta topografi yang disediakan, dimana titik asal dan tujuan telah
ditentukan, dilakukan pencarian lintasan dengan memperhatikan situasi medan. Kontur terus
ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan
Raya (PPGJR) No.13 tahun 1970 serta ketentuan lain yang diberikan pada perencanaan ini.
a.) Perhitungan jarak dari titik ke titik dengan metode phytagoras
2
A - X= √( XPI 1− XA ) + ( YPI 1 − YA )2
dengan:
A-X = Jarak antara titik A ke titik X
XA = Koordinat titik A terhadap sumbu X
XPI = Koordinat titik X terhadap sumbu X
YA = Koordinat titik Y terhadap sumbu Y
YPI = Koordinat titik Y terhadap sumbu Y
c. Jarak Pandang
Jarak Pandang Henti
Tabel 2.3 Jarak pandang henti minimum
9
Irwan Hura (16011002)
Keterangan : JPH = jarak pandang henti
V = Kecepatan Km/jam
t = waktu
g = gravitasi
fm = koefisien gesek antara ban dan muka jalan
d. Perencanaan Tikungan
Tabel 2.4 Tabel panjang lengkung paralihan minimum dan superelevasi
10
Irwan Hura (16011002)
Sumber : Dasar-dasar perencanaan geometric jalan silvia sukirman
a. FC (Full Circle)
Qc
Lc = x 2 πR
360
Lc = 0.01745.ß. Rc
Ls = (e + en).1/2 .B .m
Tc = Rc tan 1/2Δ
11
Irwan Hura (16011002)
26.648 xLs
Qs =
Rc
Keterangan : Qc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen
Ls = panjang lengkung peralihan
Rc = radius lengkung rencana
Qc = Δ – 2 x Qs
Keterangan :Δ = Sudut tikungan
Qs = Sudut spiral
Qc
Lc = x 2 πRc
360
Keterangan : Qc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen
Rc = radius lengkung rencana
VR
Ls1 = T
3.6
Keterangan : VR = Kecepatan rencana
T = waktu tempuh (3 detik)
( em−en )
Ls3 =
3.6 ℜ
Keterangan : em =Super elevasi maksimum
en = Superelevasi normal
re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan
(untuk VR < 70 km/jam re = 0.035, untuk VR > 80Km/jam re = 0.025)
Ls ²
Xc = Ls x (1- ¿
40 xRc ²
Keterangan : Xc = Absis titik Sc pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC
(jarak lengkung paralihan)
12
Irwan Hura (16011002)
Ls = panjang lengkung paralihan
Rc = radius lengkung rencana
Ls ²
Yc =
6 xRc
Keterangan : Yc = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen.
Ls = panjang lengkung paralihan
Rc = radius lengkung rencana
K = Xc - Rc sin Qs
Keterangan : K = Absis dari P pada garis tangen spiral
Ts = (Rc + P) x tg ½ Δ1 + K
Rc+ P
−Rc
Es = 1
cos Δ1
2
Keterangan : Es = Jarak dari P1 ke busur lingkaran
P = Pergeseran tangen terhadap spiral
L = 2 x Ls + Lc
Keterangan : Ls = panjang lengkung paralihan
Lc = panjang busur lingkaran
c. SS (sircle-sircle)
L = 2. Ls
Ts = (Rc + P) x tg ½ Δ1 + K
Rc+ P
−Rc
Es = 1
cos Δ1
2
Keterangan : Es = Jarak dari P1 ke busur lingkaran
Rc = radius lengkung rencana
Ls = panjang lengkung paralihan
P = Pergeseran tangen terhadap spiral
K = Absis dari P pada garis tangen spiral
e. Pelebaran pada Tikungan
b’ = R - √ R 2−P 2
13
Irwan Hura (16011002)
b = b + b’
Ri = Rencana – b
Rc = Ri + ½ b
2 1
√
B = √ ¿ ¿ +1/2 x b²)² -(P+A) ² - R i2− ( P+ A ) + xb
2
Z = 0,015 V / √R
έ = B–b
Td = √ R 2+ A ( 2 P+ A ) -R
XL =Cb +
Xb
( Ca−Cb )
X
Dimana :
XL = Elevasi tanah asli
X = Jarak antara Countur
Ca = Countur atas
Cb = Countur bawah
Xb = Jarak Center line dengan counter bawah
14
Irwan Hura (16011002)
lentur memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dari pada perkerasan kaku.Akan
tetapi dibalik kelebihan yang dimiliki perkerasan lentur banyak pula kekurangan yang
dimilikinya contohnya, perkerasan lentur tidak tahan terhadap air, perawatan jalan harus
diperhatikan, tidak tahan dalam jangka waktu yang lama.
15
Irwan Hura (16011002)
Sumber :Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur hal 12
b. Menghitung Angka Ekivalen.
Untuk menentukan angka ekivalen dapat kita tentukan pada tabel berikut:
16
Irwan Hura (16011002)
Sumber : Petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur hal 7
17
Irwan Hura (16011002)
Keadaan lapangan mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentuk
alinyemen serta persentase kendaraan, dan kendaraan yang berhenti,sedangkan untuk iklim
mencakup curah hujan rata-rata pertahun.
18
Irwan Hura (16011002)
Tabel 2.11 Batas – batas minimum tebal lapisan perkerasan
2. Lapisan Pondasi.
Tabel 2.12 Lapisan pondasi
19
Irwan Hura (16011002)
1. Kendaraan kecil
2. Kendaraan sedang
3. Kendaraan besar
Tabel 2.13 kendaraan rencana
2% 2%
4% 4%
Sub Grade
Base Course
Surface Course
20
Irwan Hura (16011002)
Lebar Manfaat Jalan
A – Q1 = √( XQ 1− XA )2 + ( YQ1 − YA )2
2 2
= √ [ (75 ) − (−180 ) ] + [ ( (25) −( −175 ) ]
21
Irwan Hura (16011002)
= √ (255)2 + ( 200 ) 2
= √ 65025+40000
= √ 105025
A – Q1 = 324 m
Jarak X- Y
Q1 – Q2 = √( XQ 2−XQ 1 )2 + ( YQ 2−YQ 1 )2
2 2
= √ [ (325 ) − ( 75 ) ] + [ ( (−25 ) −( 25 ) ]
= √ (250)2 + (−50 ) 2
= √ 62500+2500
= √ 67500
Q1 – Q2 = 260 m
Jarak Y- B
22
Irwan Hura (16011002)
XQ2− XQ1 (325)−(75)
tg αQ1-Q2 = YQ2−YQ 1 = (−25)−(25) = -5 meter
αQ1-Q2 = Arc-1(-5) = -78041’24,24”
Δ2 α
= BY - α XY
0 0
= 158 11’ 54,9” – 101 18’35.76”
= 560 53’ 19,1”
= 56,8°
23
Irwan Hura (16011002)
M = 11 km/ jam
t1 = 2.12 + 0.026 x V
= 2.12 + 0.026 x 80
= 4.4 s
a = 2.052 + 0.0036 x V
= 2.052 + 0.0036 x 80
= 2.34 s
at
d1 = 0.278 t1 (V – m + )
2
2.34 x 4.4
= 0.278 .4,4 . (80 – 11 + )
2
= 90.6 m
t2 = 6.56 + 0.048 x V
= 6.56 + 0.048 x 80
= 10.4s
d2 = 0.278 x V x t2
= 0.278 x 80 x 10.4
= 231,2 m
d3 = 30 – 100 ( direncanakan 35m)
d4 = 2/3 d2
= 2/3. 231,2
=154.13 m
Jd = d1+d2+d3+d4
= 90,6 + 231,2 + 35 + 154,13
= 510,93 m
24
Irwan Hura (16011002)
en :2%
C : 0.4 detik
re : 0.025
emax : 10%
VR ²
Rmin =
127(emax+ fm)
80. ²
=
127(10 %+ 0.140)
= 209,973
26.648 xLs
Qs =
Rc
26.648 x 70
=
286
= 6,52 ̊
Qc = Δ1 – 2 x Qs
= 38,8° – 2 x 6,52 ̊
= 25,7 ̊
Qc
Lc = x 2 πR
360
25,7
= x 2 x 3.14 x 286
360
= 128,2 m ˃25 m maka digunakan S-C-S
VR
Ls1 = T
3.6
80
= 3
3.6
= 66
( em−en )
Ls3 =
3.6 ℜ
25
Irwan Hura (16011002)
( 0.06−0.02 )
=
3.6 x 0,025
=0.44
Maka jika Ls > Ls1, Ls>Ls2, dan Ls>Ls3 maka gunakan Ls standar.Apabila Ls standar
lebih kecil maka gunakan paling besar di antara Ls1, Ls2, dan Ls3.
Ls ²
Yc =
6 xRc
70 ²
=
6 x 286
= 2,8 m
Ls ²
Xc = Ls x (1- ¿
70 xRc ²
70 ²
=70 x (1- ¿
70 x 286 ²
= 70 x 0,9992
= 69,94 m
p = Yc – Rc (1−cos Qs)
= 2,8 – 286 (1- cos 6,52)
= 2,8 – 1,84
= 0.96 m
K = Xc - Rc sin Qs
= 69,94 – 286 sin 6,52
= 37,46 m
L = 2 x Ls + Lc
=2. 70 + 128,2
= 268,2
Rc+ P
−Rc
Es = 1
cos Δ1
2
286+0.96
−286
= 1
cos 38,8
2
26
Irwan Hura (16011002)
= 304,2 – 286
= 18,2 m
Ts = (Rc + P) x tg ½ Δ1 + K
= (286 + 0.96) x tg ½ 38,8 + 37,46
= 286,96 x 0,33 + 37,46
= 132,1 m
27
Irwan Hura (16011002)
I II III IV IV III II I
+ 0,093
Full Super CL
Elevasi
0,06 0,06
Sc - 0,093 Sc
Super elevasi
Normal 2% Ls=70 m Lc= 690,7 m Ls=70 m
2% 2% 0,00
0%
2%
-0,093
-0,093
I II
III. Belok Kanan Pas IV.Tikungan Maksimum Kemiringan
+0,060 2% + 0,051
2%
-0,093
- 0,093
3.5 3.5 3.5 3.5
Keterangan :
Elevasi : 2 % = 0,02 x 3,5 = ± 0,07
Elevasi : 10 % = 0,01 x 3,5 = ± 0,035
CL : Center Line
28
Irwan Hura (16011002)
Tikungan II
Diketahui : R min : 210 m
Rc : 239 (Tentukan sendiri dilihat di tabel 2.4)
e : 0.096 (hasil interpolasi dari tabel 2.4)
Ls : 80 (Tentukan di tabel 2.4)
V : 80 Km/jam
Δ1 : 56,8°
T : 3 detik
em :6%
en :2%
C : 0.4 detik
re : 0.025
emax : 10%
VR ²
Rmin =
127(emax+ fm)
80 ²
=
127(10 %+ 0.140)
= 209,973
26.648 xLs
Qs =
Rc
26.648 x 80
=
239
= 8,91 ̊
Qc = Δ1 – 2 x Qs
= 56,8 – 2 x 8,91
= 38,98 ̊
Qc
Lc = x 2 πRc
360
38,98
= x 2 x 3.14 x 239
360
= 162,5 m ˃25 m maka digunakan S-C-S
VR
Ls1 = T
3.6
80
= 3
3.6
29
Irwan Hura (16011002)
= 66
( em−en )
Ls3 =
3.6 ℜ
( 0.06−0.02 )
=
3.6 0,025
= 0.37
Maka jika Ls > Ls1, Ls>Ls2, dan Ls>Ls3 maka gunakan Ls standar.Apabila Ls standar
lebih kecil maka gunakan paling besar di antara Ls1, Ls2, dan Ls3.
Ls ²
Xc = Ls x (1- ¿
70 xRc ²
80 ²
=80 x (1- ¿
80 x 239 ²
= 80 x 0,9988
= 79.904 m
Ls ²
Yc =
6 xRc
80 ²
=
6 x 239
= 4,46 m
K = Xc - Rc sin Qs
= 79,904 – 239 sin 8,91
= 42,8 m
L = 2 x Ls + Lc
= 2 x 80 + 162,5
= 322,5 m
30
Irwan Hura (16011002)
Rc+ P
−Rc
Es = 1
cos Δ1
2
239+1,58
−239
= 1
cos 56,8
2
= 273,4 – 239
= 34,4 m
Ts = (Rc + P) x tg ½ Δ1 + K
= (239 + 1,58) x tg ½ 56,8 + 42,8
= 240,58 x 0,54+ 42,8
= 172,7 m
31
Irwan Hura (16011002)
I II III IV IV III II I
+ 0, 096
Full Super CL
Elevasi
0,06 0,06
Sc - 0,096 Sc
Super elevasi
Normal 2% Ls=80 m Lc= 162,5m Ls=80 m
Gambar 3.4
Potongan :
I. Normal II. Belok Kiri
2% 2% 0,00
0%
2%
-0,096
-0,096
I II
-0,096
- 0,096
3 3 3,5 3,5
Keterangan :
Elevasi : 2 % = 0,02 x 3,5 = ± 0,07
Elevasi : 10 % = 0,01 x 3,5 = ± 0,35
CL : Center Line
32
Irwan Hura (16011002)
3.5 Pelebaran pada Tikungan
Tikungan I
Td = √ R 2+ A ( 2 P+ A ) -R
= √ 2862+1.2 ( 2.6,10+1.2 )−286
= 0,02
b’’ = R- √ R 2−P 2
= 286 - √ 2862−6,102
= 286 -285,9
= 0,1
b’ = b + b’’
= 2,6 + 0.1
= 2,7 m
Ri = Rencana – b
= 286 – 2,7
= 283,3 m
Rc = Ri + ½ b
= 283,3 + ½ 2,7
= 284,65 m
2 1
√
B = √ ¿ ¿ +1/2 x b²)² -(P+A) ² - R i2− ( P+ A ) + xb
2
2 1
√
= √ ¿ ¿ +1/2 x 2,7²)² - (6,10+1.2) ² - 283,3 ²− (6,10+ 1.2 ) + x 2,7
2
= 283,22 – 283,2
= 0,02 m
έ = B–b
= 0.02– 2,7
= 2,68 m
Z = 0,015 V / √R
= 0.015 80/ √ 286
= 0.07
B : 0,02 meter
n :2
b’ : 2,7 meter
b” : 0,1 meter
Td : 0,02 meter
Z : 0,07 meter
V : 80 Km / jam
R : 210 meter
0,053
b : 2,6 meter
P : 6,10 meter
0,053
A : 1,20 meter
C : 0.8 meter
3,5 3,5
R ( meter )
C.2 C. 2
Td
b”
b
b’
Tikungan II
34
Irwan Hura (16011002)
Td = √ R 2+ A ( 2 P+ A ) -R
= √ 2392+1.2 ( 2.6,10+1.2 )−239
= 0,03
b’’ = R- √ R 2−P 2
= 239 - √ 2392−6 .12
= 239 -238,92
= 0.08
b’ = b + b’’
= 2.6 + 0.08
= 2.68 m
Ri = Rencana – b’
= 239 – 2,68
= 236,32 m
Rc = Ri + ½ b’
= 236,32 + ½ 2.68
= 237,6 m
2 1
√
B = √ ¿ ¿ +1/2 x b²)² -(P+A) ² - R i2− ( P+ A ) + xb
2
2 1
√
= √ ¿ ¿ +1/2 x 2.68²)²- (6.1+1.2) ² - 237.6²−( 6.1+1.2 ) + x 2.68
2
= 240,4 – 237,4
=3m
έ = B – b’
= 3 – 2,68
= 0,32 m
Z = 0,015 V / √R
= 0.015 80/ √ 239
= 0.07
35
Irwan Hura (16011002)
C TPD
TPL
Keterangan Gambar :
B : 3 meter
n :2
b’ : 2,68 meter
b” : 0,08 meter
Td : 0,03 meter
c: : 0,8 meter
V : 80 Km / jam
0,0618
R : 239 meter
b : 2,6 meter
P : 6,10 meter
0,0618
A : 1,20 meter
Z : 0.07 meter
3 3
R ( meter )
C.2 C. 2
Td
b”
b
b’
36
Irwan Hura (16011002)
A = Titik Acuan STA = 0 + 0,00
37
Irwan Hura (16011002)
STA - STA 1
Elevasi titik A = 240
Elevasi titik A 1 = 242
Selisih tinggi( t ) = 240 – 242 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 2
=
2
= 50 m2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu + Drainase Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5 + 0,8)
= 340 m3
STA1 - STA 2
Elevasi titik A 1 = 242
Elevasi titik A 2 = 242
Selisih tinggi( t )= 242 – 242 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA2 - STA3
Elevasi titik A2 = 242
Elevasi titik A3 = 238
Selisih tinggi( t ) = 242 – 238 = 4 m ( dilakukan timbunan )
a xt
Luas timbunan =
2
50 x 4
=
2
= 100 m2
Volume timbunan = Luas x ( Badan + Bahu Jalan )
= 100 x (3,5 + 2,5)
= 600 m3
STA3 - STA4
Elevasi titik A3 = 238
Elevasi titik A4 = 242
Selisih tinggi( t ) = 238 – 242 = -4 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 4
=
2
= 100 m 2
38
Irwan Hura (16011002)
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan)
= 100 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 680 m3
STA4 - STA5
Elevasi titik A4 = 244
Elevasi titik A5 = 246
Selisih tinggi( t ) = 244 – 246 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 2
=
2
= 50 m 2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 340 m3
STA5 - STA6
Elevasi titik A 5 = 246
Elevasi titik A 6 = 246
Selisih tinggi( t ) = 246 – 246 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA6 - STA7
Elevasi titik A 6 = 246
Elevasi titik A 7 = 246
Selisih tinggi( t ) = 246 – 246 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA7 - Q1
Elevasi titik A 7 = 246
Elevasi titik Q 1 = 246
Selisih tinggi( t ) = 246 – 246 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
39
Irwan Hura (16011002)
Q1 - STA8
Elevasi titik Q 1 = 246
Elevasi titik A8 = 246
Selisih tinggi( t ) = 246 – 246 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA8 - STA9
Elevasi titik A8 = 246
Elevasi titik A9 = 246
Selisih tinggi( t ) = 246 – 246 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA9 - STA10
Elevasi titik A9 = 246
Elevasi titik A10 = 244
Selisih tinggi( t ) = 246 – 244 = 2 m ( dilakukan timbunan )
a xt
Luas timbunan =
2
50 x 2
=
2
= 50 m2
Volume timbunan = Luas x ( Badan + Bahu Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5)
= 300 m3
STA10 - STA11
Elevasi titik A9 = 244
Elevasi titik A10 = 240
Selisih tinggi( t ) = 244 – 240 = 4 m ( dilakukan timbunan )
a xt
Luas timbunan =
2
50 x 4
=
2
= 100 m 2
40
Irwan Hura (16011002)
Volume timbunan= Luas x ( Badan + Bahu Jalan )
= 100 x (3,5 + 2,5)
= 600 m3
STA11 - STA12
Elevasi titik A 11 = 240
Elevasi titik A12 = 240
Selisih tinggi( t ) = 240 – 240 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA12 - STA13
Elevasi titik A12 = 240
Elevasi titik A13 = 238
Selisih tinggi( t ) = 240 – 238 = 4 m ( dilakukan timbunan )
a xt
Luas galian =
2
50 x 4
=
2
= 100 m2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan )
= 100 x (3,5 + 2,5)
= 600 m3
STA13 - Q2
Elevasi titik A 13 = 238
Elevasi titik Q2 = 238
Selisih tinggi( t ) = 238 – 238 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
Q2 - STA14
Elevasi titik Q2 = 238
Elevasi titik A14 = 240
Selisih tinggi( t ) = 238 – 240 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
41
Irwan Hura (16011002)
36,1 x 2
=
2
= 36,1 m 2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 36,1 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 245,48 m3
STA14 - STA15
Elevasi titik A14 = 240
Elevasi titik A15 = 242
Selisih tinggi( t ) = 240 – 242 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 2
=
2
= 50 m2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 340 m3
STA15 - STA16
Elevasi titik A15 = 242
Elevasi titik A16 = 244
Selisih tinggi( t ) = 242 – 244 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
48,9 x 2
=
2
= 48,9 m 2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 48,9 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 332,52 m3
STA16 - STA17
Elevasi titik A16 = 244
Elevasi titik A17 = 246
Selisih tinggi( t ) = 244 – 246 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 2
=
2
= 50 m2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 340 m3
42
Irwan Hura (16011002)
STA17 - STA18
Elevasi titik A17 = 246
Elevasi titik A18 = 244
Selisih tinggi( t ) = 246 – 244 = 2 m ( dilakukan timbunan )
a x t 50 x 2
Luas timbunan = =
2 2
= 50 m2
Volume timbunan = Luas x ( Badan + Bahu Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5) = 300 m3
STA18 - STA19
Elevasi titik A 18 = 244
Elevasi titik A19 = 244
Selisih tinggi( t ) = 244 – 244 = 0 m (tidak ada galian/timbunan)
STA19 - B
Elevasi titik A16 = 244
Elevasi titik A17 = 246
Selisih tinggi( t ) = 244 – 246 = -2 m ( dilakukan galian )
a xt
Luas galian =
2
50 x 2
=
2
= 50 m2
Volume galian = Luas x ( Badan + Bahu Jalan + Drainase Jalan )
= 50 x (3,5 + 2,5 + 0,8) = 340 m3
43
Irwan Hura (16011002)
Jarak Selisih Elevasi Luas Volume (m3)
Stationing Elevasi
(m) (t) (m2) Galian Timbunan
ST A 240
50 -2 50 340 -
ST A1 242
50 - - - -
ST A2 242
50 4 100 - 600
ST A3 238
50 -4 100 680 -
ST A4 242
50 -2 50 340
ST A5 246
7,95 - - - -
ST A6 246
50 - - - -
ST A7 246
16,05 - - - -
ST Q1 246
16,05 - - - -
ST A8 246
50 - - - -
ST A9 246
50 2 50 300
ST A10 244
50 4 100 600
ST A11 240
7,85 - - - -
ST A12 240
50 2 50 600
ST A13 238
36,1 - - - -
ST Q2 238
36,1 -2 36,1 245,48 -
ST A14 240
50 -2 50 340 -
ST A15 242
48,9 -2 48,9 332,5 -
ST A16 244
44
Irwan Hura (16011002)
50 -2 50 340 -
ST A17 246
50 2 50 - 300
ST A18 244
50 - - - -
ST A19 244
50 -2 50 340 -
ST B 246
JUMLAH TOTAL 919 2957,98 2400
Jumlah Total Galian Sebesar, 2957,98 m3
Jumlah Total Timbunan Sebesar, 2400 m3
BAB IV
MENGHITUNG PERKERASAN JALAN DENGAN
“ PERKERASAN LENTUR “
4.1. Data-data umum
Lalu lintas harian rata – rata ( LHR ) kendaraan / hari dua arah pada awal tahun pembukuan :
1 ton 1 ton
3 ton 5 ton
5 ton 8 ton
45
Irwan Hura (16011002)
- CBR = 8 %
- Umur Rencana = 20 tahun
46
Irwan Hura (16011002)
- Mobil Penumpang 2 ton = 1000 Kendaraan x 0,50 x 0,0004 = 0,2
- Bis Umum 8 ton = 500 Kendaraan x 0,50 x 0,1593 = 39,825
- Truk 2 As 13 ton = 100 Kendaraan x 0,50 x 1,0648 = 53,24
- Truk 3 As 20 ton = 70 Kendaraan x 0,50 x 1,3753 = 48,1355
- Truk 5 As 30 ton = 50 Kendaraan x 0,50 x 1,6573 = 41,4325
∑ LEA = 5687,04
UR
Fr = 10
20
LER = LET x 10
20
LER = 2934,93x 10
= 5869,86
47
Irwan Hura (16011002)
8. MENCARI INDEKS TEBAL PERKERASAN ( ITP )
Diketahui :
- CBR Tanah Dasar = 8%
- Maka didapat DDT = 5,6 ( dari data Korelasi DDT dan CBR buku pedoman perkerasan
lenturdapat dilihat pada gambar 2.6)
- Faktor Regional ( Fr ) dari tabel 2.9
Maka Fr = 1,0 Kelandaian : 10 %
Iklim ; < 900 mm / tahun
- Indeks Permukaan Akhir jenis jalan kolektor ( IPt ) = 2,0
Diperoleh dari LER = 5869,86
jadi
>1000 didapat harga ( IPt ) untuk klafikasi jalan kolektor ialah = 2,0
- Indeks Permukaan Awal Umur Rencana ( IP0 )
Diambil IP0= 4 ( untuk Laston AC ) dari tabel 2.10
Untuk ITP =6
a1 = 0,40 D min = 5 cm
a3 = 0,14 D min = 20 cm
a1 = 0,13 D min = 10 cm
Dicari D1 = ……… ?
48
Irwan Hura (16011002)
6 = 0,4 . D1 + 0,14 ( 20 ) + 0,13 ( 10 )
6 = 0,4 . D1 + 2,8 + 1,3
0,4 = 6 – 4,1
1,9
D1 = 0,4
D1 = 4,75 cm
4.750 AC
20 Batu Pecah
10 Sertu
a1 = 0,40 D min = 5 cm
a3 = 0,14 D min = 20 cm
a1 = 0,13 D min = 10 cm
Dicari D3 = ……… ?
6 = 0,4 . 5 + 0,14 ( 20 ) + 0,13 (D1 )
6 = 2 + 2,8 + 1,3 D3
0,13 = 6 – 4,88
1,12
D3 = 0,13
D3 = 8,6 cm
Dipakai D3 min = 10 cm
49
Irwan Hura (16011002)
13. SUSUNAN PERKERASAN
AC = 5 cm
Batu Pecah = 20 cm
Sertu = 10 cm
14. GAMBAR SUSUNAN PERKERASAN LENTUR
.
BAB V
MENGHITUNG PERKERASAN JALAN DENGAN
“PERKERASAN KAKU”
Penyelesaian :
1. - Mobil Penumpang 2 ton = 2100 Kend/hari x 2 = 4200 sumbu
- Bis Umum 8 ton = 1000 Kend/hari x 2 = 2000 sumbu
- Truk 2 As 13 ton = 800 Kend/hari x 2 = 1600 sumbu
- Truk 3 As 20 ton = 500 Kend/hari x 3 = 1500 sumbu
- Truk 5 As 30 ton = 200 Kend/hari x 5 = 1000 sumbu
50
Irwan Hura (16011002)
= 4600 Kend/hari = 10.300 sumbu
R=
Rumus (1+i)n −1
R log(1−i)
20
(1+0 , 09) −1
R = R log(1−0, 09)
R = 112,4
2500 ∑ = 1665
51
Irwan Hura (16011002)
= 365 x 1665 x 112,4
= 68.308.290 Sumbu
- Modulus Of Repture ( MR ) Beton pada umur 28 hari.
52
Irwan Hura (16011002)
Cpa Psi Kg / cm2
1 GRANULAR 0.005 – 0.138 8000 – 20.000 565 – 1410
2 LAPIS PON DISTABILITAS SEMEN 3.5 – 6.9 50.000 – 1000.000 32510 – 70420
3 TANAH DISTABILITAS SEMEN 2.8 – 6.2 40.000 – 9000.000 28170 – 63380
4 LAPIS PON DIPERBAIKI ASPAL 2.4 – 6.9 350.000 – 1000.000 24650 – 70420
5 LAPIS PON DIPERBAIKI EMULSI 0.28 – 2.1 40.000 – 3000.000 2815 – 21125
Sumber : petunjuk perencanaan perkerasan kaku 1988 hal 6
1200 x F . L . H
As =
Fs
Dimana : As = LUAS TULANGAN
F = KOEFISIEN GESEK ANTARA PLAT DENGAN LAPISAN PONDASI
BAWAH
L = JARAK ANTARA SAMBUNGAN
Fs = Tegangan TARIK BAJA YG DI IZINKAN BJ U – 34 ____ Fs = 1500
kg/cm2
Tulangan melintang
53
Irwan Hura (16011002)
1200 x F . L . H
As =
Fs
Dimana : L = lebar plat = 7 meter
1200 x 1,2 x 7 x 0 , 21 1,4 cm2
=
As = 1500 m
A min = 0,1 % . T . m1
= 0,1 % . 21cm . 10 cm
= 2,1 cm/m
PENULANGAN
BEBAN BERSAMBUNG DENGAN TULANGAN
Prinsip kerja penulangan atau pembesian pada rencana jalan sepanjang 822
m dengan sistem RIGIT PAVEMEN dengan cara beton bersambung dengan
tulangan adalah sepanjang jalan .
1. PENULANGAN MEMANJANG
- Jarak minimum tulangan = 2 x ukuran Agregat terbesar atau ¿ 100
mm dan ¿ 225 mm, dengan tujuan agar dicapai penyalulan beton dan
kuat tekan yang cukup kuat.
- Diameter tulangan diperoleh dari perhitungan
- Panjang plat 15 m dan lebar plat 7 m
- Panjang Plat beton yang akan ditulangi = 15 m
Sambungan susut diletakkan tiap 15 m
54
Irwan Hura (16011002)
2. PENULANGAN MELINTANG
Tulangan melintang diatas atau diduduk kan dinamakan Beton Decking
setebal selimut beton yang ditempatkan pada jarak – jarak tertentu /
secukupnya sehingga memperoleh kedudukan yang nyaman dan tulangan
pembesian relative rata dan tidak bergelombang.
55
Irwan Hura (16011002)
RIGID PAVEMENT
56
Irwan Hura (16011002)
SAMBUNGAN MEMANJANG DAN LIDAH ALUR
57
Irwan Hura (16011002)
58
Irwan Hura (16011002)