Anda di halaman 1dari 7

Dampak Zat Adiktif 

Penambah Aroma Pada Makanan

O
L
E
H

CITRA INSANI
SMA N 2Payakumbuh
Tp 2016/2017

Dampak Zat Adiktif 


Penambah Aroma Pada Makanan
A.   PENGERTIAN ZAT ADIKTIF
    Zat aditif adalah zat yang biasa ditambahkan kedalam suatu jenis makanan atau
minuman, sehingga makanan atau minuman tersebut lebih menarik. Umumnya,zat
aditif tidak memiliki nilai gizi. Zat ini berfungsi untuk mengawetkan makanan,
menambah rasa dan aroma, dan mempermudah proses pembuatan makanan
ataupun,minuman.
    Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya menggunakan bahan-bahan
alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dan sebagainya.
    Zat aditif sintesis aman dikonsumsi selama masih dalam ambang batas aman
penggunaannya. Batas penggunaan bahan makanan ini, diatur oleh Peraturan:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/PER/IX/88 tentang,
Bahan Tambahan Makanan, berdasarkan ADI (Acceptable Daily Intake), yaitu
tidak menimbulkan bahaya jika dikonsumsi oleh manusia dengan dasar
perhitungan yaitu perkilogram berat badan.

B. KELOMPOK ZAT ADIKTIF


     zat aditif makanan dapat dikelompokan menjadi 14 kelompok berdasarkan
fungsinya. Kelompok – kelompok tersebut, yaitu :
1. Antioksidan dan antioksidan sinergis
2. Anti kempal
3. Pengasam, penetral dan pendapar
4. Enzim
5. Pemanis buatan
6. Pemutih dan pematang
7. Penambah gizi
8. Pengawet
9. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
10. Pengeras
11. Pewarna alami dan sintesis
12. Penyedap rasa dan aroma
13. Sekuestran
14. Zat aditif makanan lain

C.  ZAT PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN


     Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu pada
makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera konsumen.
Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan memiliki daya tarik untuk
dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal dari bahan segar atau ekstrak dari
bahan alami, misalnya minyak atsiri dan vanili. Pemberi aroma yang merupakan
senyawa sintetik, misalnya: amil asetat mempunyai cita rasa seperti pisang ambon,
amil kaproat (aroma apel), etil butirat (aroma nanas), vanilin (aroma vanili), dan
metil antranilat (aroma buah anggur). Jeli merupakan salah satu contoh makanan
yang menggunakan zat pemberi aroma.

D. CONTOH ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN


    Zat pemberi aroma banyak digunakan dari golongan ester dengan rasa atau
aroma buah. Kebanyakan zat pemberi aroma digunakan dalam minuman.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3. Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
4. Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7. Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8. Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.

E. DAMPAK ZAT ADIKTIF PENAMBAH AROMA PADA MAKANAN


     kalau memang tidak bisa dihindari, amankah mengkonsumsi zat aditif pada
makanan? Jawabannya tergantung pada zat aditif makanan yang digunakan,
kondisi penggunaannya, tujuan penggunaan, jumlah dan ketepatan spesifikasinya.
Jawaban yang lebih pasti adalah, bahan pangan tanpa zat aditif belum tentu lebih
aman daripada yang ditambahkan zat aditif makanan. Contoh, mana yang lebih
baik produk makanan yang muda tengik atau yang telah ditambahkan antioksidan
tokoferol (provitamin E) atau vitamin C, sehingga tertunda ketengikannya?
Dalam kaitan dengan keamanan pangan, penggunaan zat aditif pada
makanan diatur dengan berbagai peraturan, baik secara nasional maupun
internasional. Secara nasional, misalnya lewat peraturan yang dikeluarkan oleh
Depkes maupun Keputusan Presiden. Saat ini telah pula diatur dalaam Undang –
Undang Pangan No.7 tahun 1996. Pada skala internasional, pengaturan zat aditif
pada makanan terdapat dalaam “Food Chemical Codex” dan aturan – aturan negara
adidaya seperti yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dengan FDA-nya yang juga
banyak dipakai sebagai acuan negara – negara lain.

F. DAMPAK PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF PADA MAKANAN


Zat aditif yang ada pada makanan tidak selalu secara sengaja ditambahkan untuk
tujuan tertentu. Namun, ada juga zat aditif yang diperoleh secara tidak sengaja
muncul pada makanan. Zat aditif tersebut biasanya muncul pada proses pengolahan
makanan. Secara keseluruhan, penggunaan zat - zat aditif untuk campuran
makanan dapat berdampak positif dan negatif.

1.     Dampak Positif Penggunaan Zat Aditif


Berbagai macam penyakit dapat muncul dari kebiasaan manusia
mengkonsumsi makanan yang kurang memperhatikan keseimbangan gizi.
Misalnya, penyakit gondok yang berupa pembengkakan kelenjar pada leher.
Penyakit gondok disebabkan karena tubuh kurang mendapatkan zat iodin. Penyakit
gondok dapat dicegah dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
zat iodin. Zat iodin dapat kita peroleh dari garam dapur yang biasa digunakan
untukmemberikan rasa asin pada makanan. Selain penyakit gondok,kekurangan
iodin dapat pula menyebabkan penyakit kretinisme ( kekerdilan ). Orang yang
memiliki penyakit diabetes mellitus ( kencing manis ) perlu menjaga kestabilan
kadar gula dalam darahnya. Penyakit ini dapat disebabkan karena pola hidup yang
tidak sehat. Untuk menjaga kestabilan kadar gula dalam darah, bagi penderita
diabetes melitus disarankan untuk mengkonsumsi sakarin ( pemanis buatan )
sebagai pengganti gula. Kekurangan konsumsi makanan yang mengandung vitamin
dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia, misalnya penyakit
Xerophtalmia. Penyakit Xerophtalmia merupakan penyakit yang menyerang mata,
yaitu terjadinyakerusakan pada kornea mata. Penyakit ini jika tidak diatasi,maka
dapat menimbulkan kebutaan. Untuk menghindaripenyakit Xerophtalmia, perlu
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.

2.      Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif


Kemajuan teknologi di bidang pangan dapat memacu manusia untuk
menciptakan bahan makanan dengan kualitas yang makin baik. Kualitas makanan
yang baik tidak dapat dilihat dari bentuk tampilan luarnya saja, akan tetapi yang
paling penting adalah kandungan gizi dalam makanan tersebut. Saat ini telah
banyak ditemukan makanan yang unggul karena telah melalui berbagai proses
produksi sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama jika dibandingkan dengan
kondisi normalnya. Misalnya, ikan sarden dalamkemasan kaleng dapat bertahan
berbulan - bulan, bahkan hingga satu tahun lamanya tanpa mengalami
pembusukan. Ikan sarden tersebut dapat bertahan lama setelah ditambahkan zat
pengawet pada proses produksi makanan tersebut. Namun, bahan makanan yang
menggunakan zat pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah melewati masa
kadaluarsa. Beberapa bahan makanan yang berdampak negatif terhadap orang yang
mengkonsumsinya adalah sebagai berikut.
a). Formalin yang digunakan sebagai pengawet makanan jika dikonsumsi secara
terus-menerus dapat mengganggu fungsi organ pencernaan, kanker paru – paru,
penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
b).  Boraks yang digunakan juga sebagai pengawet makanan bila dikonsumsi
secara teur – menerus dapat mengakibatkan mual, muntah, diare, penyakit kulit,
kerusakan ginjal,serta gangguan pada otak dan hati.
c). Natamysin yang digunakan sebagai zat pengawet mengakibatkan mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
d). Kalium Asetat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat menyebabkan
kerusakan fungsi ginjal.
e). Nitrit dan Nitrat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengkibatkan
keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai
organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-
muntah.
f). Kalsium Benzoate yang digunakan sebagai zat pengawet dapat memicu
terjadinya serangan asma.
g).  Sulfur Dioksida yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengakibatkan
perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan
alergi.
h).  Kalsium dan Natrium propionate adalah zat pengawet yang apabila digunakan
melebihi angka batas maksimum dapat menyebabkan migren, kelelahan, dan
kesulitan tidur.
i). Natrium metasulfat zat pengawet yang dapat mengakibatkan alergi pada kulit.
j). CFC dan Tetrazine yang digunakan sebagai zat pewarna dapat merusak organ
hati, ginjal dan meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa kanak-kanak.
k). Rhodamin B adalah zat pewarna tekstil yang apabila digunakan sebagai
pewarna makanan dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada
paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.
l). Sunset Yellow yang dipergunakan sebagai zat pewarna dapat menyebabkan
kerusakan kromosom
m). Ponceau 4R yang apabila dipergunakan untuk pewarna makanan dapat
mengakibatkan anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
n). Carmoisine (merah) adalah zat pewarna yang dapat menyebabkan kanker hati
dan menimbulkan alergi.
o). Quinoline Yellow adalah zat pewarna makanan yang dapat mengakibatkan
hypertrophy, hyperplasian dan carcinomas kelenjar tiroid.
p). Siklamat yang digunakan sebagai zat pemanis dapat menyebabkan penyakit
kanker ( karsinogenik ).
q). Sakarin yang juga digunakan sebagai zat pemanis dapat menyebabkan infeksi
dan kanker kandung kemih
r). Aspartan yang juga digunakan sebagai pemanis buatan dapat menyebabkan
gangguan saraf dan tumor otak.
s). Penggunaan Monosodium Glutamat ( MSG ) sebagai  bahan penyedap dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf, kelainan hati, trauma, hipertensi,
stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah,
migren, asma, ketidak mampuan belajar, dan depresi.

G.  Upaya Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif


      Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali menimbulkan berbagai
dampak negatif. Dampak yang paling sering muncul adalah dari penggunaan bahan
aditif sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari
berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan aditif, kita perlu
berhati - hati dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari
penggunaan zat aditif makanan adalah sebagai berikut.
a).  Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif tidak berlebihan.
b). Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa
kemasan, karat atau cacat lainnya.
c). Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung pewarna
tekstil.
d). Cicipi rasa makanan tersebut. Lidah juga cukup jeli membedakan mana
makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya
berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah bergetar. Biasanya
makanan-makanan seperti itu mengandung penyedap rasa dan penambah aroma
berlebih.
e). Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
f). Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.
g). Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa yang
terdapat pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
h). Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan
tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
i). Amati komposisi serta bahan - bahan kimia yang terkandung dalam makanan
dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan.
j). Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di
 Departemen Kesehatan atau belum.

KESIMPULAN

1.      Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang digunakan pada makanan dengan tujuan
tertentu.
2.     Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah memberikan rasa sedap,
mengawetkan, memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.
3.     Untuk menghindari bahaya dari penggunaan zat aditif, sebaiknya kita
menggunakan zat aditif yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif sintesis
4.     Fungsi dari bahan aditif pada makanan yaitu:
 1. Meningkatkan kualitas makanan
 2. Membuat makanan tampak lebih menarik
 3. Menambah cita rasa pada makanan
 4. Membuat makanan lebih tahan lama
 5. Mencegah atau menghambat proses oksidasi
 6. Mempertahanakan nilai gizi

5.     Dampak negatif penggunaan bahan aditif pada makanan:


 1. Menimbulkan penyakit jika tidak sesuai dosis atau berlebihan
 2. Merusak kandungan gizi pada makanan
 3. Menimbulkan alergi pada orang tertentu.

Anda mungkin juga menyukai