2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
makalah dengan judul ”Konsep Dasar Manajemen Keperawatan”. Dimana makalah ini
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas modul Manajemen Keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak
Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT
Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembaca dan
juga khususnya bagi mahasiswa akademi keperawatan terutama dalam memahami materi
tentang Manajemen keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian manajemen
Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan oranglain.(Harsey dan Blanchard)
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan suatu kegiatan.(James A. O’Brien)
Manajemen adalah pelaksanaan bersama oranglain.(Harold Konte dan Cyril
O’Donnel)
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Henry L.Silk)
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pemberian bimbingan.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
5. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotivasi secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan,
sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan
pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja
yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif
akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan
pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
Merupakan kesatuan perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum)
Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah
dilakukan.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
– masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses,
output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen
diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan
konseptual.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali
mutu dan penampilan kerja perawat..
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dimensi Self-Efficacy
Self-efficacy memiliki beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting pada kinerja,
artinya self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi. Menurut Bandura
(1997) dimensi sel-efficacy ada tiga yaitu Magnitude atau level, Generality, Strenght.
a. Magnitude atau Level
Magnitude atau level yaitu persepsi individu mengenai kemampuanya yang menghasilkan
tingkah laku yang akan diukur melalui tingkat tugas yang menunjukkan variasi kesulitan
tugas. Tingkatan kesulitan tugas tersebut mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga,
akurasi, produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa
dimensi perilaku kinerja.
Individu yang memilki tingkat yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu
mengerjakan tugas-tugas yang sukar juga memiliki self-efficacy yang tinggi sedangkan
individu dengan tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu
mengerjakan tugas-tugas yang mudah serta memiliki self-efficacy yang rendah.
b. Generality
Self-efficacy juga berbeda pada generalisasi artinya individu menilai keyakinan mereka
berfungsi di berbagai kegiatan tertentu. Generalisasi memiliki perbedaan dimensi yang
bervariasi yaitu:
1) Derajat kesamaan aktivitas.
2) Modal kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif).
3) Menggambarkan secara nyata mengenai situasi.
4) Karakteristik perilaku individu yang ditujukan.
Penilaian ini terkait pada aktivitas dan konteks situasi yang mengungkapkan pola dan
tingkatan umum dari keyakinan orang terhadap keberhasilan mereka. Keyakinan diri yang
paling mendasar adalah orang yang berada disekitarnya dan mengatur hidup mereka.
c. Strength
Strength artinya kekuatan, keyakinan diri yang lemah disebabkan tidak terhubung oleh
pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat, mereka akan
bertahan dengan usaha mereka meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan. Individu
tersebut tidak akan kalah oleh kesulitan, karena kekuatan pada self-efficacy tidak selalu
berhubungan terhadap pilihan tingkah laku.
Individu dengan tingkat kekuatan tinggi akan memiliki keyakinan yang kuat akan kompetensi
diri sehingga tidak mudah menyerah atau frustasi dalam mengahdapi rintangan dan memiliki
kecenderungan untuk berhasil lebih besar dari pada individu dengan kekuatan yang rendah.
Penelitian ini menggunakan skala yang berdasarkan aspek self-efficacy menurut Bandura dan
aitem General Self-Efficacy (GSE) dari Schwarzer & Jerusalem (1995) yaitu:
1) Magnitude atau Level
Tingkatan kesulitan tugas tersebut mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga, akurasi,
produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa dimensi
perilaku kinerja.
2) Generality
Perasaan mampu yang dimiliki seseorang sebagai tindakan yang dimilikinya untuk
menguasai tugas dalam kondisi tertentu.
3) Strenght
Tingkat dari keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri yang dirasakan.
2.3 Manajemen Keperawatan Theory Of Uncertainty Ilness
Merle H. Mishel lahir di Boston, Massachusetts. Dia lulus dari Universitas Boston dengan
gelar B.A pada tahun 1961 dan menerima gelar M.S di bidang keperawatan psikiatrik dari
Universitas California pada tahun 1966. Mishele menyelesaikan pendidikan M.A dan Ph.D di
psikologi sosial di Sekolah Claremont, Claremont, Caliornia pada tahun 1976 dan 1980.
Penelitian disertasinya, yang didukung oleh ‘Individual National Research Service Awards,
adalah pengembangan dan pengujian dari Ambiguitas yang diterima pada skala penyakit,
yang kemudian diberi nama menjadi Mishel Uncertainyty in Illnes Scale (MUIS-A). Skala
aslinya telah digunakan sebagai dasar pada :
Versi Komunitas (MUIS-C) untuk penyakit kronik pada individu yang tidak dibawa ke
rumah sakit atau menerima layanan kesehatan secara aktif.
Alat ukur dari persepsi orang tua akan Uncertainyty/ketidakpastian pada pengalaman
penyakit anak mereka.
Alat ukur dari ketidakpastian dalam pasangan atau anggota keluarga lain ketika mereka
menderita penyakit akut (PPUS-M).
Di awal karir profesionalnya, Mishel berpraktek sebagai perawat psikiatrik pada perawatan
akut dan setting komunitas. Saat masih mengejar doktoralnya, dia sedang berada di
Departemen Keperawatan di Universitas Negeri California Los Angeles, meningkat dari
asisten profesor menjadi profesor. Sebagai tambahan, dia berpraktek sebagai perawat terapis
pada setting komunitas dan privat dari tahun 1973 hingga 1979. Setelah menyelesaikan
sekolah doktoralnya di psikologi sosial, dia pindah ke Universitas Arizona Kampus
Keperawatan pada 1981 sebagai profesor asosiasi dan kemudian dipromosikan menjadi
profesor pada tahun 1988. Dia mengabdi sebagai Kepala Divisi Mental Health Nursing dari
tahun 1984 sampai 1991. Ketika di Universitas Arizona, Mishel menerima berbagai
pendanaan penelitian baik dalam dan luar sekolah yang membantunya mengembangkan
penelitian tentang kerangka teori dari ketidakpastian dalam penyakit. Selama periode ini, dia
terus lanjut sebagai perawat terapis, bekerja bersama program transplantasi jantung di
Universitas Medical Center.
Mishele kembali ke East Coast pada tahun 1991 dan bergabung bersama fakultas sebagai
profesor di Sekolah Keperawatan, Universitas North California di Chapel Hill. Dan diberi
penghargaan yang terhormat Profesor Kenan dari Nursing Chair pada tahun 1994. Teman
dari Institusi Nasional Penelitian Keperawatan memperkenalkannya dengan Penghargaan
Research Merit pada 1997 dan mengundangnya untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dia
adalah direktur dari T-32 Institusi National Research Service Award Training Gant,
Intervensi untuk mencegah dan mengelola penyakit kronik. Penghargaan T-32 adalah
penghargaan untuk pre-doctoral dan post-doctoral bagi mereka yang mengembangkan
intervensi untuk variasi yang tidak diinginkan dari pasien dengan penyakit kronik. Saat ini,
dia bekerja pada direktur untuk Program Doctoral dan Post doctoral pada Sekolah. Mishel
juga menjaga program yang menyediakan banyak hasil dari penelitian intervensi keperawatan
dengan beberapa populasi penderita kanker. Sebagai catatan bahwa program penelitian
Mishel telah didanai secara berkelanjutan oleh NIH sejak tahun 1984, sebagaimana tiap
penelitian tersebut telah menemukan studi awal dalam rangka untuk memindahkan secara
sistematis terhadap intervensi keperawatan yang diturunkan secara teoritis dan teruji secara
scientific.
Mishele adalah anggota dari beberapa organisasi profesional. Termasuk American Academy
of Nursing, Sigma Theta Tau International American Psychological Association, American
Nurse Association, Society of Behavioral Medicine, Oncology Nursing Society, and The
Society for Education and Research in Psychiatric Nursing. Dia juga menjabat sebagai
resensi hibah untuk The National Cancer Institute, The National Center for Nursing Research,
dan The Institute on Aging dan anggota bagian dari The Study Section on Human
Immunodeficiency Virus (HIV) di National Institute of Mental Health.
Merle Mishel menemukan idenya ketika ayahnya meninggal karena kanker kolon. Mishel
menyadari bahwa ayahnya tidak dapat menemukan apa yang terjadi pada dirinya. Waktu itu,
dokter tidak mberkomunikasi secara efekti terhadap pasien. Ayah mishel berusaha untuk
mengontrol sebagian aspek ketika sedang berusaha menghadapi ketidakpastian dari sakitnya
ini. Mishel tidak menyadari keadaan ini sebagai sebuah ketidakpastian tetapi sebagai sesuatu
yang ambigu. Setelah itu ketika dia menjalani studi doktoralnya, mishel kembali ke ide ini
dan menggunakannya untuk disertasi. Mishele membuat sebuah skala untuk menguji ambigu
yang diterima dalam penyakit. Skala ini kemudian dinamakan menjadi Mishel Uncertainty in
Ilness Scale.
Teori rekonseptualisasi, Mishel (1990) mengakui bahwa pendekatan barat terhadap ilmu
pengetahuan mendukung pandangan mekanistik dalam penekanan pada kontrol dan
prediktabilitas. Dengan menggunakan teori sosial kritis, Mishel mengakui bias dalam teori
aslinya, orientasi terhadap kepastian dan adaptasi. Kemudian Mishel menggunakan prinsip-
prinsip dari teori chaos yang berfokus sistem terbuka. Dengan menggunakan teori chaos
memungkinkan untuk menginterpretasikan ketepatan mengenai penyakit kronis. Suatu
ketidakseimbangan menjadikan orang-orang dalam ketidakpastian secara terus-menerus
dalam menemukan makna baru dalam penyakit.
Cognitives schema Skema kognitif adalah suatu interprestasi subjektif dari seseorang
dalam pengobatan penyakit dan rawat inap
Stimuli Frame Stimuli Frame adalah bentuk, komposisi dan struktur stimuli seseorang
untuk menangkap struktur ke dalam skema kognitiF
Symtom pattern Symtom pattern adalah derajat gejala yang terjadi dengan konsistensi
cukup, hal tersebut dianggap memiliki pola atau konfigurasi
Event Familiarity Event Familiarity adalah sejauh mana situasi, kebiasaan atau berulang,
atau mengandung isyarat yang diaku
Events congruence Events congruence mengacu pada konsistensi antara yang diharapkan
dan pengalaman penyakit terhadap peristiwa terkait
Structure providers Struktur provides adalah sumber daya yang tersedia untuk membantu
orang dalam menginterpretasikan kerangka stimulus
Credible authority Otoritas kredibel adalah tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang
terhadap penyedia layanan kesehatan
Inference Inferensi mengacu pada evaluasi uncertainty yang terkait menggunakan ingatan
pengalaman
New view of life Pandangan baru tentang kehidupan mengacu pada formulasi/ penyusunan
yang menghasilkan arti baru dari integrasi uncertainty secara terus-menerus menjadi diri
sendiri – struktur uncertainty diterima sebagai bagian ritme hidup yang alami
Banyak studi empiris focus terutama pada dua pendahulu dari ketidakpastian, kerangka
stimuli dan struktur penyedia, dan hubungan antara ketidakpastian dan hasil psikologis.
Mishel menguji unsur-unsur lain dari model , seperti peran mediasi dari penilaian dan
koping , pada awal program penelitiannya ( Mishel dan Braden , 1987; Mishel , Padilla ,
Grant dan Sorenson , 1991; Mishel dan Sorenson , 1991) , tetapi unsur model ini, sepanjang
kapasitas kognitif terdahulu pada ketidakpastian, kurang diperhatikan dalam penelitian.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa indikator objektif atau subjektif dari tingkat
keparahan ancaman jiwa atau gejala penyakit terkait secara positif dengan ketidakpastian
(Braden, 1990; Grootenhuis dan terakhir, 1997; Hinds, Birenbaum, Clarke-Steffen,
Quargnenti, Kreissman, Kazak, et al., 1996; Jonson-Bjerklie, Ferketich, dan Benner, 1993;
Tomlinson, Kirschbaum, Harbaugh, dan Anderson, 1996). Penyakit yang terus menerus,
ketidakpastian dalam muncul gejala gejala, durasi, dan intensitas berhubungan dengan
ketidakpastian yang dirasakan (Becker, Jason-Bjerklie, Benner, Slobin, dan ferketich, 1993;
Brown dan Powell-Cope, 1991; Jessop dan Stein, 1985 , Mishel dan Braden, 1988; Muray,
1993). Demikian pula, sifat ambigu gejala penyakit dan konsekuensinya. Kesulitan dalam
menentukan pentingnya gejala fisik sering diidentifikasi sebagai sumber ketidakpastian
(Cohen, 1993; Comaroff dan Maguire, 1981; Hilton, 1988; Nelson, 1996; Weitz, 1989).
Mishel dan Braden (1988) menemukan bahwa dukungan sosial memiliki dampak langsung
terhadap ketidakpastian dengan mengurangi kompleksitas persepsi dan dampak tidak
langsung melalui efeknya pada prediktabilitas pola gejala. Persepsi stigma yang terkait
dengan beberapa kondisi, terutama infeksi HIV (Regan-Kubinski dan Sharts-Hopko, 1995;
Weitz, 1989) dan Down sindrom (Van Riper dan Selder, 1989), ada rasa ketidakpastian pada
keluarga yang tidak yakin tentang bagaimana orang lain akan menanggapi diagnosis.
Anggota keluarga telah terbukti secara konsisten untuk mengalami tingkat ketidakpastian
yang tinggi juga, yang selanjutnya dapat mengurangi jumlah dukungan yang dialami oleh
pasien (Brown dan Powell-ope, 1991; Hilton, 1996; Wineman, O ‘Brien, Nealon dan kaskel,
1993). Selain itu, ketidakpastian yang tinggi pada interaksi dengan penyedia layanan
kesehatan di mana pasien dan anggota keluarga menerima informasi yang tidak jelas atau
penjelasan sederhana yang tidak sesuai pengalaman mereka, atau merasa bahwa penyedia
layanan tidak ahli atau cukup responsif untuk membantu mereka menjelaskan penyebab
penyakit (Becker et al, 1993;. Comaroff dan Maguire, 1981; Mason, 1985; Sharkey, 1995).
Sejumlah penelitian telah melaporkan dampak negatif dari ketidakpastian pada hasil
psikologis, ditandai dengan berbagai kecemasan, depresi, putus asa dan tekanan psikologis
(Failla, Kuper, Nick, dan Lee, 1996; Grootenhuis dan last, 1997; Jessop dan Stein, 1985;
Miles, Funk dan Kasper, 1992; Mishel dan Sorenson, 1991; Schepp, 1991; Wineman, 1990).
Ketidakpastian juga telah terbukti berdampak negatif terhadap kualitas hidup (Braden, 1990;
Padilla, Mishel, dan Grant, 1992), kepuasan dengan hubungan keluarga (Wineman et al,
1993.) kepuasan dengan layanan kesehatan (Green and Murton, 1996; Turner, Tomlinson,
dan Harbaugh, 1990), dan pemeliharaan pemberi perawatan keluarga untuk aktivitas
perawatan diri sendiri (Brett dan Davies, 1988); Hang, 1987; O’Brien, Wineman, dan Nealon,
1995).
E. Asumsi mayor
Teori asli Mishel tentang Uncertainty in Illness, pertama kali dipublikasikan tahun 1988,
termasuk beberapa asumsi mayor. yang pertama dikonsepi dari teori spikologi informasi dan
model proses. sebagai berikut :
Ketidakpastian adalah kondisi kognitif, mewakili ketidak adekuatan dari kondisi kognitif
yang mengintepretasikan kondisi terkait sakit
Ketidakpastian didasari dari pengalaman netral, baik pengalaman yang mengenakkan atau
tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan para mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami tentang apa yang telah
dijelaskan. Dan menerapkan dalam proses pembelajaran.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA