Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FALSAFAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH : ERLITA KOMALAWATI


FAISAL FEDRYANSYAH SYAWAL
FAJAR ADITYA
FANIA PURTI ALYA
GUGUN GUNAWAN
KELAS : B

STIKes Bhakti Kencana Bandung

Jalan Soekarno-Hatta No. 754, Cibiru, Cipadung Kidul, Panyileukan,

Kota Bandung, Jawa Barat 40614

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun

makalah dengan judul ”Konsep Dasar Manajemen Keperawatan”. Dimana makalah ini

sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas modul Manajemen Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak

menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri.

Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha

semaksimal mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, Amin.

Bandung, Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar belakang ..........................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

2.1 Manajemen Keperawatan System Management Theory .........................................

2.2 Manajemen Keperawatan Theory Of Self-Efficacy ................................................

2.3 Manajemen Keperawatan Theory Uncertainty Ilness .............................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai


suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan
ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai
tuntutan masyarakat , dan menjadi tenaga perawat yang professional.Pengembangan  dalam
berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan
fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin
meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin
sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan
masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-
alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu
adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam
organisasi keperawatan itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Manajemen Keperawatan System Management Theory

2. Manajemen Keperawatan Theory Of Self-Efficacy

3. Manajemen Keperawatan Theory Uncertainty Ilness


1.3 TUJUAN
1.Mengetahui Manajemen Keperawatan System Management Theory
2.Mengetahui Manajemen Keperawatan Theory Of Self Efficacy
3.Mengetahui Manajemen Keperawatan Theory Uncertainty Ilness

1.4 MANFAAT
Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi pembaca dan
juga khususnya bagi mahasiswa akademi keperawatan terutama dalam memahami materi
tentang Manajemen keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Keperawatan System Management Theory

1. Pengertian manajemen

Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerjasama dengan oranglain.(Harsey dan Blanchard)
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan suatu kegiatan.(James A. O’Brien)
Manajemen adalah pelaksanaan bersama oranglain.(Harold Konte dan Cyril
O’Donnel)
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan,
pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Henry L.Silk)
Dari pengertian para pakar diatas disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pemberian bimbingan.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni
perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

2.      Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui


upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyrakat.
  Fungsi – Fungsi Manajemen

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :


a.       Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :

1.      Gambaran apa yang akan dicapai

2.      Persiapan pencapaian tujuan

3.      Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

4.      Persiapan tindakan – tindakan

5.      Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

6.      Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

b.      Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan


menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan
fasilitas.

c.       Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri,
termotivasi secara interval.

d.      Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

e.       Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan,
sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.

3.      Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan

Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

a.       Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi


perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.
b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer
keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan
baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

c.       Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun
permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.

d.      Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer
perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan
pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.

e.       Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan


kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

f.       Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses
pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.

g.      Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja
yang baik.

h.      Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif
akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan
pengertian diantara pegawai.

i.        Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat
pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.

Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian


tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip –
prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan
Prinsip – prinsip Organisasi menurut Fayol adalah:
a.       Division of work (pembagian pekerjaan)

Tugas/Pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing individu ataupun tim.

b.      Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)


Masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.

c.       Dicipline (disiplin)

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam sistem manajemen.

d.      Unity of command (kesatuan komando)

Merupakan kesatuan perintah,satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab bersama.

e.       Unity of direction (kesatuan arah)

Merupakan tujuan yang sama.

f.       Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada
kepentingan umum)

g.      Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah
dilakukan.

4.   Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
– masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses,
output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen
diperlukan keterampilan teknik,keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan
konseptual.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi
penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali
mutu dan penampilan kerja perawat..
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya
bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2 Manajemen keperawatan Theory of self-Efficacy


Pengertian self-efficacy
Menurut Bandura (1997) self-efficacy adalah kemampuan generatif yang
dimiliki individu meliputi kognitif, sosial, dan emosi. Kemampuan individu tersebut
harus dilatih dan di atur secara efektif untuk mencapai tujuan individu. Hal ini
Bandura menyebutnya dengan self-efficacy karena menurut Bandura memiliki
kemampuan berbeda dengan mampu mengorganisasikan strategi yang sesuai dengan
tujuan serta menyelesaikan strategi tersebut dengan baik walaupun dalam keadaan
yang sulit. Penelitian yang dilakukan Schwartz & Gottman (1976) menyatakan
individu sering mengalami kegagalan meskipun mengetahui apa yang harus dilakukan
dan memiliki kemampuan untuk melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian Kennia
(2008) menyimpulkan definisi self-efficacy yaitu konsep yang secara spesifik
mengontrol keyakinan pada kemampuan yang dimiliki individu untuk melakukan
tujuan tertentu. Menurut Bandura & Jourden (1991) keraguan dapat mempengaruhi
kemampuan yang dimiliki individu sehingga kemampuan tersebut tidak muncul,
karena keraguan tersebut dapat melemahkan keyakinan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Menurut Zimmerman & Bandura (1994) keyakinan merupakan salah satu
regulasi diri yang menentukan seberapa bagus kemampuan yang dimiliki, dilatih
secara terus menerus. Hal ini berkontribusi dalam mencapai suatu keberhasilan.

Selain itu Schwarzer & Jerusalem menyatakan bahwa self-efficacy pada


umumnya dipahami sebagai tugas yang spesifik atau tertentu, tetapi self-efficacy juga
mengacu pada keyakinan kemampuan individu mengatasi berbagai tuntutan dan
situasi (1995).Berdasarkan uraian yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa self-
efficacy merupakan keyakinan dan kemampuan yang dimiliki individu dalam
mencapai tujuan dengan kesulitan tugas pada berbagai kondisi, mampu berfikir secara
positif, meregulasi diri, dan keyakinan yang positif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy
Menurut Bandura (1997) ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi self-efficacy:
a.       Pengalaman keberhasilan (Mastery Experience)
Pengalaman keberhasilan merupakan sumber yang sangat berpengaruh dalam efficacy, karena
hal tersebut memberikan bukti secara otentik apakah seseorang akan sukses. Sehingga
pengalaman keberhasilan yang didapatkan oleh individu meningkatkan self-efficacy individu
tersebut sedangkan kegagalan menurunkan self-efficacy. Keberhasilan menghasilkan
kekuatan dan kepercayaan diri. Pengalaman keberhasilan individu lain tidak dapat
mempengaruhi self-efficacy pada diri sendiri, tetapi apabila pengalamn keberhasilan itu dari
dirinya maka akan mempengaruhi peningkatan self-efficacy.
Menurut Bandura, dkk (1979) Pengalaman keberhasilan menghasilkan kekuatan yang relatif
untuk memperkuat keyakinan diri dibandingkan dengan model lain seperti strategi
pemodelan, simulasi kognitif, pertunjukan yang sukses, instruksi tutorial.
b.      Pengalaman orang lain ( Vicarious Experience or Modeling)
Individu tidak dapat hanya mengandalkan pengalaman keberhasilan sebagai sumber
informasi tentang kemampuan mereka. Penilaian efikasi merupakan bagian yang dipengaruhi
oleh pengalaman orang lain sebagai contoh untuk mencapai keberhasilan. Modelling
merupakan cara lain yang efektif untuk menunjukkan kemampuan efikasi individu.
Kemampuan individu dinilai dari aktifitas yang dihasilkan dengan indikator memuaskan.
Menurut Festinger (1954) ketika kepuasan itu harus diukur terutama dalam kaitannya dengan
kinerja, maka perbandingan sosial berperan penting sebagai faktor utama dalam penilaian
kemampuan diri.
Menurut Weinberg 1979 (Bandura, 1997) bersaing dapat menimbulkan keyakinan yang kuat
untuk berhasil, sedangkan jika ada salah satu yang berhasil maka hal ini dapat menurunkan
keyakinan individu lainya.
c.       Persuasi verbal (Verbal Persuasion)
Menurut Bandura (1997) persuasi verbal berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat
keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki individu dalam mencapai tujuan. individu
yang diyakinkan secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-
tugas yang diberikan cenderung berusaha secara maksimal dan mempertahankannya.
Menurut Chambliss & Murray (1979) keberhasilan persuasif secara verbal memiliki dampak
positif pada individu yaitu meningkatkan rasa percaya bahwa mereka menghasilkan prestasi .
d.      Keadaan Fisiologis dan Afektif ( Physiological and Affective State)
Informasi kemampuan individu sebagian besar didapatkan dari somatik yang diteruskan
kefisiologis dan afektif. Indikator somatik individu sangat relevan dalam kesehatan fisik,
fungsi kesehatan, dan coping dengan stres. Menurut Bandura Treatment yang menghilangkan
reaksi emosional melalui pengalaman keberhasilan dapat meningkatkan keyakinan
keberhasilan dengan memperbaiki perilaku yang sesuai pada kinerja.
Stres dapat mengurangi self-efficacy pada diri individu, jika tingkat stres individu rendah
maka tinggi self-efficacy sebaliknya jika stres tinggi maka self-efficacy pada individu rendah.
Ada empat hal dalam meningkatkan keyakinan efikasi,meningkatkan status fisik, mengurangi
tingkat stres dan kecenderungan emosi negatif, memperhatikan kesehatan tubuh (Bandura
1991; Cioffi 1991).

Dimensi Self-Efficacy
Self-efficacy memiliki beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting pada kinerja,
artinya self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi. Menurut Bandura
(1997) dimensi sel-efficacy ada tiga yaitu Magnitude atau level, Generality, Strenght.
a.      Magnitude atau Level
Magnitude atau level yaitu persepsi individu mengenai kemampuanya yang menghasilkan
tingkah laku yang akan diukur melalui tingkat tugas yang menunjukkan variasi kesulitan
tugas. Tingkatan kesulitan tugas tersebut mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga,
akurasi, produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa
dimensi perilaku kinerja.
Individu yang memilki tingkat yang tinggi memiliki keyakinan bahwa ia mampu
mengerjakan tugas-tugas yang sukar juga memiliki self-efficacy yang tinggi sedangkan
individu dengan tingkat yang rendah memiliki keyakinan bahwa dirinya hanya mampu
mengerjakan tugas-tugas yang mudah serta memiliki self-efficacy yang rendah.
b.       Generality
Self-efficacy juga berbeda pada generalisasi artinya individu menilai keyakinan mereka
berfungsi di berbagai kegiatan tertentu. Generalisasi memiliki perbedaan dimensi yang
bervariasi yaitu:
1)      Derajat kesamaan aktivitas.
2)      Modal kemampuan ditunjukan (tingkah laku, kognitif, afektif).
3)      Menggambarkan secara nyata mengenai situasi.
4)      Karakteristik perilaku individu yang ditujukan.
Penilaian ini terkait pada aktivitas dan konteks situasi yang mengungkapkan pola dan
tingkatan umum dari keyakinan orang terhadap keberhasilan mereka. Keyakinan diri yang
paling mendasar adalah orang yang berada disekitarnya dan mengatur hidup mereka.
c.        Strength
Strength artinya kekuatan, keyakinan diri yang lemah disebabkan tidak terhubung oleh
pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat, mereka akan
bertahan dengan usaha mereka meskipun ada banyak kesulitan dan hambatan. Individu
tersebut tidak akan kalah oleh kesulitan, karena kekuatan pada self-efficacy tidak selalu
berhubungan terhadap pilihan tingkah laku.
Individu dengan tingkat kekuatan tinggi akan memiliki keyakinan yang kuat akan kompetensi
diri sehingga tidak mudah menyerah atau frustasi dalam mengahdapi rintangan dan memiliki
kecenderungan untuk berhasil lebih besar dari pada individu dengan kekuatan yang rendah.
Penelitian ini menggunakan skala yang berdasarkan aspek self-efficacy menurut Bandura dan
aitem General Self-Efficacy (GSE) dari Schwarzer & Jerusalem (1995) yaitu:
1)      Magnitude atau Level
Tingkatan kesulitan tugas tersebut mengungkapkan dimensi kecerdikan, tenaga, akurasi,
produktivitas, atau regulasi diri yang diperlukan untuk menyebutkan beberapa dimensi
perilaku kinerja.
2)      Generality
Perasaan mampu yang dimiliki seseorang sebagai tindakan yang dimilikinya untuk
menguasai tugas dalam kondisi tertentu.
3)      Strenght
Tingkat dari keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri yang dirasakan.
2.3 Manajemen Keperawatan Theory Of Uncertainty Ilness

A. Credential dan latar belakang Mishel

Merle H. Mishel lahir di Boston, Massachusetts. Dia lulus dari Universitas Boston dengan
gelar B.A pada tahun 1961 dan menerima gelar M.S di bidang keperawatan psikiatrik dari
Universitas California pada tahun 1966. Mishele menyelesaikan pendidikan M.A dan Ph.D di
psikologi sosial di Sekolah Claremont, Claremont, Caliornia pada tahun 1976 dan 1980.
Penelitian disertasinya, yang didukung oleh ‘Individual National Research Service Awards,
adalah pengembangan dan pengujian dari Ambiguitas yang diterima pada skala penyakit,
yang kemudian diberi nama menjadi Mishel Uncertainyty in Illnes Scale (MUIS-A). Skala
aslinya telah digunakan sebagai dasar pada :

Versi Komunitas (MUIS-C) untuk penyakit kronik pada individu yang tidak dibawa ke
rumah sakit atau menerima layanan kesehatan secara aktif.

Alat ukur dari persepsi orang tua akan Uncertainyty/ketidakpastian pada pengalaman
penyakit anak mereka.

Alat ukur dari ketidakpastian dalam pasangan atau anggota keluarga lain ketika mereka
menderita penyakit akut (PPUS-M).

Di awal karir profesionalnya, Mishel berpraktek sebagai perawat psikiatrik pada perawatan
akut dan setting komunitas. Saat masih mengejar doktoralnya, dia sedang berada di
Departemen Keperawatan di Universitas Negeri California Los Angeles, meningkat dari
asisten profesor menjadi profesor. Sebagai tambahan, dia berpraktek sebagai perawat terapis
pada setting komunitas dan privat dari tahun 1973 hingga 1979. Setelah menyelesaikan
sekolah doktoralnya di psikologi sosial, dia pindah ke Universitas Arizona Kampus
Keperawatan pada 1981 sebagai profesor asosiasi dan kemudian dipromosikan menjadi
profesor pada tahun 1988. Dia mengabdi sebagai Kepala Divisi Mental Health Nursing dari
tahun 1984 sampai 1991. Ketika di Universitas Arizona, Mishel menerima berbagai
pendanaan penelitian baik dalam dan luar sekolah yang membantunya mengembangkan
penelitian tentang kerangka teori dari ketidakpastian dalam penyakit. Selama periode ini, dia
terus lanjut sebagai perawat terapis, bekerja bersama program transplantasi jantung di
Universitas Medical Center.

Mishele kembali ke East Coast pada tahun 1991 dan bergabung bersama fakultas sebagai
profesor di Sekolah Keperawatan, Universitas North California di Chapel Hill. Dan diberi
penghargaan yang terhormat Profesor Kenan dari Nursing Chair pada tahun 1994. Teman
dari Institusi Nasional Penelitian Keperawatan memperkenalkannya dengan Penghargaan
Research Merit pada 1997 dan mengundangnya untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dia
adalah direktur dari T-32 Institusi National Research Service Award Training Gant,
Intervensi untuk mencegah dan mengelola penyakit kronik. Penghargaan T-32 adalah
penghargaan untuk pre-doctoral dan post-doctoral bagi mereka yang mengembangkan
intervensi untuk variasi yang tidak diinginkan dari pasien dengan penyakit kronik. Saat ini,
dia bekerja pada direktur untuk Program Doctoral dan Post doctoral pada Sekolah. Mishel
juga menjaga program yang menyediakan banyak hasil dari penelitian intervensi keperawatan
dengan beberapa populasi penderita kanker. Sebagai catatan bahwa program penelitian
Mishel telah didanai secara berkelanjutan oleh NIH sejak tahun 1984, sebagaimana tiap
penelitian tersebut telah menemukan studi awal dalam rangka untuk memindahkan secara
sistematis terhadap intervensi keperawatan yang diturunkan secara teoritis dan teruji secara
scientific.

Sebagai tambahan, terhadap penghargaan yang sebelumnya telah disebutkan, Mishel


menerima penghargaan Sigma Theta tau International Sigma Xi Chapter Nurse Research
Predoctoral Fellowship dari tahun 1977 hingga 1979 dan menerima Mary Opal Wolanin
Reseach Awards pada 1986. Dia telah mengunjungi banyak sekolah sepanjang Amerika
Utara termasuk Universitas Nebraska, Universitas Texas di Houston, University Tennessee di
Knoxville, Universitas South Carolina, Universitas Rochester, Universitas Yale dan
Universitas McGill. Dia mengabdi sebagai konsultan program doktoral dari universitas
Cincinity Fakultas Keperawatan dari tahun 1991 sampai 1992 dan Universitas Rutgers
School of Nursing tahun 1993. Pada tahun 2004. Selama lebih dari 15 tahun, Mishele telah
mempresentasikan lebih dari 80 undangan untuk sekolah keperawatan di seluruh Amerika
dan Kanada. Dengan meningkatnya minat internasional terhadap terhadap teori dan model
pengukurannya, Mishel mengadakan simposium internasional untuk uncertainyty pada
universitas Kyungpook di Daegu, Korea Selatan, menjabat sebagai ‘visiting schoolar’ pada
Universitas Mahidol di Bangkok, Thailand dan akhir-akhir ini menerima undangan untuk
menjadi pembicara utama pada konvensi tahunan di Japan Society of Nursing Research di
Sapporo, Jepang.

Mishele adalah anggota dari beberapa organisasi profesional. Termasuk American Academy
of Nursing, Sigma Theta Tau International American Psychological Association, American
Nurse Association, Society of Behavioral Medicine, Oncology Nursing Society, and The
Society for Education and Research in Psychiatric Nursing. Dia juga menjabat sebagai
resensi hibah untuk The National Cancer Institute, The National Center for Nursing Research,
dan The Institute on Aging dan anggota bagian dari The Study Section on Human
Immunodeficiency Virus (HIV) di National Institute of Mental Health.

B. Sumber Teori dan Mayor Konsep

Merle Mishel menemukan idenya ketika ayahnya meninggal karena kanker kolon. Mishel
menyadari bahwa ayahnya tidak dapat menemukan apa yang terjadi pada dirinya. Waktu itu,
dokter tidak mberkomunikasi secara efekti terhadap pasien. Ayah mishel berusaha untuk
mengontrol sebagian aspek ketika sedang berusaha menghadapi ketidakpastian dari sakitnya
ini. Mishel tidak menyadari keadaan ini sebagai sebuah ketidakpastian tetapi sebagai sesuatu
yang ambigu. Setelah itu ketika dia menjalani studi doktoralnya, mishel kembali ke ide ini
dan menggunakannya untuk disertasi. Mishele membuat sebuah skala untuk menguji ambigu
yang diterima dalam penyakit. Skala ini kemudian dinamakan menjadi Mishel Uncertainty in
Ilness Scale.

Ketidakpastian merupakan aspek bersama dalam pengalaman terhadap penyakit. Penyakit


dapat mengganggu stabilitas kehidupan yang diterima, dan hasil penyakit ini dapat menjadi
tidak bisa diprediksi. Banyak aspek yang mempengaruhi peraaan ketidakpastian, dalam hal
ini, mempengaruhi pengaruh psikologis terhadap pengalaman. Untuk menjelaskan fenomena
inilah Dr.Merle Mishel mengembangkan Uncertainty in Illness Theory.
Pada saat Mishel memulai penelitian Uncertainty, konsep belum diterapkan dalam kesehatan
dan konteks illness. Teori Uncertainty in Ilness original menggambarkan informasi –
pengolahan models (Warburton, 1979) dan penelitian kepribadian (Budner, 1962) dari
disiplin psikologi, karakteristik dari Uncertainty merupakan skema kognitif atau representasi
internal dari situasi atau kejadian. Mishel attributes yang mendasari stres – coping – kerangka
adapatasi dalam teori kerja original Lazarus dan Folman (1984). Aspek unik adalah aplikasi
kerangka Uncertainty sebagai stressor dalam konteks penyakit. Kerangka teori di atas sangat
bearti untuk keperawatan.

Teori rekonseptualisasi, Mishel (1990) mengakui bahwa pendekatan barat terhadap ilmu
pengetahuan mendukung pandangan mekanistik dalam penekanan pada kontrol dan
prediktabilitas. Dengan menggunakan teori sosial kritis, Mishel mengakui bias dalam teori
aslinya, orientasi terhadap kepastian dan adaptasi. Kemudian Mishel menggunakan prinsip-
prinsip dari teori chaos yang berfokus sistem terbuka. Dengan menggunakan teori chaos
memungkinkan untuk menginterpretasikan ketepatan mengenai penyakit kronis. Suatu
ketidakseimbangan menjadikan orang-orang dalam ketidakpastian secara terus-menerus
dalam menemukan makna baru dalam penyakit.

C. Major concepts & definitions

Uncertainty Uncertainty, ketidakmampuan untuk menentukan makna atau sakit mengenai


peristiwa terkait, hal ini terjadi ketika pembuat keputusan tidak dapat menetapkan nilai objek
tertentu atau peristiwa atau tidak dapat memprediksi hasil yang akurat

Cognitives schema Skema kognitif adalah suatu interprestasi subjektif dari seseorang
dalam pengobatan penyakit dan rawat inap

Stimuli Frame Stimuli Frame adalah bentuk, komposisi dan struktur stimuli seseorang
untuk menangkap struktur ke dalam skema kognitiF

Symtom pattern Symtom pattern adalah derajat gejala yang terjadi dengan konsistensi
cukup, hal tersebut dianggap memiliki pola atau konfigurasi

Event Familiarity Event Familiarity adalah sejauh mana situasi, kebiasaan atau berulang,
atau mengandung isyarat yang diaku
Events congruence Events congruence mengacu pada konsistensi antara yang diharapkan
dan pengalaman penyakit terhadap peristiwa terkait

Structure providers Struktur provides adalah sumber daya yang tersedia untuk membantu
orang dalam menginterpretasikan kerangka stimulus

Credible authority Otoritas kredibel adalah tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang
terhadap penyedia layanan kesehatan

Social supports Dukungan social mempengaruhi uncertainty dengan cara membantu


individu untuk menginterpretasikan arti dalam suatu peristiwa

Cognitive capacities Kapasitas kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengelola


informasi dalam kendala situasi, ini mencermikan kemampuan bawahan

Inference Inferensi mengacu pada evaluasi uncertainty yang terkait menggunakan ingatan
pengalaman

Illusion Ilusi mengacu pada keyakinan yang dibangun dari uncertainty

Adaptation Adaptasi mencerminkan perilaku biopsikososial yang terjadi dalam diri


seseorang yang dapat didefinisikan secara terpisah dari perilaku biasa

New view of life Pandangan baru tentang kehidupan mengacu pada formulasi/ penyusunan
yang menghasilkan arti baru dari integrasi uncertainty secara terus-menerus menjadi diri
sendiri – struktur uncertainty diterima sebagai bagian ritme hidup yang alami

Probabilistic thinking Pemikiran probabilistik merujuk pada kepercayaan dalam kondisi di


dunia, di mana harapan mengenai kepastian yang berkelanjutan dan prediksi ditinggalkan

D. Penggunaan bukti empiris

Teori Ketidakpastian/keraguan/ketidakjelasan terhadap penyakit berkembang dari disertasi


penelitian Mishel pada pasien rawat inap, dimana ia menggunakan hasil kualitatif dan
kuantitatif untuk menghasilkan konseptual awal dari ketidakpastian dalam konteks penyakit.
Dimulai dengan publikasi Skala ketidakpastian terhadap penyakit oleh Mishel (Mishel,
1981), sudah ada penelitian luas pada pengalaman orang dewasa terhadap ketidakpastian
yang berkaitan dengan penyakit kronis dan mengancam jiwa. Bukti empiris yang cukup telah
terakumulasi untuk mendukung model teoritis Mishel pada orang dewasa. Beberapa tinjauan
terbaru dari penelitian ketidakpastian telah diringkas dan dikritik secara komprehensif yang
disesuaikan dengan keadaan ilmu saat ini (Mast, 1995; Mishel, 1997a, 1999; Stewart dan
Mishel, 2000). Disini para penulis termasuk studinya secara langsung mendukung unsur dari
model ketidakpastian Mishel.

Banyak studi empiris focus terutama pada dua pendahulu dari ketidakpastian, kerangka
stimuli dan struktur penyedia, dan hubungan antara ketidakpastian dan hasil psikologis.
Mishel menguji unsur-unsur lain dari model , seperti peran mediasi dari penilaian dan
koping , pada awal program penelitiannya ( Mishel dan Braden , 1987; Mishel , Padilla ,
Grant dan Sorenson , 1991; Mishel dan Sorenson , 1991) , tetapi unsur model ini, sepanjang
kapasitas kognitif terdahulu pada ketidakpastian, kurang diperhatikan dalam penelitian.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa indikator objektif atau subjektif dari tingkat
keparahan ancaman jiwa atau gejala penyakit terkait secara positif dengan ketidakpastian
(Braden, 1990; Grootenhuis dan terakhir, 1997; Hinds, Birenbaum, Clarke-Steffen,
Quargnenti, Kreissman, Kazak, et al., 1996; Jonson-Bjerklie, Ferketich, dan Benner, 1993;
Tomlinson, Kirschbaum, Harbaugh, dan Anderson, 1996). Penyakit yang terus menerus,
ketidakpastian dalam muncul gejala gejala, durasi, dan intensitas berhubungan dengan
ketidakpastian yang dirasakan (Becker, Jason-Bjerklie, Benner, Slobin, dan ferketich, 1993;
Brown dan Powell-Cope, 1991; Jessop dan Stein, 1985 , Mishel dan Braden, 1988; Muray,
1993). Demikian pula, sifat ambigu gejala penyakit dan konsekuensinya. Kesulitan dalam
menentukan pentingnya gejala fisik sering diidentifikasi sebagai sumber ketidakpastian
(Cohen, 1993; Comaroff dan Maguire, 1981; Hilton, 1988; Nelson, 1996; Weitz, 1989).

Mishel dan Braden (1988) menemukan bahwa dukungan sosial memiliki dampak langsung
terhadap ketidakpastian dengan mengurangi kompleksitas persepsi dan dampak tidak
langsung melalui efeknya pada prediktabilitas pola gejala. Persepsi stigma yang terkait
dengan beberapa kondisi, terutama infeksi HIV (Regan-Kubinski dan Sharts-Hopko, 1995;
Weitz, 1989) dan Down sindrom (Van Riper dan Selder, 1989), ada rasa ketidakpastian pada
keluarga yang tidak yakin tentang bagaimana orang lain akan menanggapi diagnosis.
Anggota keluarga telah terbukti secara konsisten untuk mengalami tingkat ketidakpastian
yang tinggi juga, yang selanjutnya dapat mengurangi jumlah dukungan yang dialami oleh
pasien (Brown dan Powell-ope, 1991; Hilton, 1996; Wineman, O ‘Brien, Nealon dan kaskel,
1993). Selain itu, ketidakpastian yang tinggi pada interaksi dengan penyedia layanan
kesehatan di mana pasien dan anggota keluarga menerima informasi yang tidak jelas atau
penjelasan sederhana yang tidak sesuai pengalaman mereka, atau merasa bahwa penyedia
layanan tidak ahli atau cukup responsif untuk membantu mereka menjelaskan penyebab
penyakit (Becker et al, 1993;. Comaroff dan Maguire, 1981; Mason, 1985; Sharkey, 1995).

Sejumlah penelitian telah melaporkan dampak negatif dari ketidakpastian pada hasil
psikologis, ditandai dengan berbagai kecemasan, depresi, putus asa dan tekanan psikologis
(Failla, Kuper, Nick, dan Lee, 1996; Grootenhuis dan last, 1997; Jessop dan Stein, 1985;
Miles, Funk dan Kasper, 1992; Mishel dan Sorenson, 1991; Schepp, 1991; Wineman, 1990).
Ketidakpastian juga telah terbukti berdampak negatif terhadap kualitas hidup (Braden, 1990;
Padilla, Mishel, dan Grant, 1992), kepuasan dengan hubungan keluarga (Wineman et al,
1993.) kepuasan dengan layanan kesehatan (Green and Murton, 1996; Turner, Tomlinson,
dan Harbaugh, 1990), dan pemeliharaan pemberi perawatan keluarga untuk aktivitas
perawatan diri sendiri (Brett dan Davies, 1988); Hang, 1987; O’Brien, Wineman, dan Nealon,
1995).

Mishel mengkonsep kembali teori ketidakpastian tahun 1990 untuk mengakomodasi


tanggapan terhadap ketidakpastian dari waktu ke waktu pada orang dengan kondisi kronis.
Teori asli diperluas untuk mencakup gagasan bahwa ketidakpastian tidak dapat diselesaikan
tetapi dapat menjadi bagian dari realitas individu. Dalam konteks ini, ketidakpastian dikaji
sebagai kesempatan dan mendorong pembentukan sesuatu yang baru, pandangan
probabilistik hidup. Untuk mengadopsi pandangan baru kehidupan ini, pasien harus dapat
mengandalkan sumber daya sosial dan penyedia layanan kesehatan denga menerima sendiri
gagasan pemikiran probabilistik (Mishel, 1990). Jika ketidakpastian dapat diterima sebagai
bagian dari kehidupan normal, hal itu dapat menjadi kekuatan positif untuk beberapa peluang
yang dihasilkan dengan kondisi kejiwaan positif (Gelatt, 1989; Mishel, 1990).

Dukungan untuk reconceptualisasi dalam Teori ketidakpastian terhadap penyakit telah


ditemukan dalam studi kualitatif pada sebagian besar orang dengan berbagai penyakit kronis
dan yang mengancam jiwa. Proses perumusan pandangan baru kehidupan telah digambarkan
sebagai perspektif dalam merevisi hidup (Hilton, 1988), tujuan hidup baru (Carter, 1993),
cara-cara baru berada di dunia (Mast, 1998; Nelson, 1996), pertumbuhan melalui
ketidakpastian (Pelusi, 1997), dan tingkat baru organisasi diri (Fleury, Kimbrell dan
Kruszewski, 1995). Dalam penelitian yang didominasi laki-laki dengan penyakit kronis atau
pengasuh mereka, proses tersebut telah digambarkan sebagai mengubah identitas diri dan
tujuan baru untuk hidup (Brown dan Powel-Cope 1991), perspektif yang lebih positif pada
kehidupan (Katz, 1996), mengevaluasi kembali apa yang berharga (Nyhlin, 1990), renungan
dan penilaian diri (Charmaz, 1995), dan Penyesuaian normal dan membangun mimpi baru
(Mishel dan Murdaugh, 1987).

E. Asumsi mayor

Teori asli Mishel tentang Uncertainty in Illness, pertama kali dipublikasikan tahun 1988,
termasuk beberapa asumsi mayor. yang pertama dikonsepi dari teori spikologi informasi dan
model proses. sebagai berikut :

Ketidakpastian adalah kondisi kognitif, mewakili ketidak adekuatan dari kondisi kognitif
yang mengintepretasikan kondisi terkait sakit

Ketidakpastian didasari dari pengalaman netral, baik pengalaman yang mengenakkan atau
tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya


staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada
pasien, keluarga dan masyarakat.

3.2 Saran
Diharapkan para mahasiswa dan mahasiswi dapat memahami tentang apa yang telah
dijelaskan. Dan menerapkan dalam proses pembelajaran.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai