Artikel Kajian Gender
Artikel Kajian Gender
Email : isnayunvi10@gmailcom
Dosen : WIRDANENGSIH,S.Sos.,M.Si
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita seharusnya mengakui bahwa telah banyak landasan hukum yang telah diciptakan
untuk melakukan tindakan di bidang pendidikan, tetapi belum seluruhnya dapat kita pahami
sesuai dengan makna yang terkandung dalam setiap landasan hukum tersebut. Namun demikian,
pendidikan harus tetap berjalan terus seiring dengan berjalannya waktu. Dalam perjalanan hidup
itu kita perlu belajar terus memaknai apa yang terkandung dalam setiap landasan hukum yang
muncul agar dalam melaksanakan kewajiban kita sebagai pemangku kepentingan di bidang
pendidikan dapat melayani masyarakat dengan baik sesuai dengan tujuan nasional pendidikan.
Pengarusutamaan gender bidang pendidikan harus dapat menciptakan budaya prestasi
dalam persaingan yang sehat pada guru dan siswa jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, pendidikan formal, non formal maupun informal. Sebagai guru yang responsif gender
harus selalu belajar dan bereksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai budaya sesuai
dengan kompetensi masing-masing, agar menjadi lebih professional dalam melayani masyarakat
yang hendak belajar. Bagaimana pun guru mempunyai posisi penting dalam menciptakan suatu
peradaban yang kita inginkan, untuk itu masyarakat perlu mengontrol dan memberikan masukan
sebagai pengayaan dalam proses pendidikan. Selanjutnya siswa pendidikan dasar dan menengah,
formal, non formal, maupun informal hendaknya juga mempunyai semangat dan motivasi yang
tinggi dalam belajar berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai budaya, tentu tidak
terkecuali laki-laki dan perempuan, dengan maksud suatu saat dapat mandiri dan berguna bagi
orang lain.
Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan harus dapat dinikmati oleh laki-laki dan
perempuan dalam kerangka kesetaraan dan berkeadilan gender. Adil tidaklah harus sama
jumlah, yang terpenting adalah bagaimana relasi gender dapat dibangun dalam ranah kehidupan
di setiap jenis dan jenjang pendidikan. Untuk itulah diperlukan Pendidikan Sekolah Berbasis
Gender (PSBG) yang kejelasannya dibahas dalam BAB I sampai dengan BAB V. Sejalan dengan
peningkatan kualitas pelayanan diperlukan berbagai upaya yang sistematis dan terprogram oleh
pemangku kepentingan pendidikan agar dapat diciptakan pendidikan sekolah yang setara dan
adil gender.
Dengan demikian akan semakin jelas bagaimana masing-masing standar pendidikan
dimaksud yang respoinsif gender, memperhatikan kebutuhan dan kepentingan laki-laki dan
perempuan di setiap jenis dan jenjang pendidikan. Tentu ulasan ini hanya menggambarkan
secara garis besar, sedangkan kedalaman materi diserahkan kepada pemangku kepentingan untuk
menggali lebih dalam lagi makna implisit di dalam ulasan ini.
PEMBAHASAN
Guru merupakan pekerja profesional, sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28,
dikemukakan bahwa guru merupakan pekerja profesional. Yang dimaksud tenaga profesional,
adalah orang-orang yang melakukan kegiatan mendapat upah atau bayaran sesuai dengan
Undang –Undang No 14 tahun 2005, Martinis (2007:13). Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan menurut Wina Sanjaya
(2008:21) dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu, guru
sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan sebagai
evaluator.
Pendidikan adalah memberikan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa,
untuk dapat mengetahui segala hal mengenai teori dan praktek laboratorium, siswa harus bisa
mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut seluas luasnya sebagai pendalaman apa
yang ditransfer tersebut. Segala teknik dan strategi boleh digunakan dalam transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, hingga meyakinkan bahwa dalam evaluasi belajar mata
pelajaran dapat diserap dengan baik. Di sini ada kecenderungan guru hanya melaksanakan tugas
sesuai dengan kompetensinya, tanpa peduli terhadap perkembangan lain yang diperlukan siswa
dalam pertumbuhannya. Padahal guru harus mampu mengembangkan ranah kognitif, spikomotor
dan afektif dalam proses pembelajaran, sementara dalam pendidikan guru terfokus hanya pada
pengembangan kognitif dan psikomor saja yang mendapatkan perhatian dan evaluasi belajar.
Bagaimna dengan ranah afektif yang menyangkut pengembangan perilaku dan kepribadian
siswa, dalam berinteraksi dan berkolaborasi dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi mata pelajaran yang sedang berjalan.
DAFTAR PUSTAKA