Anda di halaman 1dari 3

Jerat Besi dan Tangis

Terengah-engah setelah berlari-lari di parit-parit sawah,Karmin berhenti sejenak


melepas kepenatannya.Karmin menoleh kanan-kiri,depan-belakang.Air hujan membasahi
tubuhnya serta darah yang terus menetes pada betis sebelah kanannya.Bingung dan rasa
takut terus membuntutinya,Bila mana Ia harus menentukan arah jalan selanjutnya.Mati
atau hidup menjadi pilihan yang tak ter-elakkan.Karmin mengira Ia sudah berlari yang
sangat jauh akan tetapi ia masih termangu di dekat gubuk sawah milik tetangganya.Karmin
masih ingat betul dimana dahulu ia dan tetangganya,Pak Karyo beristirahat di gubuk itu
setelah menggarap sawah.Dimana Ia dan Pak Karyo mengibaskan capingnya sebagai kipas
dikala siang hari serta terik panas yang menyengat. Disitu pula,Karmin dan Pak Karyo
membicarakan hasil panen dan harga pupuk yang naik. Di gubuk itu pula Karmin dan Pak
Karyo menyantap bekal yang dibawakan istrinya.Namun Gubuk sudah tak bisa ia singgahi
lagi dengan pak Karyo karena situasi yang tak mendukung. Di lain tempat yang tak begitu
jauh,terdengar suara tembakan.Suara tembakan itu terdengar dua kali di telinga
Karmin.Suara itu begitu nyaring bak kilat di tengah deras hujan yang mengguyur. Maka tak
ayal,suara itu penanda bahwa Ia harus bergegas dari tempat ia berdiri.Di depan pandangan
Karmin,terdapat jalan yang setapak yang bercabang.Karmin harus memilih jalan mana yang
harus ditempuh selanjutnya.

Gelap mulai menyelimuti desa,hujan mulai reda namun suasana masih mencekam.
Banyak tubuh tergeletak. Api obor menyala dan beriringan,sebagian dari mereka terikat dan
terseret tak terkecuali Jamila. Wajah yang begitu pucat pasi seakan tak terima dengan
keadaan yang melandanya saat ini.Kulit kuning langsat berubah menjadi cokelat dan
kemerahan di setiap tubuhnya. Lutut lecet bukan karena terjatuh namun akibat benturan
keras terus-menerus.Raut wajah Jamila yang dulu manis serta bibir tipis khas seorang
kembang desa berubah menjadi lebam.Bajunya yang robek pada bagian belahan dada,bekas
paksaan seorang yang telah menjamah tubuhnya. Bukan hanya sekali,namun beberapa kali
yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda.Jamila hanya bisa meratap dan terus
bersedih. Hati dan pikirannya masih bergejolak.Rasa cemas yang tak henti-henti
menghantuinya.Apakah suaminya bisa selamat setelah salah satu kakinya terkena timah
panas?,Apakah Suaminya sudah tak bernyawa lagi? Apakah Suaminya bernasib sama
dengan dirinya?.Pertanyaan itu tetap terlintas dipikiran Jamila. Jamila masih tetap berjalan
dan tertatih-tatih pada jalan berbatu. Lehernya terkadang harus tertarik secara paksa oleh
arak-arakan yang begitu panjang.Arak-arakan itu diiringi oleh obor-obor warga.Kemanakah
arak-arakan ini berhenti pada suatu tempat.

Di lain sisi,Karmin berada di tengah hutan pinus yang gelap gulita. Tak ada
penerangan sedikit pun,yang ada hanya suara burung hantu dan suara gesekan ranting
pohon pinus seakan ingin roboh.cemas,takut serta sepi menyelimuti diri Karmin. Kakinya
sudah lemas,Tubuh yang mulai lunglai. Karmin memutuskan duduk sejenak sambil
membersihkan luka di kakinya. Membalut kakinya dengan dedaunan yang ada.Setelah
Karmin beranjak dari tempatnya.Ia memutuskan untuk terus bergerak meskipun Ia harus
memakai tongkat sebagai tumpuan.Di tengah malam yang mulai terang karena sinar
rembulan setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh,Karmin mampu melihat ke setiap
arah.Karmin mulai merasakan kejanggalan,Seakan ada sesuatu yang bergerak. Karmin
terdiam dan menoleh kanan-kiri.Ia merasakan ada yang mengepungnya karena gerakan
yang ia lihat bergerak mendekatinya.Tiba-tiba hantaman keras mengenai punggung
lehernya.Karmin terhempas perlahan-lahan dengan mata yang tak mampu melihat ke arah
belakang tubuhnya.

Nafas yang sesak,arah pandangan yang menjadi samar-samar.Karmin menyadari


bahwa kepalanya dibungkus kain hitam. Kedua tangan yang terikat ke belakang serta
dorongan kasar terus membuntutinya.Karmin terus berjalan,di setiap langkah Karmin
terdengar suara jeritan,rintihan serta tangis yang begitu nyaring di telinganya. Suara itu
begitu jelas ketika ada sedikit cahaya pada pandangannya.Lalu cahaya itu hilang seketika
suara itu semakin kabur ketika langkahnya mulai menjauh.Tiba-tiba langkah Karmin terhenti
dibarengi oleh suara kaki pintu menyeret di lantai.Lanjut ia melangkah tak jauh dari tempat
ia berhenti dan Ia mulai duduk.Penutup kepala Karmin dibuka secara paksa,matanya
terbuka perlahan-lahan dan Raut wajah sedikit tersipu oleh kilauan cahaya pada yang begitu
terang. Masih samar-samar,Karmin membuka matanya. Hempasan tangan ke meja begitu
kuat dilihatnya. Seseorang telah berdiri tegap di hadapannya,hijau loreng pakaiannya serta
topi yang begitu khas.Pria itu menyodorkan kertas berisikan nama-nama penduduk di desa
Karmin. “Diantara nama-nama itu,apakah masih ada lagi yang perlu ditambahkan
menurutmu?” tanya pria itu dengan lantang dan keras. “Aku tidak tahu apa yang kau
bicarakan” jawab Karmin. “Kau,tidak usah berkelit” pungkas pria itu dengan gebrakan meja
yang begitu keras. “Baik,Jika kau tidak mau menjawab.mungkin dengan cara ini akan bisa
membantumu untuk menjawab pertanyaanku”tandas pria itu.Pria itu memerintahkan
sesuatu hal pada 2 sosok pria lain dari belakangnya.Karmin menoleh ke arah gerakan 2
sosok tersebut.Karmin terkejut ketika yang dilihatnya adalah salah satu sosok pria yang tak
asing baginya.Ya,sosok pria tersebut adalah Mustopo,kawan lamanya yang telah lama pergi
ketika Karmin menikah dengan Jamila.Karmin masih tak menyangka bahwa Mustopo berada
di dekatnya.Tak berlangsung lama,2 sosok pria tersebut kembali pada ruangan. 2 sosok
tersebut membawa seseorang wanita yang pakaiannya telah robek,darah bercucuran pada
lututnya.Kain jarik yang dipakainya juga berdarah kental pada bagian bawah perutnya.

Malam itu malam yang naas bagi Karmin ketika wanita dihadapannya adalah
Jamila.Jamila rupanya ditangkap juga oleh serdadu-serdadu keparat ini. “Apakah kau masih
tidak mau tahu dengan pertanyaanku tadi” ujar pria yang masih berdiri dihapannya.
“Cepat,geser dan pindahkan meja ini dan bawakan seutas kawat kepadaku” perintah pria itu
kepada 2 sosok pria tersebut. Sontak seutas kawat melilit di bagian leher Karmin.Kawat itu
ditarik oleh Pria yang menanyai karmin dan salah satu anak buahnya. “Mustopo,kau
telanjangi lalu setubuhi wanita jalang itu” perintah pria kepada Mustopo. “jawablah
pertanyaanku sebelum kawat ini mencekik lehermu” tegasnya. “AKU TIDAK TAHU DAN
ISTRIKU JUGA TIDAK TAHU” sahut karmin dengan begitu kerasnya.Seketika kawat mencekik
leher Karmin.Nafas mulai berhenti,kelopak matanya mulai menutup,bekas merah lebam di
leher Karmin.Akhirnya hanya ada air mata yang menetes perlahan diiringi suara jeritan
wanita pada malam itu.

Anda mungkin juga menyukai