Anda di halaman 1dari 17

BAHAN AJAR

PENENTUAN ARAH KIBLAT

Oleh:
Drs. Jarot Iswanto, M.Pd.I
Widyaiswara BDK Surabaya

BALAI DIKLAT KEAGAMAAN


SURABAYA
TAHUN 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dikalangan ummat Islam memahaman mengenai bagaimana menentukan


arah kiblat belum banyak dipelajari dan mungkin belum menjadi sesuatu yang
menarik untuk diangkat ke suatu permasalahan yang serius sebagai mana
permasalahan mengenai penetapan awal bulan Qomariyah terutama penetapan
awal Ramadhan, awal Syawwal dan Dzulhijjah.
Sesungguhnya dalam melaksanakan peribadatan ummat Islam diharapkan
memiliki kemampuan pemahaman syar’i yang tentunya didukung dengan dalil
yang kuat sehingga ummat akan merasakan kemantapan ibadahnya dan tidak
hanya sekedar ikut-ikutan faham / ajaran / tuntunan yang belum diketahui dalil
syar’inya.
Salah satu hal yang dirasa mendasar dalam beribadah terutama ibadah
maghdoh adalah sholat. Setiap muslim yang sedang menunaikan sholat
diwajibkan untuk menghadap ke arah Kiblat / Ka’bah ( Baitullah ) sebagaimana
Sabda Rasullullah S.A.W yang artinya :
Bahwa Rasullullah S.A.W ( pada suatu hari ) sedang sholat menghadap ke
Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat : “ Sungguh kami (sering) melihat
mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya”
Kemudian ada orang dari Bani Salamah sedang melakukan ruku’ pada raka’at
kedua shalat Subuh. Lalu Nabi menyeru : Ingatlah,sesungguhnya kiblat telah
berubah. Lalu mereka perpaling ke arah kiblat ( Baitullah ) ( HR. Muslim ),
sedang ayat yang turun yang dimaksud oleh Hadts di atas adalah QS.Al Baqarah
ayat 144 :
‫ ِج ِد‬5‫ ۡط َر ۡٱل َم ۡس‬5‫كَ َش‬55َ‫ض ٰىهَ ۚا فَ َو ِّل َو ۡجه‬
َ ‫ب َو ۡج ِهكَ فِي ٱل َّس َمٓا ۖ ِء فَلَنُ َولِّيَنَّكَ قِ ۡبلَ ٗة ت َۡر‬ َ ُّ‫قَ ۡد ن ََر ٰى تَقَل‬
ُ‫ونَ أَنَّه‬5‫ب لَيَ ۡعلَ ُم‬َ َ‫وا ۡٱل ِك ٰت‬5
ْ ُ‫ ۡط َر ۗهۥُ َوإِ َّن ٱلَّ ِذينَ أُوت‬5‫وهَ ُكمۡ َش‬5ُ‫وا ُوج‬ ْ ُّ‫ث َما ُكنتُمۡ فَ َول‬ ُ ‫ۡٱل َح َر ۚ ِام َو َح ۡي‬
َ‫ق ِمن َّربِّ ِهمۡ ۗ َو َما ٱهَّلل ُ بِ ٰ َغفِ ٍل َع َّما يَ ۡع َملُون‬ ُّ ‫ۡٱل َح‬
144. Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya

2
Sehubungan hal tersebut di atas maka pembelajaran Penentuan Arah
Kiblat sangat diperlukan untuk lebih memantapkan ibadah kita khususnya sholat,
karena sholat merupakan pilar utama dalam penegakan ibadah.
Untuk membekali peserta diklat Hisab Rukyat khususnya pada mata diklat
Penentuan arah Kiblat maka ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang
penentuan arah kiblat antara lain tentang pengertian arah kiblat, posisi tempat,
rumus Trigonometri, penggunaan Kalkulator, penentuan arah kiblat suatu lokasi
dengan perhitungan serta kemampuan untuk mempraktekkan penentuan arah kiblt
di suatu lokasi

B. STANDAR KOMPETENSI
Sesuai dengan cakupan materi yang ada pada modul ini maka setelah
membaca modul ini peserta diklat dapat :
1. Menjelaskan pengertian arah Kiblat
2. Memilh jenis alat ukur arah Kiblat
3. Menentukan posisi suatu lokasi ditinjau dari lintang tempat dan bujur
tempat
4. Menggunakan rumus Trigonometri untuk menentukan arah Kiblat
5. Mengoperasionalkan Kalkulator
6. Menentukan arah Kiblat suatu lokasi
7. Praktek Penentuan arah Kiblat

3
BAB II
ARAH KIBLAT

A. Pengertian Arah
Kata Arah Kiblat, berasal dari dua kata yaitu arah dan kiblat. Kata arah
berarti jurusan, tujuan dan maksud (Departemen P&K, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1999),. Imam Syafii berpendapat mencari arah kiblat
hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan arah yang terdekat
dengan posisi suatu lokasi. Dengan demikian arah kiblat juga memberi
arti menghadapkan jarak terdekat dengan Ka’bah di masjidil Haram
(Saadoeddin Djambek, Arah Kiblat, 1956) yang diukur melalui lingkaran
besar pada permukaan bumi. Yang lain mengartikan dengan kata jihad,
syathrah dan azimuth (Departemen Agama, Pedoman Penentuan Arah
kiblat, 1994)

B. Pengertian Kiblat
Sedangkan kata Kiblat berarti Ka’bah yang terletak di dalam Masjidil
Haram kota Mekah. Para ulama sepakat menghadap ke arah kiblat
merupakan syarat sahnya shalat, maka kaum muslimin wajib menghadap
ke arah kiblat dalam melakukan ibadah shalat.
Dengan demikian pengertian arah kiblat adalah suatu arah (kiblat di
Mekah) yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melaksanakan ibadah
shalat.

C. Dalil-dalil yang mendukung Arah Kiblat


Untuk setiap ibadah Maghdoh ( ibadah yang sudah ditentukan syarat dan
rukunnya ) harus disertai dengan dalil yang kuat. Sholat merupakan salah
satu contoh ibadah maghdoh, maka di dalam pelaksanaannya juga
memerlukan dalil yang kuat, termasukdi dalamnya bahwa setiap sholat
harus menghadap ke arah kiblat, sebagaimana dalil yang tersebut dalam :
Surat Al Baqarah (2) ayat 144
‫ ۡط َر‬5‫ك َش‬
َ 5َ‫ َولِّ َو ۡجه‬5َ‫ ٰىهَ ۚا ف‬5‫ض‬ َ ‫ب َو ۡج ِهكَ فِي ٱل َّس َمٓا ۖ ِء فَلَنُ َولِّيَنَّكَ قِ ۡبلَ ٗة ت َۡر‬ َ ُّ‫قَ ۡد ن ََر ٰى تَقَل‬
ْ ُ‫ ۡط َر ۗهۥُ َوإِ َّن ٱلَّ ِذينَ أُوت‬55‫وهَ ُكمۡ َش‬55ُ‫وا ُوج‬
‫وا‬55 ْ ُّ‫ا ُكنتُمۡ فَ َول‬55‫ث َم‬ ُ ‫ َر ۚ ِام َو َح ۡي‬55‫ ِج ِد ۡٱل َح‬55‫ۡٱل َم ۡس‬
َ‫ق ِمن َّربِّ ِهمۡ ۗ َو َما ٱهَّلل ُ بِ ٰ َغفِ ٍل َع َّما يَ ۡع َملُون‬ ُّ ‫ب لَيَ ۡعلَ ُمونَ أَنَّهُ ۡٱل َح‬ َ َ‫ۡٱل ِك ٰت‬

144. Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,


Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya

4
Surat Al Baqoroh (2) ayat 149
‫ك‬ ُّ 5‫ َر ۖ ِام َوإِنَّهۥُ لَ ۡل َح‬5‫ ِج ِد ۡٱل َح‬5 ‫ك َش ۡط َر ۡٱل َم ۡس‬
َ ۗ ِّ‫ق ِمن َّرب‬ َ َ‫ث خَ َر ۡجتَ فَ َولِّ َو ۡجه‬ ُ ‫َو ِم ۡن َح ۡي‬
َ‫َو َما ٱهَّلل ُ بِ ٰ َغفِ ٍل َع َّما ت َۡع َملُون‬

149. Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-
benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Sabda Nabi SAW :


Yang artinya : Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda : Ka’bah (Baitullah)
adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil haram, masjidil haram adalah
kiblat bagi orang-orang penduduk tanah haram (Mekah), dan tanah
haram (Mekah) adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di barat
maupun di timur. (HR. Al Baihaqi) (Muhammad Ibn Ali Ibn Muhammad
As Syaukani, Nailul Authar, 1983).
Arah kota Mekah yang terdapat Ka’bah (sebagai kiblat kaum muslimin)
dapat diketahui dari setiap titik yang berada di permukaan bola bumi,
maka untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan
menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).
Penghitungan dan pengukuran dilakukan dengan derajat sudut dari titik
kutub utara, dengan menggunakan alat bantu mesin hitung atau
kalkulator. Atau dapat ditentukan dengan cara mengetahui jam bayang-
bayang kiblat setiap hari dipermukaan ini.

5
BAB III
POSISI TEMPAT

A. Lintang Tempat
Lintang tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
khatulistiwa bumi sepanjang garis lingkaran paralel bumi.
Ada dua garis lintang yaitu :
 Lintang Utara yang nilainya 0º LU - 90º LU yang diukur dari khatulistiwa
( 0 º ) ke arah kutub Utara (90º ) yang biasanya diberi tanda positip.
 Lintang Selatan yang nilainya 0º LS - 90º LS yang diukur dari khatulistiwa
( 0 º ) ke arah kutub Selatan (90º ) yang biasanya diberi tanda negatip.
B. Bujur tempat
Bujur tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis bujur
melalui kota Greenwich (dekat London) sepanjang garis bujur bumi.
Ada dua garisbujur yaitu :
o Bujur Barat yaitu garis bujur yang terletak di sebelah Barat Greenwich
yang nilainya 0 º BB - 180 º BB yang biasanya diberi tanda negatip.
o Bujur Timur yaiotu garis bujur yang terletak di sebelah Timur
Greenwich yangnilainya 0 ºBT - 180 º BT yang biasanya diberi tanda
positip.
Batas berimpitnya kedua bujur tersebut biasanya dijadikan pedoman
pembuatan garis batas penanggalan International.
Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk mengetahui lintang dan bujur
suatu tempat antara lain :
1. Menggunakan data dalam buku
2. Menggunakan peta

1. Menggunakan data dalam buku :


a. Tidak semua tempat di bumi ini ada dalam daftar buku tersebut.
Daftar-daftar tesebut hanya memuat kota-kota penting saja. Untuk
kota-kota atau tempat-tcmpat yang tidak terdapat dalam daftar
tersebut, harus diukur atau dihitung sendiri.
b. Tidak jelas bagi kita di titik mana di kota itu angka tersebut
berlaku. Misalnya Surabaya (kota) berukuran lintang 7º 15' LS dan
112º 45’ BT. Tidak jelas angka inii berlaku di mana. di Tanjung Perak ,
atau Pasar Wonokromo.
c. Sebaiknya kita gunakan data lintang dan bujur tempat yang relatif dekat
dengan kota yang hendak kita ukur arah kiblatnya
2 Menggunakan peta

6
Misalkan kita akan mencari lintang dan bujur Tugu, yang tidak
tercantum dalam daftar.
a. Langkah pertama yang harus ditempuh adalah mencari dua buah kota
teredekat dengan tempat yang akan dicari lintang dan bujurnya, yang
koordinat geograflsnya tercantum dalam daftar tersebut. Misalkan kota
Bogor (B) berkoordinat 6° 37' LS (lintang selatan) dan 106° 48' BT
(bujur timur).dan kota Cianjur(C) yang berkoordinat
6°51’dan107°08' BT.
Perhatikan gambar dibawah ini:

b. Ukur jarak B - C'. misalkan = 2.15 cm.


Selisih bujur kota Bogor dan Cianjur (jarak B - C' dalam derajat) =
107° 08' - 106° 48' = 20'.
c. Ukur jarak T - T . misalkan = 1.5 cm.
Perhitungan :
Bujur kota Bogor = 106° 48'
Selisih bujur kota B (Bogor)dan kota T (Tugu) =1.5/2.15 x 20'
= 00º13’ 57.21”
Dengan demikian bujur kola T ( Tugu ) = 107° 01' 57.2!" BT
d. Ukur jarak B - B'. misalkan = 1.4 cm.
Selisih lintang kota B dan kota C = 6° 51’ - 6° 37' = 0º14’
e. Ukur jarak B - T', misalkan = 0.5 cm.
Perhitungan :
Lintang kota Bogor = 6° 37'
Selisih lintang kota Bogor dan kota Tugu = 0.5/1. 4 x I 4 ' = 0º 5’
Dengan demikian lintang kota T (Tugu) = 6° 42' LS
Kesimpulan : Desa Tugu terletak pada 6°42' LS dan107°01'57.21"BT
Jadi untuk perhitungan dan penentuan arah kiblat hanya dibutuhkan 2
data, yaitu : Lintang dan Bujur tempat, selain dengan metode seperti di
atas data lintang dan bujur tempat/kota dapat diketahui dan diambil dari
buku ilmu falak dan hisab rukyat, shoftware n-Charta dan alat GPS (globe
positioning system).
C. Rangkuman

7
Lintang tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
khatulistiwa bumi sepanjang garis lingkaran paralel bumi. Ada dua jenis
lintang yaitu Lintang Utara ( LU ) dan Lintang Selatan ( LS )
Bujur tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
bujur melalui kota Greenwich (dekat London) sepanjang garis bujur bumi.
Ada dua jenis bujur yaitu Bujur Barat (BB) dan Bujur Timur (BT)
Posisi suatu tempat dapat diketahui dari besar lintang tempat dan bujur
tempat dimana datanya dapat diperoleh dengan melihat dalam buku lokasi,
melihat peta, membuat perbandingan untuk kota yang belum dikenal /
didata dalam peta, atau lebih mudah dengan menggunakan software n-
Charta

D. Latihan
1. Apa yang saudara ketahui tentang garis lintang. Jelaskan
2. Apa yang saudara ketahui tentang garis bujur. Jelaskan
3 Apa yang dimaksud dengan garis batas penanggalan Internasional.
4. Bagaimana cara menentukan posisi tempat ditinjau dari lintang tempat
dan bujur tempat.

BAB IV

8
RUMUS TRIGONOMETRI

Dalam menentukan arah kiblat perlu dibantu dengan rumus


Trigonometri. Adapun aturan yang sering digunakan antara lain aturan
Sinus, aturan Cosinus pada segitiga datar yang berguna bagi peserta untuk
mereview ulang tentang pemahaman rumus Trigonometri, sedang untuk
keperluan penentuan arah kiblat lebih diperdalam lagi dengan aturan
Trigonometri pada segitiga bola atau yang lebih dikenal dengan istilah
spherical Trigonometry
Pada Bab ini peserta akan diberi dasar terlebih dahulu dengan aturan Sinus
dan Cosinus pada segitiga datar sebagai berikut :
Perhatikan gambar segitiga berikut :

a
b

A B
c

Pada segitiga ABC di atas terlihat


a = sisi di depan sudut A
b = sisi di depan sudut B
c = sisi di depan sudut C

A. Aturan Sinus
Dengan aturan Sinus maka kita dapat menentukan besar salah satu sudut
bila dua sisi diketahui dan sebuah sudut yang berhadapan dengan salah
satu sisi yang diketahui tersebut, atau kita dapat menentukan besar salah
satu sisi bila dua sudut diketahu dan salah satu sisi dihadapan salah satu
sudut tersebut diketahui dengan rumus Sinus sebagai berikut :
_ a = b = c
Sin A Sin B Sin C

9
B. Aturan Cosinus
Selain dengan aturan Sinus kita dapat menyelesaikan perhitungan panjang
sisi atau besar sudut dengan aturan Cosinus sebagai berikut :
a 2 = b2 + c2 - 2 b.c Cos A
b 2 = a2 + c2 - 2 a.c Cos B
c 2 = a2 + b2 - 2 a.b Cos C

C. Aturan Trigonometri Segitiga Bola


Untuk mencari sudut / arah Kiblat tidak cukup hanya menggunakan aturan
Sinus maupun Cosinus saja, tetapi harus menggunakan aturan
Trigonometri untuk segitiga bola, karena letak bumi kita tidak datar tetapi
berbentuk seperti bola.sehingga kita memerlukan aturan Trigonometri
untuk segitiga Bola sebagai berikut :

c
B

Rumus yang digunakan :


Sin A = Sin B = Sin C
Sin a Sin b Sin c

10
Cos a = cos b cos c + sin b sin c cos A
Cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
Cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
Dengan dasar rumus di atas maka untuk menentukan arah Kiblat
menggunakan rumus
a. Rumus arah kiblat
Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C
Sin C
b. Rumus bantu
Sisi a = 90o – tp
Sisi b = 90o – mk b = 90o – 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
Sisi C = λtp – λmk
Keterangan :
a = jarak lintang kota dengan kutub Utara
b = jarak lintang Mekkah / Ka’bah dengan kutub Utara
C = Sudut antara bujur tempat dengan bujur Mekkah / Ka’bah
tp = lintang / bujur tempat
mk = lintang / bujur Mekah

D. Rangkuman
Dalam menentukan arah kiblat diperlukan rumus Trigonometri, baik
dengan aturan Sinus, aturan Cosinus terlebih lagi dengan aturan
Trigonometri untuk Segitiga Bola, karena posisi Ka’bah dan posisi suatu
kota terletak di permukaan bumi yang bentuknya seperti bola, sehingga
aturan Sinus dan Cosinus pada segitiga datar hanya digunakan untuk
mereview pengetahuan kita pentingnya belajar Matematka untuk terapan
terutama untuk menentukan arah kiblat.

E. Latihan :
1. Tuliskan aturan Sinus dan Cosinus pada segitiga datar
2. Mengapa aturan Trigonometri pada segitiga datar masih diberikan
pada pengantar Trigonometri penentuan arah Kiblat ?
3. Mengapa aturan Trigonometri untuk segitiga datar tidak dapat
digunakan untuk menentukan arah Kiblat ?

11
BAB V
PENENTUAN ARAH KIBLAT

A. Perhitungan Arah Kiblat


Pada bab ini peserta akan diberi penjelasan mengenai cara
menentukan arah kiblat dengan menggunakan rumus arah kiblat,
penggunaan kalkulator dan beberapa contoh perhitungan arah kiblat suatu
tempat dengan rumus yang sudah difahami oleh peserta dan sekaligus cara
menombol kalkulator untuk berbagai tipe.
Pada penentuan arah Kiblat diperlukan data lintang dan bujur
Mekkah dan data lintang dan bujur kota yang akan dihitung arah kiblatnya.
Contoh : Hitunglah arah kiblat kota Surabaya.
1. Data yang diketahui :
1.1. Lintang tempat kota Mekah ( mk ) = 21o 25’ LU
Bujur tempat kota Mekah (λ mk) = 39o 50’ BT
1.2. Lintang tempat kota Surabaya ( tp) = - 7o 15’ LS
Bujur tempat kota Surabaya (λ tp ) = 112o 45’ BT
2. Dicari dulu dengan rumus bantu :
a = 90o –  tp
b = 90o –  mk
C = λtp - λ mk
Nilai angka diketahui adalah :
a = 90o – (- 7o 15’) = 97o 15’
b = 90o - 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
C =112o 45’ - 39o 50’ = 72o 55’
3. Angka a, b dan C dimasukkan dalam rumus arah kiblat
Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C

12
Sin C
Cotan B = Cotan 68° 35’ Sin 97° 15’- Cos 97° 15’ Cotan 72° 55’
Sin 72°55’
4. Cara tekan tombol/pijat kalkulator sbb :
Tekan/pijat tombol kalkulator secara berurutan sesuai dengan typenya:
a. Casio fx 3600, 3800, 3900, 4100
68o 35’ Tan Inv 1/x x 97 o 15’ Sin = : 72o 55’ Sin = - 97o 15’ Cos x
72o 55’ Tan Inv 1/x = Inv 1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 58’ 14.97” U - B
atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294 o 01’ 45.03”
UTSB.
b. Karce-131 Scientific Calculator, Casio fx 82 MS, 85 MS, 95 MS,
100 MS, 115 MS, 350 MS, 570 MS, 820 MS, 991 MS, 992S, 4000
P , 4500 P , 5000 P.
1 / Tan 68o 35’ x Sin 97o 15’ / Sin 72o 55’ Exe - Cos 97o 15’ x 1 / Tan
72o 55’ Exe x-1 Exe Shift Tan Ans Exe Shift o’’65o 58’ 14.97” U - B
atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294 o 01’ 45.03”
UTSB.
Keterangan :
1) U-B : diukur dari titik Utara ke arah Barat
2) B-U : diukur dari titik Barat ke arah Utara
3) UTSB : diukur dari titik Utara se arah jarum jam (Utara –
Timur - Selatan – Barat)
4) tanda/bias diganti : , tanda Exe bisa diganti = , tanda x-1
dipijat shift ( )

B. Gambar Arah Kiblat


Dalam menggambar arah kiblat peserta diminta untuk menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan antara lain kertas gambar, busur derajat, penggaris
siku, data hasil perhitungan arah kiblat, jangka dan alat tulis (pensil / bolpoin )

13
PENENTUAN ARAH KIBLAT KOTA SURABAYA
( Oleh : Drs. Jarot Iswanto )

(U)
shaf
Kiblat
(Ka’bah) Shaf

65º58’14.97”
Timur

(T)
(B)
shaf

(S)Selatan

Shaf Shaf
(S)
C. Rangkuman
Dalam menentukan arah kiblat diperlukan data lintang dan bujur Makkah,
lintang dan bujur Kota yang akan ditentukan arah kiblatnya.
Dalam penggunaan kalkulator setiap peserta hendaknya memahami
karakteristik kalkulator yang digunakan
Dalam melukis arah kiblat diperlukan ketelitian dalam pengukuran derajat
arah kiblat, karena dengan gambar yang akurat, Insya Allah akan
membawa kekhusuan dalam beribadah ( sholat )
D. Latihan
1. Gambarkan arah Kiblat Ciputat dengan data Lintang - 06°09’ LS dan
data Bujur 106°31’
2. Gambarkan arah Kiblat Cepu dengan data Lintang - 07°10’ LS dan
data Bujur 111°35’

14
BAB VI
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Untuk setiap ibadah Maghdoh ( ibadah yang sudah ditentukan syarat dan
rukunnya ) harus disertai dengan dalil yang kuat. Sholat merupakan salah satu
contoh ibadah maghdoh, maka di dalam pelaksanaannya juga memerlukan dalil
yang kuat, termasuk di dalamnya adalah perintah sholat yang harus menghadap ke
arah kiblat
Lintang tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
khatulistiwa bumi sepanjang garis lingkaran paralel bumi. Ada dua jenis lintang
yaitu Lintang Utara ( LU ) dan Lintang Selatan ( LS )
Bujur tempat adalah jarak yang diukur dari tempat dimaksud ke garis
bujur melalui kota Greenwich (dekat London) sepanjang garis bujur bumi. Ada
dua jenis bujur yaitu Bujur Barat (BB) dan Bujur Timur (BT)

15
Untuk mencari sudut / arah Kiblat tidak cukup hanya menggunakan aturan
Sinus maupun Cosinus saja, tetapi harus menggunakan aturan Trigonometri untuk
segitiga bola
Untuk melakukan perhitungan arah Kiblat dengan mudah, cepat dan akurat
maka perlu dibantu dengan mesin hitung yang dikenal dengan Kalkulator. Tidak
sembarang kalkulator dapat digunakan untuk menghitung arah kiblat, tetapi
memerlukan spesifik tersendiri yaitu Scientific Calculator
Adapun kalkulator yang digunakan minimal memiliki 5 fungsi hitungan yaitu :
1. Memiliki fungsi umum dan standard
2. Memiliki fungsi hitungan derajat
3. Memiliki fungsi hitungan positif dan negatif
4. Memiliki fungsi hitungan trigonometri
5. Memiliki fungsi hitungan nilai besarnya suatu sudut
Pada penentuan arah Kiblat diperlukan data lintang dan bujur Mekkah dan
data lintang dan bujur kota yang akan dihitung arah kiblatnya.
Dalam melukis arah kiblat diperlukan ketelitian dalam pengukuran derajat
arah kiblat

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI,1994. Pedoman Penentuan Arah kiblat, Jakarta.


Sriyatin Shadiq Al-Falaky, 2000. Perhitungan Penentuan Arah Kiblat . Surabaya,
Yayasan Al Falakiyah.
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah DITJEN BIMAS Islam
Departemen AgamaRI, 2007. Ephemeris Hisab Rukyat, Jakarta
C.W.C.Barlow, M.A,B.Sc, 1946 Elementary Mathematical Astronomy, University
Tutorial Press LTD, London

16
17

Anda mungkin juga menyukai