Anda di halaman 1dari 7

DINAS KESEHATAN

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Jakarta, /6 Juli202o

Kepada
Yth 1. Para Kepala Sudin Kesehatan di 5 Kota
Administrasi dan Kabupaten Kep.Seribu
Provinsi DKI Jakarta
2. Para Kepala Puskesmas Kecamatan
Provinsi DKI Jakarta

Jakarta

SURAT EDARAN
NOMOR //3 /SE / 2020

TENTANG
PELAYANAN GIZI DALAM MASA PANDEMI CORONAY/RUS D/SEASE 2019
(covrD-1e) PEMBATASAN SOSTAL BERSKALA BESAR (PSBB)
TRANSIST MENUJU
MASYARAKAT YANG SEHAT, AMAN DAN PRODUKTIF DI PROVINSI DKI JAKARTA

Menindaklanjuti Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Nomor


HK.02.02N139312020 tentang Pelayanan Gizi Dalam Pandemi CoronaVirus Disease
2019 (COVID 19) dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 51 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Pada Masa Transisi Menuju
Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif, dengan ini disampaikan :
1. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Kepala Puskesmas
Kecamatan untuk meningkatkan koordinasi kepada seluruh pemangku
kepentingan di tingkat kota/kabupaten, kecamatan dan kelurahan dalam rangka
pemberian pelayanan gizi selama pandemi COVID-19 Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) Transisi Menuju Masyarakat Yang Sehat, Aman dan
Produktif,
.2. Pelayanan Gizi selama masa Pandemi Covid 19 diharapkan dilakukan dengan
memperhatikan lampiran dalam surat edaran ini.
Edaran ini untuk menjadi perhatian dan agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dan penuh tanggung jawab.

pala Dinas Kesehatan


P Daerah Khusus lbukota Jakarta,

dr. Widyastuti, M
NlP. 196406291989122
Lampiran : Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta

Nomor t 13 rcetzozo
Tanggal 16 Juli2oao

PELAYANAN GIZI
(covl?-1.q).
DALAM MASA PANDEMT CORONAyTRUS DtsEAsE 201e
PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB) TRA\SISI MENUJU
MASYARAKAT YANG SEHAT, AMAN DAN PRODUKTIF DI PROVINSI
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Nomor
Menindaklanjuti Surat Edaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
bahwa Severe
HK.Ol.O2Ntgggtz}2}tentang Pelayanan Gizi Dalam Pandemi COVID 19
Virus corona adalah
Acute Respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau
terjadinya gangguan
virus yang menyerang sistem pernafasan sehingga menyebabkan
oleh Virus
pernafasan, pneumonia akut, sampai kematian. Penyakit yang disebabkan
terjadi pada bayi'
corona disebut corona Virus Disease (covlD-19)' Covid-19 dapat
balita, dewasa, lansia, ibu hamil dan ibu menyusui'
. wHo telah menyatakan coVlD-19 sebagai pandemi dan Presiden Republik

lndonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap


Tanggap Darurat serta
Keputusan Presiden
menetapkan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui
11 Tahun 2020. Dalam rangka percepatan penanganan COVID 19
serta
Nomor
juga telah
memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat, Pemerintah
Pembatasan Nasional
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor2l Tahun z}z}tentang
Nomor 51
Berskala Besar, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Tahun ZO2O tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Pada Masa
Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif. Pembatasan kegiatan
kebutuhan dasar
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan
penduduk, antara lain kebutuhan pelayanan kesehatan, kebutuhan pangan, dan
kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya.
. Kebutuhan pelayanan kesehatan yang dimaksud salah satunya bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada seluruh
siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan prioritas pada
kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui dalam
segala situasi.
Mengingat ketentuan :

1. . Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran


Negara Republik lndonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia 327 3);

Z. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 144.Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5063);
3.. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia 6236);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Vírus Drsease 2019 (COVID-
19) (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia 6487\;
6. peraturan presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2013 Nomor 100);
7. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakal corona virus Drsease 201 I (COVID-1 9);
B. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2O2O tentang Penetapan Bencana Non Alam
penyebaran Corona VirusDrsease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;
g. peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) (Berita Negara Republik lndonesia Tahun 2020 Nomor 326);
10. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 51 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat,
Aman dan Produktif;
Sehubungan dengan hal tersebut, diberitahukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten dan Kepala Puskesmas Kecamatan untuk meningkatkan koordinasi
kepada seluruh pemangku kepentingan di tingkat kota/kabupaten, kecamatan dan
kelurahan dalam rangka pemberian pelayanan gizi selama Pandemi COVID-19
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi Menuju Masyarakat Yang Sehat,
Aman Dan Produktif, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Suplementasi Gizi
'a. Memastikan ketersediaan dan distribusi suplementasi (Vitamin A, Tablet Tambah
Darah, Mineral Mix) sampai dengan akhir tahun bagi kelompok rawan dan
beresiko dengan mempertimbangjan prinsip-prinsip keamanan seperti socra/ dan
physícal distancíng.
b. Menginventarisir kelompok sasaran prioritas intervensi suplementasi gizi sesuai
dengan kriteria dalam buku pedoman pemberian.
'c. Melaporkan hasil kegiatan intervensi ke dalam sistem e-ppgbm setiap bulannya
sesuai dengan bulan pemberian.
2. lbu Hamil
a. Tablet Tambah Darah lbu Hamil (T-fD Bumil) tetap diberikan dengan
memperhatikan kondisi ibu hamil sesuai dengan jadwal kunjungan ke fasilitas
pelayanan kesehatan ataupun janjitemu sebelumnya dengan petugas kesehatan.
-b. Pemberian TTD Bumil dengan Pasian Dalam Pemantauan dan kasus
terkonfirmasi positif dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari bidan/dokter
spesialis kandungan.
c. Makanan Tambahan lbu Hamil (MT Bumil) diberikan pada semua
ibu hamil
(KEK) dan
dengan prioritas ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik
memilikifaktor risiko ekonomi dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan'
Distribusi MT bumil dilakukan saat kunjungan ke fasilitas pelayanan
kesehatan
d.
petugas
atau kunjungan rumah sesuai dengan janji temu sebelumnya dengan
' kesehatan.

3. Bayi dan Balita

a. Pemberian suplemen Vitamin A pada bayi dan balita utamanya dilakukan di


fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan janji temu, dan ibu tidak
perlu
mandiri
membawa balitanya karena pemberian vitamin A dapat dilakukan secara
. dirumah.
b. Berkoordinasi dengan kader untuk memastikan pemberian Vitamin A bulan
Februari-Agustus dapat sampai ke kelompok sasaran'
c. Makanan Tambahan (MT) Balita Gizi Kurang diberikan pada semua balita dengan
prioritas balita mengalami gizi kurang dan memiliki faktor risiko ekonomi dan
keterbatasan akses pelayanan kesehatan.
.d. Distribusi MT Balita Gizi Kurang dilakukan saat kunjungan ke fasilitas pelayanan
kesehatan atau kunjungan rumah sesuai dengan janji temu sebelumnya dengan
petugas kesehatan
e. Penapisan Balita Gizi Buruk pada masa pandemic Covid 19 tetap dilakukan seperti
sebelumnya. Penemuan kasus bisa secara mandiri, laporan/pemberitaan media,
laporan dari masyarakat, kunjungan rumah atau kunjungan fasyankes.

. f. Tatalaksana Anak Balita Gizi Buruk dilakukan sesuai dengan pedoman


Tatalaksana Anak Balita Gizi Buruk. Anak Balita Gizi Buruk dengan komplikasi
medis dapat dirawat inap di fasyankes, sedangkan anak balita gizi buruk tanpa
komplikasi dan kondisi stabil dapat dipantau secara rawat jalan.

4. Remaja Putri
a. Berkoordinasi dengan pihak dewan sekolah dan lintas sektor terkait untuk
' distribusi dan konsumsi TTD selama Schoo/ From Home (belajar dari rumah).
b. Membuat Whatsapp Grup dengan pihak sekolah dan kader Pelayan Kesehatan
Peduli Remaja untuk mengingatkan konsumsiTTD Rematri sesuaidengan jadwal
waktu yang telah disepakati secara berkala di rumah sebelum dan saat proses
belajar online di lakukan.
c. Penyebarluasan informasi secara daring melalui poster dan leaflet online untuk
' informasi mencegah anemia.
d. Diskusikan dengan wali murid dan siswi untuk rutin konsumsiTTD secara mandiri

1¡fD non program) dan kendala atau efek samping saat proses konsumsi di
rumah.

5. Pemantauan Pertumbuhan
a. ldentifikasi dan pemilahan kelompok sasaran beresiko serta membuat jadwal
pemantauan bulanan.
b. Perhatikan status kondisiwilayah dalam zona pengendalian :

¡) Zona Merah atauZona Kuning


1. Diupayakan agar ibu balita dapat melakukan penimbangan berkala
secara mandiri di rumah setiap bulan dan mencatat hasil penimbangan
dalam buku Kesehatan tbu dan Anak (KlA), kemudian melaporkan
hasilnya secara online kepada petugas puskesmas'
. 2. Bila ibu balita tidak memiliki alat timbang di rumah, lakukan pemantauan
dengan memperhatikan kondisi umum kesehatan balita dan tetap selalu
menjaga kebersihan.
3. Bita ditemukan tanda balita sakit atau nafsu makan menurun segera ibu
balita harus datang ke puskesmas untuk mendapat pertolongan.
4. Rekap dan laporkan hasilnya secara berkala.
¡¡) Zona Hijau

1. Berkoordinasi dengan pimpinan wilayah setempat untuk rencana


pembukaan posyandu atau pos timbang sesuai dengan tahapan dan
protokol kesehatan dalam buku Panduan Pemantauan Pertumbuhan.
2. Prioritaskan pemantauan pertumbuhan pada kelompok balita yang
beresiko (Balita BB kurang, Balita Pendek dan Balita Gizi Kurang).
3. Pastikan kader, ibu balita dan balita yang datang ke posyandu
menggunakan masker dan dalam kondisi yang sehat.
4. Pastikan ketersediaan masker cadangan, tempat cuci tangan, hand
sanitizer serta sarana prasarana posyandu dalam kondisi bersih dan
steril.
5. Rekap dan laporkan hasilnya secara berkala.

6. Kunjungan Rumah dan Konseling

a. Bila harus melakukan kunjungan rumah pertimbangkan prinsip keamanan


(social/physicaldistancing dan menggunakan APD Standar level 1).
b. Konseling, edukasi dan pemantauan kondisi balita/ibu hamil dapat dilakukan
secara daring melaluiWAG, infografis dan media sosial lainnya.
c. pastikan ada pemberitahuan jadwal kunjungan dan janji temu sebelumnya agar

durasiwaktu kunjugan dan konseling tidak terlalu lama'

7. Monitoring dan Evaluasi


a. pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi pada masa pandemic Covid 19 tetap
dilakukan sePerti sebelumnYa.
b. Buku KIA sebagai alat edukasi juga dapat digunakan oleh ibu balita untuk

mencatat hasil penimbangan pada pemantauan pertumbuhan dan perkembangan


yang dilakukan secara mandiri di rumah. Namun hasil penimbangan tersebut tidak
' perlu dilaporkan sebagai cakupan kinerja program'
c. pemantauan wilayah setempat dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi dengan

menganalisis seluruh sumber data yang tersedia diantaranya data elektronik


Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPBGM).
d. lnformasi yang dihasilkan dari analisa data ePPGBM dapat digunakan untuk
menentukan prioritas kunjungan terjadwal atau konseling melalui media online
' (SMS, Telpon, Aplikasi Chat)
Demikian Surat Edaran ini untuk menjadi perhatian dan agar dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab.

Dinas Kesehatan
Khusus lbukota Jakarta

dr. Widyastuti, MKM


NrP. 19640629198912 01

Anda mungkin juga menyukai