Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAB 3 PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang
Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perekayasaan Pelaporan
Keuangan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Mataram, 30 Maret 2017


DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................. ii
Bab I pendahuluan................................................................................................ 1
1.1  Latar belakang........................................................................................... 1
1.2  Rumusan masalah...................................................................................... 1
1.3  Tujuan........................................................................................................ 1
Bab II pembahasan................................................................................................ 2
2.1   Proses perekayasaan................................................................................. 2
2.2   Perekayasaan sebagai proses deduktif...................................................... 4
2.3   Siapa merekayasa...................................................................................... 5
2.4   Aspek semantik dalam perekayasaan....................................................... 5
2.5   Proses saksama......................................................................................... 6
2.6   Konsep informasi akuntansi..................................................................... 7
2.7   Rerangka konseptual................................................................................ 7
2.8   Model....................................................................................................... 7
2.9   Rerangka konseptual versi IASC............................................................. 8
2.10 Prinsip akuntansi berterima umum............................................................ 9
2.11 Tiga pengertian penting............................................................................ 11
2.12 Berlaku atau berterima.............................................................................. 12
2.13 Autoritas rerangka konseptual.................................................................. 13
2.14 Struktur akuntansi.................................................................................... 15
Bab III penutup..................................................................................................... 16
3.1   Kesimpulan............................................................................................... 16
Daftar pustaka....................................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan mampu
merekayasa suatu mekanisme pelaporan keuangan untuk suatu negara. Salah satu tujuan yang
dapat dicapai dengan perekayasaan ini adalah alokasi sumber daya ekonomik secara efektif dan
efisien. Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara saksama untuk mengendalikan
alokasi tersebut secara automatis dengan mempengaruhi perilaku pengambil keputusan
ekonomik yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi pengendalian automatis,
penyediaan informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa prisnsip akuntansi berterima
umum.
Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana
informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang
pada gilirannya akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan sosial negara. Pelaporan
Keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil proses perekayasaan. 
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif, dan objektif
untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi
yang tersedia secara teoretis dan praktis untuk mencapai tujuan negara melalui tujuan pelaporan
keuangan dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Hasil
perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang
fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.  

1.2    Rumusan Masalah
1.    Menjelaskan proses perekayasaan
2.    Menjelaskan proses perekayasaan sebagai proses deduktif
3.    Menjelaskan Konsep Informasi Akuntansi
4.    Menjelaskan Prinsip Akuntansi Berterima Umum
5.    Menjelaskan Rerangka Konseptual dan Struktur Akuntansi

1.3     Tujuan
Agar Pembaca lebih memahami tentang Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

BAB II
PEMABAHASAN
2.1     Proses Perekayasaan
Pelaporan keuangan adalah stuktur dan proses akuntasi yang menggambarkan bagaimana
informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial
Negara. Pengertian ini lebih luas dari pada apa yang dideskripsi oleh Financial Accounting
Standards Board (FASB) dalam Statements of Financial Accounting Concepts. FASB
mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan sarana penyampaian (means of
communication) informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan terutama dari segi
keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui statemen keuangan.
Stuktur akuntansi melukiskan unsur-unsur (pihak-pihak dan sarana-sarana) yang terlibat
dalam dan terpengaruh oleh penentuan / penyediaan informasi keuangan dan saling hubungan
antara unsur-unsur tersebut. Pengertian proses akuntansi dalam pelaporan keuangan adalah
mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling
berinteraksi sehingga dihasilkan informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk
laporan/statemen keuangan termasuk mekanisme untuk menentukan kewajaran statemen
keuangan.
Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil perekayasaan akuntansi di
tingkat nasional. Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk
membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam suatu Negara untuk
menunjang tercapainya tujuan Negara. Perekayasaan akuntansi berkepentingan dengan
pertimbangan untuk memilih dan mengaplikasikan ideologi, teori, konsep dasar, dan teknologi
yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara
dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Proses
perekayasaan akuntansi dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini.

Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan


Tujuan ekonomik dan sosial negara
Tujuan Pelaporan Keuangan:
Menyediakan Informasi Keuangan untuk dasar pengambilan keputusan ekonomik dan sosial
Konsep-konsep dasar apa yang relevan ?
Siapa subjek pelaporan (entitas pelapor) ?
Siapa yang dituju oleh informasi ?
Informasi apa yang dilaporkan ?
Simbol atau elemen apa yang digunakan untuk melaporkan ?
Dasar pengukuran apa untuk mengkuantifikasi ?
Apa saja kriteria pengakuan hasil pengukuran ?
Medium apa yang harus digunakan untuk melaporkan ?
Bagaimana informasi disajikan dalam medium ?
Rerangka Konseptual:
Dijabarkan dalam standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk prinsip akuntansi
berterima umum (PABU)
Media pelaporan (bentuk, isi, dan jenis)
Informasi Akuntansi
 
Dalam perekayasaan tersebut, tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan
keuangan. Harapannya adalah pencapaian tujuan akutansi dengan sendiri akan membantu
tercapainnya tujuan Negara. Proses tersebut merupakan manifestasi dari pendefinisian akuntansi
sebagai teknologi.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan perekayasaan (kotak ketiga dari atas melibatkan
pertimbangan dan pemeliharaan berbagai gagasan tentang ideologi filsofi, paradigma, dan
konsep dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Proses perekayasaan ini pada
dasarmya adalah proses untuk menjawab pertanyaan mendasar yaitu bagaimana suatau kegiatan
operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk statemen keuangan sehingga orang yang dituju
dapat membayangkan perusahaan secara financial tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi
perusahaan (misalnya mengunjungi kantor/pabrik).

2.2    Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif


Sebagai penalaran dedukatif-normatif, hendriksen (1982) menguraikan aspek-aspek yang
harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk menghasilkan rerangka teoretis
akuntansi yaitu :
1)      Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-unit usaha (entitas pelapor ) dan
lingkugannya.
2)       Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari pernyataan postulat.
3)      Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju (pemakai) dan kemampuan
pemakai untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis informasi yang disajikan.
4)      Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan.
5)      Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi informasi tentang
perusahaan dan lingkungannya.
6)      Penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran dan deskripsi unit usaha beserta
lingkungannya.
7)      Pengembangan dan penyusunan pernyataan umum (general proposisition)  yang dituangkan
dalam bentuk suatu dokumen resmi yang menjadi pedoman umum dalam menyusunan standar
akutansi.

8)      Perancang bagunan struktur dan sistem informasi akuntansi (produser, metoda, dan teknik)
untuk menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi desuai dengan
standar atau prinsip akutansi berterima umum

2.3    Siapa Merekayasa
Proses perekayasaan bukan suatau upaya perseorangan (one-man show) tetapi merupakan
upaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual dan kekuatan politik mengingat
perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yang serius yang hasilnya berdampak luas dan
panjang. Oleh karena itu, badan legislatif pemerintah (dalam hal ini DPR atau bahkan MPR)
mempunyai peran penting dalam hal ini mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi
semacam undang-undang dasar (konstitusi).
2.4 Aspek Semantik dalam Perekayasaan
Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek-objek fisik
kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek (disebut elemen-elemen) statemen
keuangan. Elemen-elemen itu sendiri belum bermakna dan menjadi informasi sebelum diukur
dengan cara tertentu agar besar-kecilnya elemen dapat dirasakan manfaat atau pengaruhnya.
Agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk informasi keuangan, objek-objek fisis harus
dikuantifikasi ke dalam satuan yang homogenus sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan
besarnya (size) dan hubungan (relationship) antarobjek. Dari segi akuntansi, aliran fisis
perusahaan akhirnya direpresentasi dalam bentuk satuan uang hasil pengukuran elemen yang
menjadi bahan olah dan data dasar akuntansi. Jumlah rupiah sebagai hasil pengukuran ini disebut
dengan kos (cost).
2.5  Proses Saksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus dilakukan
melalui tahap-tahap dan prosedur yang saksama dan teliti. Hal ini diperlukan mengingat
dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai pernyataan resmi atau statemen
(statements) yang mempunyai tingkat keautoritafifan tinggi. Prosedur ini berlaku dalam
penyusunan baik rerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berstatus statemen.
Berikut ini adalah proses-proses saksama (due process) yang dilaksanakan FASB dalam
menyusun pernyataan resmi.
a.         Mengevaluasi masalah (preliminary evaluation). Dalam tahap ini FASB mengidentifikasi
masalah akuntansi dan pelaporan.
b.        Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf teknis FASB dan satuan
tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar FASB yang ditunjuk atau dikomisi oleh FASB.
Hasil analisis diterbitkan dalam bentuk laporan Riset (Research Reports).
c.         Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum) kepada setiap
pihak yang berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinci semua aspek masalah yang
telah disidangkan pada tingkat awal (early deliberation).
d.        Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas masalah yang
diungkapkan dalam Memorandum Diskusi.
e.         Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum Diskusi (baik dari
dengar pendapat maupun dari tanggapan tertulis).
f.         Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama Exposure Draft
(ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari setelah penerbitan.
g.        Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
h.        Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atau tidak. Statemen dapat diterbitkan
kalau mayoritas anggota menyetujui.
i.          Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
Simbol-simbol (elemen-elemen) yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan
sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen diinterpretasi sebagai objek yang berdiri
sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum memberi informasi kalau tidak
dihubungkan dengan elemen lainnya. Semua elemen harus diinterpretasi sebagai satu kesatuan.
2.6 Konsep Informasi Akuntansi
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-simbol (elemen-elemen) yang
termuat dalam seperangkat statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap
elemen di interpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen keuangan berisi
rangkaian elemen-elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan susunannya
diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Informasi semantik ini harus
ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai satu kesatuan, yaitu elemen
(objects), ukuran dalam unit moneter ( size ), dan hubungan ( relationship ) antar elemen.
2.7 Rerangka Konseptual
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan menjadi
konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi yang di Amerika disebut
rerangka konseptual (conceptual framework). Bila operasi akuntansi dianalogi dengan kegiatan
kenegaraan, rerangka konseptual dapat dianalogi dengan konstitusi sedangkan prosesnya dapat
dianalogi dengan proses pemikiran dalam pembuatan konstitusi Negara. Karena faktor
lingkungan dan kebutuhan unik tiap Negara harus dipertimbangkan, rerangka konseptual yang
dikembangkan dalam Negara yang satu dapat berbeda dengan rerangka konseptual Negara yang
lain. Dengan kata lain, rerangka konseptual akan unik untuk tiap Negara.

2.8 Model
Salah satu model yang banyak dikenal saat ini adalah rerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen konsep penting yaitu:
a.       Tujuan pelaporan keuangan
b.      Kriteria kualitas informasi
c.       Elemen-elemen statemen keuangan
d.      Pengukuran dan pengakuan
Empat komponen tersebut membentuk satu kesatuan yang saling berkaitan. FASB
menuangkan empat komponen tersebut dalam beberapa dokumen resmi berupa pernyataan
(Statement of Financial Accounting Concept/SFAC) Yaitu :
AC No. 1   :    Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises
AC No. 2   :    Qualitative Characteristics of Accounting Information
AC No. 3   :    Elements of Financial Statement of Business Enterprises 
AC No. 4   :    Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations 
FAC  No. 5   :    Recognition and Measurement in Financial Statements of   Business Enterprises 
AC  No. 6   :    Elements of Financial Statements
FAC  No. 7   :    Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement.
Komponen (a) dituangkan secara resmi dalam bentuk SFAC No. 1  dan No. 4.
Dimasukannya tujuan untuk organisasi nonbisnis dalam rerangka konseptual memberi isyarat
bahwa FASB  bermaksud merancang rerangka konseptual yang luas mencakupi operasi kedua
jenis organisasi tersebut. Komponen (b) dituangkan dalam SFAC No. 2. Komponen
(c)  dituangkan dalam SFAC No. 3  yang telah diganti dengan SFAC No. 6. Penggantian  ini
dilakukan mengingat SFAC No. 3 belum mencakup elemen-elemen statemen keuangan untuk
organisasi-organisasi  non bisnis tetapi hanya mencakup elemen-elemen untuk entitas bisnis.
Oleh karena itu, nama konsep untuk SFAC No. 6  diperluas menjadi Elements of Finansial
Statements bukan lagi Elements of Financial Statement of Bisnis Enterprises. Komponen (d)
dicakupi dalam SFAC No. 5 5 dan No. 7.

2.9 Rerangka Konseptual Versi IASC


Rerangka konseptual versi International Accounting Standards Committee (IASC)
disebut  Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements dan
diterjemahkan oleh IAI sebagai Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
mempunyai komponen konsep yang mirip dengan komponen konsep versi FASB yaitu :
·         The Objective of Financial Statements
·         Underlying Assumptions
·         Qualitative Characteristics of Financial Statement
·          The Elemens of Financial Statements
·          Recognition of The Elements of Financial Statement
·         Measurement of The Elements of Financial Statement
·         Concepts of Capital Maintenance and The Determination of Profit.
Untuk komponen tujuan, IASC menyebutnya sebagai tujuan statemen keuangan bukan
tujuan pelaporan keuangan sebagaimana FASB menyebutnya meskipun IASC menegaskan
bahwa statemen keuangan merupakan bagian dari proses  pelaporan keuangan. Karena
lingkungan penerapan  standar  IASC adalah internasional, karakteristik lingkungan Negara
menjadi tidak relevan. Hal ini barangkali menyebabkan IASC tidak lagi menggunakan istilah
pelaporan keuangan dalam rerangka konseptualnya karena makna tujuan pelaporan keuangan
sebagaimana didefinisi FASB sebenarnya mengandung konteks lingkungan FASB.
Karena memperhatikan factor lingkungan dalam penyusunannya, rerangka konseptual
versi FASB lebih menggambarkan suatu hasil proses perekayasaan yang merupakan konsekuensi
dari pengertian akuntansi sebagai teknologi. Oleh karena itu, rerangka konseptual versi
FASB  sebenarnya lebih cocok untuk dijadikan suatu model perekayasaan dalam pengembangan
rerangka konseptual untuk suatu Negara. Lebih dari itu, rerangka konseptual FASB banyak
memuat penalaran dan argument untuk memilih konsep-konsep yang relevan.

2.10 Prinsip Akuntansi Berterima Umum


Rerangka konseptual yang berfungsi semacam konstitusi hanya memuat konsep-konsep
umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai “Konstitusi Akuntansi “ disuatu  Negara.
Sebagaimana dilukiskan dalam gambar dibawah ini konstitusi tersebut harus dijabarkan dalam
bentuk ketentuan atau pedoman operasional, teknik atau praktis agar mempunyai pengaruh
langsung terhadap praktik dan perilaku. Pedoman dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang
berwenang  dalam bentuk standar akuntansi (accounting standards) atau dapat juga pedoman-
pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikan (sound accounting practices) dapat digunakan
sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan rerangka konseptual atau didukung
berlakunya secara autoritatif (mempunyai authoritative support). Kedua pedoman tersebut secara
keseluruhan membentuk rerangka pedoman operasional yang disebut generally accepted
accounting  principles /GAAP (Prinsip akuntansi berterima /PABU).
Sebagai pedoman operasional PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk menentukan
apakah statemen keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah menyajikan informasi
keuangan dengan baik, benar dan jujur  yang secara teknis  disebut menyajikan secara wajar
(present fairly). Standar akuntansi hanya merupakan salah satu kriteria (meskipun utama) untuk
menentukan kewajaran. Itulah sebabnya laporan auditor standar tidak menggunakan frasa
“standar akuntansi” untuk  menegaskan adanya kewajaran tetapi frasa “prinsip akuntansi
berterima umum”.
Mengapa kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan Standar
Akuntansi  Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia) atau Financial Accounting Standar
(untuk laporan auditor di Amerika. Berikut ini beberapa alasan yang dapat menjelaskan hal ini.
Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau telah dituangkan dalam
bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga harus di evaluasi secara luas atas dasar
ketentuan-ketentuan lain yang mengikat. Termasuk dalam ketentuan lain adalah peraturan
perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap standar
(misalnya BAPEPAM).
Kedua,  bila standar akuntasi secara eksplisit dijadikan kriteria dan dinyatkaan dalam
laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanya bersifat formal (teknis) bukan
bersifat substantif. Artinya standar akuntansi akan memenuhi standar minimal dan ada
kemungkinan evaluator  atau auditor  hanya memenuhi standar minimal tersebut untuk
menentukan  kewajaran. Dapat terjadi hal-hal penting yang tidak diatur  dalam standar akuntansi
tidak dipertimbangkan secara saksama atau bahkan diabaikan.
Ketiga,  untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran harus
merupakan suatu rerangka pedoman (a framework of guidelines) yang cukup komprehensif
meliputi aspek teknis dan konseptual (subtantif atau ideal). Pedoman semacam itu mirip dengan
apa yang terjadi dalam penentuan kriteria  perbuatan etis (ethical conduct). Apakah suatu
perbuatan dikatakan etis secara professional harus dinilai  atas dasar rerangka  pedoman yang di
Amerika  dikenal sebagai kode etik /perbuatan professional (code of professional conduct) yang
komprehensif. Rerangka  pedoman ini terdiri atas standar ideal (principles), kaidah atau aturan
perbuatan (rules of conduct), penjelasan resmi (interpretations) dan petunjuk teknik (ethical
rulings) yang keseluruhannya membentuk hierarki. Kaidah perbuatan merupakan standar
minimal  yang harus dipernuhi agar secara profesional suatu perbuatan akuntan dapat dikatakan
etis atau tidak (substandard). Kaidah ini dapat dipaksakan penegakannya oleh profesi dan
pelanggaran terhadapnya dikenai sanksi etis.
2.11  Tiga Pengertian Penting
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau konsep
penting yang sangat berbeda maknanya yaitu prinsip akuntansi (accounting principles), standar
akuntansi (accounting standard), dan prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted
accounting principles).
Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah,
prosedur, metoda dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoretis maupun praktis yang
berfungsi sebagai pengetahuan (knowledge). Tersedianya secara teoretis  artinya prinsip tersebut
masih dalam bentuk gagasan akademik yang belum dipraktikkan tetapi mempunyai manfaat dan
potensi yang besar untuk diterapkan. Misalnya metode penentuan  nilai aset atas dasar aliran kas
diskunan (discounted cash flow), nilai sekarang (current value), atau daya beli konstan (constan
purchasing power) merupakan prinsip akuntansi yang tersedia secara teoretis. Tersedia
secara  praktis artinya prinsip tersebut  telah dipraktikkan dan dianggap  praktik yang baik dan
bermanfaat. Praktik ini dapat terjadi didalam negeri atau di Negara lain. Misalnya, metode
penentuan depresiasi yang dipilih kaca mata negara lain (misalnya Indonesia). Demikian juga
cara menilai aset di Jerman termasuk salah satu prinsip akuntansi bagi Indonesia. Standar
akuntansi yang diterapkan disuatu Negara pun (atau standar akuntansi internasional) dapat
menjadi sumber prinsip akuntansi bagi Negara lain.
Standar akuntansi adalah  konsep, prinsip, metode teknik dan  lainnya yang sengaja
dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar (atau yang berwenang) untuk
diberlakukan dalam suatu lingkungan/Negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna
mencapai tujuan pelaporan keuangan Negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk
menjadi pedoman utama dalam memperlakuan (pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian
dan penyajian suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terjadi atas standar akuntansi dan sumber-
sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis) teoretis dan praktis.

2.12 Berlaku atau Berterima


Dalam pembahasan sampai titik ini, istilah berterima  digunakan sebagai pada kata
accepted dalam istilah generally accepted accounting principles. Sementara itu IAI (dalam buku
Standar Profesional Akuntan Publik /SPAP) menggunakan istilah berlaku dan bahkan GAAP
diterjemahkan dalam laporan auditor menjadi “prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia”. GAAP bukan skedar frasa tetapi sudah menjadi istilah teknis akuntansi (a technical
accounting term). Oleh karena itu pengindonesiaannya juga harus didasarkan pada makna teknis
yang melekat pada istilah tersebut.
Beberapa penyimpangan makna terjadi dalam istilah “yang berlaku umum di Indonesia”.
Pertama, penggunaan kata “yang” menjadikan istilah tersebut sebagai ungkapan atau frasa umum
dan bukan lagi istilah teknis yang generic. Misalnya pengertian “Isteri saya yang cantik” sangat
berbeda dengan pengertian  “isteri cantik saya”. Penggunaan kata y”yang “ mempunyai konotasi
bahwa ada pasangan “yang tidak” padahal maksud  generally accepted yang generik tidak harus
mempunyai komplemen atau pasangan generally unaccepted atau not generally accepted.
Kedua, penambahan kata “di” untuk menunjukkan bahwa GAAP tersebut adalah bersifat
atau untuk Indonesia juga tidak tepat secara makna. Sebagai istilah teknis yang generik,
penulisan generally accepted accounting principles tidak pernah memakai huruf besar kecuali
sebagai singkatan (yaitu GAAP). GAAP memang lahir di Amerika sehingga kalau istilah
tersebut berdiri sendiri tanpa pengawas, istilah tersebut sering diasosiasi dengan GAAP Amerika
(US-GAAP). Kata Amerika (US) disini secara bahasa adalah kata sifat yang mewatasi GAAP
sehingga GAAP yang dimaksud berkarakteristik, bersifat  atau berkaitan dengan Amerika.
Makna yang sama berlaku untuk Japan GAAP, Canadian GAAP, atau Indonesia GAAP sehingga
kalau istilah-istilah ini diindonesiakan, istilah yang semestinya adalah PABU di Kanada dan
PABU di Indonesia. Yang jelas “US Dollar” atau “Australian Dollar” yang harus diartikan
“Dollar Amerika” atau “Dollar Australia” tidak sama maknanya dengan “dollar Amerika” atau
“dollar Australia”.
Barangkali penambahan “di” terpaksa dilakukan dalam SPAP karena terlanjur terjadi
kesalahan penggunaan  kata yang sehingga akan terjadi kejanggalan kalau digunakan istilah
“Prinsip Akuntansi yang berlaku umum Indonesia” untuk Indonesia GAAP. Akhirnya
digunakanlah istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” yang kalau maknanya
di inggriskan  akan menjadi accounting principles (that are) generally accepted in Indonesia yang
menjadikan GAAP bukan lagi sebagai satu kesatuan istilah teknis dan generic.
Ketiga, makna berlakunya juga berbentuk dengan berterima. Berlaku mengandung makna
efektif atau secara yuridis ditetapkan padahal makna generally acceted adalah mewatasi bahwa
rerangka pedoman meliputi pula konvensi, kebiasaan, praktik yang dianggap atau disepakati
sebagai prinsip yang baik dan bermanfaat (misalnya praktik industri/industry practices).
Rerangka pedoman tidak hanya berisi ketentuan-ketentuan yang diturunkan secara resmi oleh
badan penyusun standar.
Oleh karena itu, makna “berlaku” jelas tidak tepat kalau digunakan sebagai padan kata
accepted dalam konteks GAAP. Berterima berarti “dalam keadaan diterima dan dipakai”.
Berbeda dengan “diterima” yang bermakna proses atau kejadian pada saat tertentu, kata
“berterima” mempunyai makna sebagai keadaan menerima atau menyetujui. Bila orang
menyatakan “berterima kasih’ berarti bahwa orang  itu menyatakan dia dalam keadaan menerima
kasih itu (berupa pemberian bantuan atau lainnya sebagai tanda kasih atau kepedulian). Sebagi
contoh  lain, seandainya undang-undang pemakaiannya helm dicabut dan ternyata banyak orang
tetap memakai helm maka dapat dikatakan pemakaian helm tersebut telah “berterima” bukannya
“diterima “ apalagi “berlaku”.
Jadi pemaknaan yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) GAAP merupakan jargon  penting dan strategik  sehingga penerjemahannya harus
benar-benar tepat. Bila harus diberi  pewatas lingkup penerapan (misalnya Indonesia) istilah
yang tepat adalah prinsip akuntansi berterima umum Indonesia (PABU).
2.13 Autoritas Rerangka Konseptual
Rerangka pedoman PABU versi Rubin dan SAS No.69 menempatkan rerangka
konseptual pada tingkat yang paling tidak autoritatif yaitu di Tingkat 4 kanan dalam Rubin dan
dihierarki (ed) dalam SAS No.69. Secara teoretis, rerangkan konseptual mestinya menjadi
landasan rerangka PADU tersebut.
Hal seperti ini terjadi lantaran sejarah pengembangan standar professional di Amerika.
Sebelum dibentuk badan penyusun standar, AICPA banyak mengeluarkan penerbitan yang
dianggap dapat dijadikan sumber prinsip akuntansi. Karena dirasakan perlunya standar,
dibentuklah Accounting Principles Board (APB) yang ada dibawah AICPA untuk merumuskan
standar akuntansi. Penerbitan APB sering diangap bias dan menguntungkan auditor dan kliennya
karena tidak ada wakil dari pemakai laporan yang duduk dalam keanggotaan APB. Kemudian
badan tersebut diganti dengan Financial Accounting Standards Board (FASB) yang tidak berada
di bawah AICPA sehingga kedudukannya lebih netral. Sebelum ada standar atau pengumuman
resmi yang mengganti penerbitan badan sebelumnya standar atau pengumuman resmi yang
mengganti penerbitan badan sebelumnya maka penerbitan-penerbitan pedoman oleh badan-
badan sebelumnya tetap berlaku sehingga terdapat beberapa macam standar yang sama-sama
berlaku. Hal ini banyak menimbulkan inkonsistensi dan konflik antarstandar karena ketiadaan
landasan konseptual versi FASB dikembangkan dalam rangka mengatasi masalah tersebut.
Karena Rerangka konseptual dirancang untuk perbaikan masa depan, penyusunannya
tidak memperhatikan standar akuntansi yang telah diberlakukan. Jadi, dapat diantisipasi bahwa
akan banyak standar akuntansi yang tidak sesuai lagi dengan diberlakukannya rerangka
konseptual. Oleh karena itu, kedudukan atau autoritas rerangka konseptual ditetapkan dengan
sangat hati-hati oleh FASB dalam tiap pengantar.
Bahwa SFAC tidak dengan sendirinya membatalkan standar yang sudah ada yang
bertentangan dengan standar yang secara implisit melekat dalam atau yang diturunkan dari
SEAC, Standar akuntansi yang berjalan hanya dapat diganti dengan standar baru yang disusun
melalui prosedur saksama. Dengan kata lain, standar yang diturunkan dari SFAC harus
dirumuskan dalam bentuk Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) untuk dapat
mengganti standar yang sekarang berlaku.
FASB sebenarnya menetapkan agar para akuntan dan auditor tidak begitu saja
meniadakan standar yang bertentangan dengan rerangka konseptual dengan memanfaatkan
ketentuan 203 dari kaidah perbuatan (Rules od Conduct) dalam kode etika professional (Code of
Professional Ethics) AIC-PA. Ketentuan 203 menggariskan bahwa, dalam suatu situasi yang
sangat luar biasa (unusual circumstances), akuntan publik tetap dapat menyatakan bahwa suatu
statemen keuangan disajikan secara wajar sesuai GAAP meskipun statement keuangan
mengandung penyimpangan (atau menggunakan prinsip akuntansi selain) dari ketentuan yang
dikeluarkan badan yang berwenang mengeluarkan standar asalkan anggota dapat menjelaskan
dan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mengikuti standar yang ada justru akan
menghasilkan penyajian yang menyesatkan.
Itulah sebabnya keautoritatifan SFAC tidak setinggi SFAS dalam perlakuan akuntansi
terhadap kejadian atau pos (events or items). Walaupun demikian, dalam jangka panjang
konsistensi standard an SFAC akan tercapai karena memang SFAC disusun untuk melandasi
standard dan praktik masa datang (underlie future financial accounting standards and practices).
Jadi, secara teoretis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fundasi rerangka
pedoman PABU dan harus direkayasa dahulu sebelum standar. Oleh karena itu, standar yang
diturunkan atas dasar rerangka konseptual mestinya konsisten baik dengan rerangka konseptual
maupun antarstandar. Penurunan standar tentunya harus dilakukan oleh badan yang berwenang
secara saksama.
Konflik hanya terjadi kalau standar sudah terlanjur berkembang tanpa rerangka
konseptual. Dalam keadaan ini, konflik harus segera diselesaikan agar segera tercapai suatu
situasi yang didalamnya tidak ada lagi konflik. Dalam situasi seperti itu, kedudukan rerangka
konseptual dapat dikuatkan menjadi fundasi atau landasan konseptual yang paling autoriratif.
Walaupun demikian, penurunannya menjadi standar harus tetap dilakukan oleh badan yang
berwenang. Dalam keadaan tidak ada petunjuk spesifik dalam bentuk standar, akuntan publik
dapat menginterpretasi secara professional rerangka konseptual untuk mendapatkan dasar/basis
yang layak untuk memperlakukan suatu kejadian atau pos.
2.14 Struktur Akuntansi
Bila proses perekayasaan telah selesai serta diaplikasi, rerangka pedoman PABU telah
ditentukan, dan secara operasional pelaporan keuangan telah berlangsung maka pengertian
akuntansi dan teori akuntansi secara luas dapat dilukiskan dalam suatu diagram yang dapat
disebut sebagai struktur akuntansi.
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut menggambarkan pihak-
pihak dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh perekayasaan informasi
keuangan dan saling hubungan antara berbagai pihak dan sarana tersebut. Walaupun tidak
semuanya tampak dalam gambar, pihak yang terlibat meliputi individual dan institusi misalnya
penyusunan standar, profesi, pemerintah, badan Pembina pasar modal, perusahaan sebagai
entitas, analis, manajer, akuntan publik, dan pemakai laporan.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif, dan objektif
untuk memilih dan mengaplikasi ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi
yang tersedia secara teoretis dan praktis untuk mencapai tujuan negara melalui tujuan pelaporan
keuangan dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara. Hasil
perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka konseptual yang
fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi. 

DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono.2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi  Ketiga. Yogyakarta:
BPFE.
Zhuni Pratiwi. 2014. Teori akuntansi perekayasaan pelaporan keuangan. Diakses 27 maret 2017
di http://zhuniepratiwie.blogspot.co.id/2014/05/teori-akuntansi-perekayasaan-lk.html.

Anda mungkin juga menyukai