Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

GAMBARAN AGRESIFITAS MASYARAKAT PESISIR MADURA

PENYUSUN:
Waode Fitriani, S.Ked
K1A1 14 047

PEMBIMBING:
dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ

RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEPARTO HARJOHUSODO


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Waode Fitriani, S. Ked


NIM : K1A1 14 047
Judul Laporan : Gambaran Agresifitas Dan Perilaku Sexual Masyarakat
Pesisir Madura
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan tugas Referat Gambaran Agresifitas Dan Perilaku Sexual Masyarakat
Pesisir Madura dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo

Kendari, September 2020


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Junuda RAF, M.Kes., Sp.KJ


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali insiden yang terjadi sebagai manifestasi perilaku
agresif, baik secara verbal (kata-kata) maupun non-verbal (action). Saat
ini, ekspose berbagai ragam perwujudan daripada perilaku agresi bisa kita
jumpai hampir pada setiap media massa, bahkan dalam kehidupan
lingkungan kita. Mencaci maki, mengumpat, perampokan, pembunuhan,
kerusuhan serta segala jenis perilaku criminal dan tindak kekerasan,
merupakan perwujudan dari perilaku agresif ini.1

Perilaku agresif menurut Murry, cara untuk melawan dengan


sangat kuat, melalui; berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau
menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan
yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang
lain. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif
dari seorang individu atau kelompok1
Dari sudut pandang psikologi, ada sejumlah teori besar yang
mendasari pemikiran mengenai agresi, antara lain teori instinct oleh
Sigmund Frued, teori survival oleh Charles Darwin dan teori social
learning oleh Neil Miller dan John Dollard, yang kemudian dikembangkan
lagi oleh Albert Bandura. Teori Freud memandang perilaku agresif sebagai
hal yang intrinsik dan merupakan instinct yang melekat pada diri manusia.
Selanjutnya Darwin dengan teori survivalnya memandang bahwa secara
historis, perilaku agresif ini dianggap sebagai suatu tindakan manusia
untuk kebutuhan survival agar tetap dapat menjaga dan mengembangkan
kemanusiawiannya ataupun membangun dan mengembangkan komunitas.
Teori social learning yang dipelopori oleh Neil Miller dan John Dollard
yang meyakini bahwa perilaku agresif merupakan perolehan daripada hasil
belajar yang dipelajari sejak kecil dan dijadikan sebagai pola respon.1
A. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Aggressivitas Masyrakat Pesisir ?

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran Aggressivitas Masyrakat Pesisir

C. Manfaat Penelitian

Mengetahui gambaran Aggressivitas Masyrakat Pesisir


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aggressivitas
Agresif merupakan setiap tindakan yang dimaksudkan untuk
menyakiti atau melukai orang lain (Taylor, Peplau, & Sears, 2009).
Sedang Baron dan Richardson (1994) mengusulkan penggunaan istilah
agresi untuk mendeskripsikan “segala bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk
menghindari perlakuan itu”. Sikap agresi adalah penggunaan hak sendiri
dengan cara melanggar hak orang lain. Apabila pribadi yang agresif
bertindak demi diri sendiri, dia melakukan hak itu dengan tidak menghina
dan merendahkan orang lain.2
Berkowitz mendefinisikan agresi sebagai “segala bentuk perilaku
yang dimaksud untuk menyakiti seorang, baik secara fisik maupun
mental”. Karena itu secara sepintas, setiap perilaku yang merugikan atau
menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku
agresif.2
Definisi paling sederhana agresi didukung oleh pendekatan
behavioris atau belajar, bahwa agresi adalah setiap tindakan yang
menyakiti atau melukai orang lain. Tetapi definisi ini mengabaikan niat
orang yang melakukan tindakan, dan fakta ini sangatlah penting. Jadi, kita
perlu membedakan perilaku menyakiti dengan niat menyakiti.2
a. Macam-Macam Agresivitas2,3
Terdapat banyak teori yang dikemukakan mengenai macam-
macam agresivitas antara lain oleh Brigham, Sears dan kawan-kawan,
Berkowitz, Moyer serta Buss dan Perry. Dalam penelitian ini aspek-
aspek agresi diambil dari ragam agresi sebagaimana yang
diungkapkan Buss dan Perry (Shelley E. Taylor, 2009). Mereka
mengatakan bahwa ada empat
 Agresi fisik, didefinisikan sebagai setiap tindakan yang
dimaksud untuk menyakiti orang lain atau membahayakan
seseorang. Perilaku agresif ini ditandai dengan terjadinya
kontak fisik antara pelaku (agresor) dan korbannya.
 Agresi verbal (Verbal Aggression) ialah agresivitas dengan
kata-kata. Agresi verbal dapat berupa umpatan, sindiran,
fitnah, dan sarkasme.
 Kemarahan (Anger) ialah suatu bentuk indirect aggression atau
agresi tidak langsung berupa perasaan benci kepada orang lain
maupun sesuatu hal atau karena seseorang tidak dapat
mencapai tujuannya.
 Permusuhan (Hostility) merupakan komponen kognitif dalam
agresivitas yang terdiri atas perasaan ingin menyakiti dan
ketidakadilan
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas3,4
1. Faktor Biologis
Baron dan Byrne, mengelompokkan agresi menjadi tiga
pendekatan dalam menerangkan penyebab dasar perilaku agresi,
yaitu : biologis, faktor eksternal, dan belajar.
Menurut Baron dan Byrne, pendekatan ini agresi pada
manusia seperti telah diprogramkan untuk kekerasan dari
pembawaan biologis secara alami. Berdasarkan instinct theory
seseorang menjadi agresif karena hal itu merupakan bagian alami
dari reaksi mereka. Sigmund Freud yang merupakan pelopor teori
ini, mengatakan bahwa hal ini (agresif) muncul dari naluri atau
instinct keinginan untuk mati yang kuat (thanatos) yang diproses
oleh setiap individu.

2. Faktor Eksternal

Hal lain yang dipandang penting dalam pembentukan


perilaku agresi adalah faktor eksternal. Menurut Dollard (dalam
Praditya, 1999), frustrasi, yang diakibatkan dari percobaan-
percobaan yang tidak berhasil untuk memuaskan kebutuhan, akan
mengakibatkan perilaku agresif.
Frustrasi akan terjadi jika keinginan atau tujuan tertentu
dihalangi. Berkowitz (1993) mengatakan bahwa frustrasi
menyebabkan sikap siaga untuk bertindak secara agresif karena
kehadiran kemarahan (anger) yang disebabkan oleh frustrasi itu
sendiri. Apakah individu bertindak secara agresi maupun tidak
tergantung dari kehadiran isyarat agresif (aggressive cue) yang
memicu kejadian aktual agresi tersebut.
3. Faktor Belajar
Pendekatan belajar adalah pendekatan lain yang lebih
kompleks dalam menerangkan agresi. Ahli-ahli dalam aliran ini
meyakini bahwa agresi merupakan tingkah laku yang dipelajari dan
melibatkan faktor- faktor eksternal (stimulus) sebagai determinan
pembentuk agresi tersebut. Pendekatan ini dikembangkan lagi oleh
ahli-ahli lain yang percaya saimping melibatkan faktor-faktor
eksternal dan internal
lingkup yang lebih luas di
Faktor tersebut adalah faktor sosial atau situasional. Aplikasi
dan perkembangan pendekatan ini ke dalam perilaku agresif
dipelopori oleh Arnold Buss dan Albert Bandura.

B. Wilayah Pesisir5
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan laut dan
daratan. Kondisi tersebut menyebabkan wilayah pesisir
mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas dan fenomena di darat
maupun di laut. Fenomena yang terjadi di daratan antara lain abrasi,
banjir dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
pembangunan permukiman, pembabatan hutan untuk persawahan,
pembangunan tambak dan sebagai yang pada akhirnya memberi
dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula fenomena-fenomena
di laut, seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan
sebagainya. Faktor alam lainnya yang juga menyebabkan kerusakan
lingkungan adalah gempa dan gelombang tsunami dikarenakan
rusaknya ekosistem pesisir sehingga tidak ada penghalang sebagai
peredam gelombang tsunami.5,6
Secara umum, aktivitas masyarakat pesisir meliputi aktivitas
ekonomi berupa kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan
darat, lahan air, dan laut terbuka; kegiatan pariwisata dan rekreasi
yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan objek di bawah air;
kegiatan transportasi laut yang memanfaatkan lahan darat dan
alokasi ruang di laut untuk jalur pelayaran, kolam pelabuhan dan
lain-lain; kegiatan indutri yang memanfaatkan lahan darat; kegiatan
pertambangan yang memanfaatkan lahan darat dan laut; kegiatan
pembangkit energi yang menggunakan lahan darat dan laut;
kegiatan industri maritim yang memanfaatkan lahan darat dan laut,
pemukiman yang memanfaatkan lahan darat untuk perumahan dan
fasilitas pelayanan umum; dan kegiatan pertanian dan kehutanan
yang memanfaatkan lahan darat5,6.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan ketergantungannya
terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam yang ada di
sekitarnya, pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
sumberdaya alam, lembaga sosial aktivitas, ekonomi pendidikan,
kesehatan dan lain-lain (Bengen, 2002). Namun demikian, setiap
aktivitas dan perilaku manusia berpengaruh terhadap lingkungan.7,8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode
studi kepustakaan dengan mengambil beberapa literature terdahulu untuk
dibuat kembali kesimpulan yang baru dari beberapa literature tersebut
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tangga 2 September 2020 di Kota
Kendari
C. Prosedur pengumpulan data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Pencarian melalui internet, tinjauan ulang artikel. Pencarian
database yang digunakan meliputi ProQuest, SciVerse ScienceDirect,
Scopus, Pubmed, Cohcrane library, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage
Publications.
Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu
Aggressivitas, masyrakat pesisir. Aggresivitas dalam berbagai budaya,
emosi pada masyarakat pesisir, profil masyarakat pesisir madura. Terdapat
11 artikel yang diperoleh dan 3 artikel dianalisis melalui analisis tujuan,
kesesuaian topik, metode penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik
penelitian, hasil dari setiap artikel, serta keterbatasan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Profil Daerah Madura


a. Gambaran Umum

Pulau Madura dikelilingi oleh laut Jawa dan selat Madura.


Terdiri dari 4 kabupaten: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan
Sumenep. Luas Pulau Madura 4.887 Km2. Panjangnya kurang lebih
190 Km dan jarak yang terlebar 40 Km. Pantai utara merupakan suatu
garis panjang yang hampir lurus.9

Pantai selatannya di bagian timur mempunyai dua teluk yang


besar terlindung oleh pulau-pulau, gundukan pasir dan batu-batu
karang. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi
dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan
yang tidak sama di lereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu
banyak, sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan
dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang
subur. Hal ini menyebabkan masyarakat dibagi menjadi 2 kelompok,
masyarakat pesisir yang hidup di sepanjang pinggiran pulau dan
pedalaman yang hidup di daerah pedalaman di dataran tinggi.9

E. HASIL PENELITIAN4,9,10

Peneliti Judul Sampel Metode Output

Hasanah U Perbedaan responden di kuantitatif 1) Tingkat


(2017) tingkat dusun Cangak deskriptif agresifitas
aggressifitas sebanyak 95 masyarakat
masyarakat orang, sedang pesisir rata- rata
pesisir nelayan responden dari berada di tingkat
dan pedalaman Panasan sedang. 20% di
madura berjumlah 89 tingkat tinggi,
orang 63% sedang, dan
17% rendah.
2) Tingkat
agresifitas
masyarakat
pedalaman
cenderung
berada di tingkat
sedang. 22%
tinggi, 66%
sedang, 12%
rendah.
3) Terdapat
perbedaan
tingkat
agresifitas antara
masyarakat
pesisir dan
masyarakat
pedalaman
Madura.

Tsabit M (2008) Perilaku agresi Kualitatif Carok adalah


masyrakat pendekatan upaya saling
Madura(Studi deskriptif membunuh yang
Fenomenologi dilakukan oleh
tentang carok di orang laki-laki
Desa Kalebengan dengan
Kecamatan menggunakan
Rubaru senjata tajam
Kabupaten berupa celurit.
Sumenep Terjadinya carok
didesa
Kalebengan
dilatarbelakangi
oleh persoalan
pelecehan harga
diri,
mempertahankan
martabat,
merebut harta
warisan dan aksi
balas dendam

Mayangsari D Faktor Penyebab Tkx 31 anak dan deskriptif Dua anak di


Agresivitas
dan Yuliandari F TK Y 63 anak kualitatif sekolah tersebut
Verbal Anak
(2019) Usia Dini Yang memiliki
Bersekolah Di
agresivitas verbal
Daerah Pesisir
yang bersumber
Bangkalan
dari faktor
lingkungan,
diantaranya
faktor keluarga
dan sekolah

F. PEMBAHASAN
Agresifitas merupakan setiap tindakan yang dimaksudkan untuk
menyakiti atau melukai orang lain Tidak hanya menyakiti secara fisik,
melainkan juga secara mental mendefinisikan agresi sebagai “segala bentuk
perilaku yang dimaksud untuk menyakiti seorang, baik secara fisik maupun
mental. Secara lebih rini, agresifitas dibagi menjadi empat bagian yaitu agresi fisik,
agresi verbal, kemarahan (anger), dan permusuhan (hostility). Karenanya, semua
orang berpotensi untuk memilikinya namun dalam tingkatan yang berbeda-beda. Hal
itu dikarenakan agresifitas seseorang bisa dipengaruhi banyak hal seperti : biologis,
faktor eksternal, dan belajar.9,10
Factor eksternal salah satunya adalah lingkungan geografis meliputi cuaca,
suhu udara, kebisingan, dan kepadatan aktifitas. Menurut De Jonge (2011),
kemiskinan penduduk serta keadaan yang relatif terisolasi secara geografis dan
sosial menjadi sebab karakter orang Madura terbentuk. Salah satu ciri yang
dilekatkan pada orang Madura adalah sikap kasar dan mudah marah dibandingkan
dengan orang dari suku berbeda. Apakah orang-orang Madura benar mudah marah,
hal itu dapat dilihat dari tingkat agresifitas mereka. Seberapa sering masyarakat
Madura memiliki maksud dan bertindak dengan tujuan untuk menyakiti atau
melukai orang lain.
Dari ketiga hasil penelitian diatas, didapatkan bahwa tingkat aggresifitas
sangat berpengaruh terhadap lingkungan tempat tinggal dan suku. Pada suku Madura
memiliki suatu kebiasaan leluhur yaitu Carok yang memberikan dampak tindakan
kekerasan, sehingga setiap suku memiliki tingkat aggresifitas yang berbeda seperti
yang telah dijelaskan diatas. Aggresifitas juga dapat berpengaruh tehadap pekerjaan,
dimana pada penelitian yang membandingkan tingkat aggresifitas nelayan dan
pedalaman hasilnya ada perbedaan. Hal ini dikarenakan, pekerjaannya yang sebagai
nelayan mengharuskan nelayan berbicara lebih keras daripada masyarakat
pedalaman. Agresi verbal dan kemarahan pada nelayan tersebut sering juga dipicu
oleh faktor-faktor eksternal seperti tekanan untuk menjual habis ikan. Saat ikan tidak
laku, ia akan membusuk.10,11
Aggresifitas pada anak dapat terjadi oleh beberapa factor selain factor
lingkungan, pendidikan sekolah dan orang tua sangat berpengengaruh terhadap
perilaku seorang anak. Sehingga, perlunya pendidikan yang lebih baik disekolah
dan peran orang tua dalam mendidik anaknya harus lebih di perbaiki. Seorang anak
adalah peniru yang baik, sehingga apabila kita sebagai guru dan orang tua jika
memberikan contoh yang baik, maka sikap anak tersebut akan baik. Begitupun
sebaliknya apabila ia diberi contoh yang buruk makan perilakunya juga akan buruk.

BAB IV
Penutup

A. Simpulan

1. Tingkat agresifitas masyarakat pesisir rata-rata berada di tingkat


tingkat tinggi disbanding masyarakt pedalaman
2. Agresifitas nelayan bisa dipicu oleh factor internal pembawaan/biologis
alami atau factor eksternal yaitu lingkungan dan suku
3. Seorang anak yang tumbuh dilingkungan yang agresif akan
menumbuhkan sifat aggresif dari diri seorang anak
4. Peran guru dan orang tua sangat penting bagi tingkat agresif seorang
anak. . Seorang anak adalah peniru yang baik, sehingga apabila kita sebagai
guru dan orang tua jika memberikan contoh yang baik, maka sikap anak
tersebut akan baik. Begitupun sebaliknya apabila ia diberi contoh yang buruk
makan perilakunya juga akan buruk.
5. Aggresif bukan hanya suatu tindakan yang kasar tetapi, aggresif dapat berupa
aggresif verbal yaitu dengan perkataan yang kasar
B. Saran
 Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap tingkat aggresifitas
berbagai profesi di wilayah pesisir.
 Selain aggresifitas, diharapakan juga variable lain seperti tingkat
depresi dan kecemasan pada masyrakat pesisir dan
membandingkannya dengan daerah kota dan ibu kota
 Perlunya penelitian lebih lanjut tentang screening aggresifitasi anak
usia dini sehingga perkembangan anak-anak dimasa depan lebih baik
 Perlunya penelitian aggresifitas masyarakat pesisir di berbagai
daerah di Indonesia terutama di Sulawesi Tenggara
DAFTAR PUSTAKA

1. Susantyo B. 2011. Memahami Perilaku Agresif: Sebuah Tinjauan


Konseptual. Jurnal Infromasi Vol 16 (3)

2. Anderson, C. A. dan Bushman, B. J. (2002). Human Aggression. Annual


Review of Psychology, 53 (1) : 27-51.

3. Chudari IN. 2013. Perbandingan Ekspresi Emosi Pada Mahasiswa Yang


Berasal Dari Pesisir Pantai Dengan Yang Berasal Dari Pegunungan Di
Banten Barat (Studi Awal Konseling Multikultural Pada Mahasiswa Pgsd
Upi Kampus Serang). Jurnal Ta’dib Vol 16 (2)

4. Husanah U. 2017. Perbedaan tingkat aggressifitas masyarakat pesisir


nelayan dan pedalaman Madura. Skripsi. Madura

5. Anidar J dan Anwar DF. Hubungan Antara Frustrasi Dengan Perilaku


Agresif Peserta Didik Kelas Ix Di Mtsn 1 Pesisir Selatan

6. Pinto Z. 2015. Kajian Perilaku Masyarakat Pesisir yang Mengakibatkan


Kerusakan Lingkungan (Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Desa Poncosari,
Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY). Jurnal Wilayah
Dan Lingkungan. Vol 3(3)

7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-


48/Menlh/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan Menteri Negara
Lingkungan Hidup.

8. Afiah N. 2015. Kepribadian dan Agresivitas dalam Berbagai Budaya.


Buletin Psikologi. Vol 23 (1). Yogayakarta

9. Tsabit M. 2008. Perilaku agresi masyrakat Madura (Studi Fenomenologi


tentang carok di Desa Kalebengan Kecamatan Rubaru Kabupaten
Sumenep. Skripsi. Madura

10. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Desa
Pesisir Provinsi Jawa Timur (Kepulauan Madura) Vol 3. CV. Vox
Consultindo. Surabaya

11. Mayangsari D dan Yuliandari F 2019. Faktor Penyebab Agresivitas Verbal


Anak Usia Dini Yang Bersekolah Di Daerah Pesisir Bangkalan. Seminar
Nasional. Madura

Anda mungkin juga menyukai