Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN EVIDENCE BASE PRACTICE

(A COMPARISON BETWEEN THE EFFECTS OF GINGER, PYRIDOXINE


(VITAMIN B6) AND PLACEBO FOR THE TREATMENT OF THE FIRST
TRIMESTER NAUSEA AND VOMITING OF PREGNANCY (NVP).) PADA
PASIEN ANTENATAL KEPERAWATAN MATERNITAS

Kelompok 1 :

NENDEN LIDIAWATI
ASTRI AGISTIAN
USEP ANDANG
KOKOM KOMALASARI
AGUS HERDIANA
MULYADI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI
JAWA BARAT
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
anugerah dan perkenan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan EBP
(Evidence Based Practice) untuk memenuhi syarat laporan keperawatan maternitas.
Dengan selesainya Laporan Praktek Lapangan ini, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Allah SWT, kepada team dosen keperawatan medikal
bedahselaku pembimbing.Kami menyadari bahwa laporan yang penulis buat, jauh
dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan penyusunan laporan selanjutnya agar laporan yang kami buat menjadi lebih
baik.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berusaha
membantu kelompok dalam penyusunan laporan ini dan kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami juga umumnya untuk kita
semua.Semoga bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami selaku
kelompokakan dapat ridho Allah SWT. Amin
Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mualmuntah
yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-harisehingga
membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapatmenyebabkan
kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak negatifbagi ibu hamil, seperti
aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanyamual muntah sering terjadi saat
pagi hari, bahkan dapat timbul kapan sajamaupun terjadi kadang dimalam hari.
Gejala tersebut 40-60% biasa terjadipada multigravida (Rocmawati, 2011).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yangwajar pada ibu
hamil trimester 1. Kondisi ini akan berubah jika mual muntahterjadi >10 kali
dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangangizi, cairan elektrolit,
dan dapat memengaruhi keadaan umum sertamenganggu kehidupan sehari-hari
(Morgan, 2009).
Kehamilan menurut Morgan (2009) adalah merupakan proses produksiyang
memerlukan perawatan yang khusus agar persalinan dapat berjalandengan lancar
dan aman, sehingga bayi terlahir dengan sehat, selamat sesuaikeinginan
keluarga. Sedangkan menurut Hutaean (2009), kehamilanmerupakan peristiwa
yang sangat ditunggu bagi perempuan yang sudahmenikah. Saat perempuan
tidak lagi mendapat menstruasi dan setelahmelakukan pemeriksaan urin serta
ditandai dengan hasil positif maka bisa
dikatakan hamil. Perempuan tersebut akan merasa senang begitu juga dengan
keluarganya.
Morgan (2009); Fitriana (2014) menyatakan bahwa kondisi hiperemesis
gravidarum yang dijumpai pada kehamilan 16 minggu pertama yaitu mual dan
muntah, perempuan hamil pada trimester 1 mengalami mual muntah kurang
lebih 66%, sedangkan mual disertai muntah mencapai 34%. Apabila semua
makanan yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan
menurun, turgor kulit berkurang, dan timbul asetonuria.Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan pada kehamilan.
Hiperemesis gravidarum juga berdampak negatif, seperti anemia. Sedangkan
anemia sendiri dapat mengakibatkan syok disebabkan kekurangan asupan gizi
yang dimakan dan diminum semua dimuntahkan semua. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada masa ibu hamil menurut Hutaean (2009), yaitu perubahan pada
sistem pencernaan, mengalami penurunan nafsu makan, ibu hamil trimester 1
sering mengalami mual muntah yang merupakan perubahan saluran cerna dan
kenaikan kadar ekstrogen, progesterone, dan human chorionic gonadotropin
(HCG) dapat menjadi pencetus terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil.
Meningkatnya hormone progesterone dapat mengakibatkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun
dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas
lambung dan menurunnya sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terjadinya
mual dan muntah. Selain itu, mual muntah juga diperberat adanya faktor lain,
seperti faktor psikologis, lingkungan, spiritual, dan sosiokultural (Runiari, 2010).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum
menurut modifakasi Neil-Rose(2007);Tiran (2008); Proverawati (2009), yaitu
faktor hormonal, paritas, psikologis, alergi dan nutrisi. Faktorfaktor tersebut
dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester
1. Pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon terhadap stimulus
yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, terhadap sistem pelayanan
kesehatan, lingkungan dan makanan. Perilaku kesehatan seseorang termasuk
pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor umur, paritas, sikap, pendidikan, dan
pengetahuan (Rocmawati, 2011).
Mual dan muntah kehamilan (NVP) atau mual di pagi hari, adalah keluhan
umum selama awal kehamilan dan 60 - 80% wanita mengalaminya di paruh
pertama kehamilan (1, 2, dan 3). Studi epidemiologis mengusulkan bahwa NVP
menunjukkan hasil kehamilan yang lebih baik pada wanita dengan NVP
dibandingkan dengan wanita tanpa NVP. Meskipun penyebabnya tidak
diketahui, hubungan antara human chorionic gonadotropin (HCG) dan estrogen
telah dilaporkan. Secara bersamaan, tampaknya ada kemungkinan hubungan
antara gejala NVP wanita dan akomodasi dengan antigen paternal dari unit feto-
plasenta. Faktor-faktor gastrointestinal, seperti disfungsi neuromuskuler lambung
dapat menjadi penyebab masalah ini. Karena dalam kasus kehamilan NVP molar
lebih parah, tampaknya stimulator utama NVP adalah plasenta dan bukan janin.
Juga, telah diusulkan bahwa NVP dapat mencegah faktor-faktor berbahaya bagi
janin, untuk dilepaskan ke dalam tubuh wanita, dan untuk alasan ini, NVP terkait
dengan risiko aborsi yang lebih rendah dan hasil kehamilan yang lebih baik (1,7)
. Kekurangan vitamin B6 telah diusulkan sebagai penyebab NVP juga. Dalam
35% kasus, NVP dapat secara klinis cukup signifikan untuk menyebabkan
dampak negatif pada kehidupan sosial, kehidupan sehari-hari dan hubungan
keluarga. Sepuluh persen wanita membutuhkan pengobatan. Berbagai
pengobatan farmakologis dan pendekatan terapeutik telah disarankan untuk
tujuan ini seperti vitamin B6, antihistamin obat herbal dan jahe kombinasi
vitamin B6 dan agen lainnya, metoclopramide, ondansetron, metil prednisolon
untuk kasus refraktori, dan pengobatan alternatif. Jahe dan vitamin B6 telah
diusulkan sebagai obat yang efektif dan aman untuk NVP. Jahe adalah antagonis
kompetitif untuk reseptor HT3, dan efeknya dimulai beberapa hari setelah
pengobatan dan hasil maksimal dapat dilihat 4 hari setelah konsumsi. Karena
plasebo juga efektif dalam banyak kasus NVP, tampaknya lebih bijaksana untuk
membandingkan setiap obat dengan plasebo.

1.1 FENOMENA
Berdasarkan data kemenkes 2015 ditemukan bahwa AKI di indonesia pada tahun
2015 mencapai 8606 kasus. Angka ini jelas masih jauh dari yang di harapkan
dengan angka persalinan tenaga kesehatan sebanyak 1,671 193 kasus. Dari dat
tersebut provinsi dengan AKI terbanyak yaitu berada daerah bengkulu (6.899
kasus) di susul dengan jawa tengah jawa barat dan jawa timur dan banten.
Berdasarkan data di atas juga jawa tengah juga masuk dalam propinsi dengan
AKI terbesar, menurut data buku saku kesehatan triwulan ketiga tahun 2015 AKI
di jawa tengah mencapai 437 kasus. Disebutkan bahwa AKI tersebar berada di
kabupaten berbes di ikuti semarang, tegal, grobogan dan banyumas (dinkes
2015).

1.2 PREVALENSI
Prevalensi hiperemesis gravidarum di negara maju dalam study power et al
(2001) melaporkan bahwa sekitar 2,4 % wanita yang mengalami mual dan
muntah memerlukan hospitalisasi untuk hiperemesis gravidarum sedangkan di
indonesia berdasarkan total kasus program jamkesda tahun 2008 kasus
hiperemesis gravidarum sebesar 1,13 % , menurut data yang penulis dapatkan di
medical record badan pelayanan kesehatan rumah sakit umum Dr H yuliddin
away jumlah ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum pada tahun 2001 22
orang pada tahun 2010 banyaknya pasien yang mengalami hiperemesis
gravidarumterhitung januari sampai maret 2010 sebanyak 5 orang yang di ruang
rawat inap kebidanan.
Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan
meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang.
Sedangkan kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran
terjadi dinegara-negara berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian
ibu dinegara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100 ribu kelahiran bayi yang hidup jika dibandingkan dengan dengan
rasio kematian ibu di 9 negara dan 51 negara persemakmuran (Depkes, 2014).
Komplikasi tersebut mengakibatkan lebih dari setengah juta ibu yang
mengalami kematian di setiap tahunnya, dari jumlah tersebut terjadi di Asia
dan Afrika subsahara diperkirakan mencapai 90%, kemudian terjadi pada
negara berkembang lainnya mencapai 10%, dan di Negara maju mencapai
kurang dari 10% (Prawirohardjo, 2009). Pada tahun 2011 data dinas kesehatan
provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil, yaitu 42.097
orang dengan presentase KI 88,62 % dan K4 80,12% (Sumai, Keintjem,
&Manueke, 2014).
Masalah terbesar yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia adalah
angka kematian dan kesakitan pada perempuan hamil. Diperkirakan 15 %
kehamilan dapat mengalami resiko tinggi dan komplikasi obstretic apabila
tidak segera ditangani maka dapat membahayakan janin maupun ibunya.
Menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka
kematian ibu di Indonesia tergolong masih tinggi yaitu mencapai 100/100.00
kelahiran hidup. Pada tahun 2013 target yang akan dicapai adalah 102 per
tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen kesehatan (Depkes)
mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program
perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Depkes, 2010).
Di Indonesia berdasarkan total kasus program Jamkesda tahun 2008 mengenai
kasus hiperemesis gravidarum mencapai sebesar 1,13%. Berdasarakan data
dari Dinas Kesehatan Kota Jambi diketahui jumlah hiperemesis gravidarum
pada tahun 2011 sebanyak 384 orang dan dari kota 20 puskesmas paal X
tertinggi jumlah dalam kasus hiperemesis gravidarum, pada tahun 2009 pada
kasus hiperemsis gravidarum sebanyak 64 orang, dan pada tahun 2010
mencapai sebanyak 162 orang, sedangkan pada tahun 2011 mencapai
sebanyak 200 orang dari jumlah kunjungan ibu hamil mencapai sebanyak 459
orang ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa tengah melaporkan bahwa angka kematian ibu pada tahun 2008
di Jawa Tengah mencapai 114,42/100.000 kelahiran hidup dan angka
kelahiran bayi yang hidup sebesar 9,27/1000. Hal ini cukup menggembirakan
karena mengalami penurunan dari angka kematian ibu tahun 2007
(116,3/100.000 kelahiran hidup), tetapi tidak diikuti semua kabupaten di Jawa
Tengah. Di Kabupaten Semarang dari tahun 2007 yaitu 22 kasus
(156,78/100.000 kh), pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 16
kasus (107,23/100.000 kh) kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan
menjadi kasus 19 (130,98/100.000 kh), dimana angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah dan masih
diatas target nasional tahun 2010 sebesar 125/100.000 KH. Penyebab terbesar
angka kematian ibu di kota Semarang adalah perdarahan (47,4%) kemudian
eklampsi (31,6%).
.
1.3 GAMBARAN KASUS
Ny.A umur 23 tahun, perempuan, islam no medrec. 00.154.634.klien mengeluh
mual muntah, selama kehamilan trimester 1. Mual muntah d rasakan pagi hari
Klien mengatakan sesak bertambah apabila banyak beraktifitas dan berkurang
apabila beristirahat, klien mengatakan apabila tidur terlentang sesaknya
bertambah dan berkurang apabila bantalnya ditinggikan. Sesak napas hebat
dirasakan oleh pasien sejak ± 4 hari yang lalu.
Riwayat penyakit Klien mengatakan, mulai mengalami sesak sejak 1 tahun
yang lalu. Awalnya saat diperiksa pada saat sesak, didiagnosa Asma
Bronchiale. pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama yaitu sesak.
Dirawat selama 4 hari.Sesak yang dirasakan semakin lama semakin sering,
asma nya sering kambuh. TTV Nadi 87x/MntSuhu: 36,5°CTensi:130/80
mmHgResp:28 x/m

1.4 TUJUAN
1.4.1 Kelompokmahasiswa mampu untuk melaksanakan EBP dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien
1.4.2 Kelompok mahasiswa mampu merumuskan kebutuhan asuhan
keperawatan berdasarkan evidence yang terbaru.
1.4.3 Kelompok mahasiswa mampu membuat rumusan pertanyaan klinis
dengan menggunakan format PICOT.
1.4.4 Kelompok mahasiswa mampu melakukan pencarian evidence (hasil-
hasil penelitian) terbaru sesuai dengan pertanyaan PICOT.
1.4.5 Kelompok mahasiswa mampu melakukan quality assessment/apraisal
terhadap hasil penelitian yang ditemukan dengan menggunakan format.
1.4.6 Kelompok mahasiswa mampu mengintegrasikan hasil penelitian
terbaikdengan pandangan ahli di ruangan dan praktik klinik serta
memperhatikan nilai-nilai pasien dalam membuat asuhan/tindakan
keperawatan yang berdasarkan pada EBP.
BAB II
PELAKSANAAN EBP

2.1 TAHAP I
Tn .A umur 57 tahun, laki-laki, islam no medrec. 00.154.634.klien mengeluh
sesak nafas, sesak dirasakan seperti tertekan benda berat. Klien mengatakan
sesak bertambah apabila banyak beraktifitas dan berkurang apabila beristirahat,
klien mengatakan apabila tidur terlentang sesaknya bertambah dan berkurang
apabila bantalnya ditinggikan. Sesak napas hebat dirasakan oleh pasien sejak ±
4 hari yang lalu.
Riwayat penyakit Klien mengatakan, mulai mengalami sesak sejak 1 tahun
yang lalu. Awalnya saat diperiksa pada saat sesak, didiagnosa Asma
Bronchiale. pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama yaitu sesak.
Dirawat selama 4 hari.Sesak yang dirasakan semakin lama semakin sering,
asma nya sering kambuh.
Klien merupakan perokok berat. Satu hari bisa menghabiskan 1-2 bungkus
rokok pada saat dikaji di dapat data TTV Nadi 87x/MntSuhu:
36,5°CTensi:130/80 mmHgResp:28 x/m dari hasil gambaran foto thorax :
kesan bronhitis kronik

2.2 TAHAP II
Intervensi PICOT :
Etiologic
Diagnosis
Prognosis

2.3 TAHAP III


1) Kelompok menggunakan strategi pencarian tepat dan efektif. Strategi yang
digunakan adalah memasukan PICOT dengan memasukan kata kunci
pregnancy prenatal, nausea and vomiting ginger, pyridoxine (vitamin B6) and
placebo

Query Tanggal Akses Waktu


Sumber : pubmad
pregnancy prenatal 10 februari 2019
nausea and vomiting 10 februari 2019
ginger, pyridoxine
(vitamin B6) and placebo 10 februari 2019
1) Diagram flow
Jumlah artikel yang didapat
(n= 118)

Jumlah artikel yang di-exclude


(berdasarkan kriteria ekslusi)
(n=8)
Jumlah artikel yang layak
(n=2)

Jumlah artikel yang exclude


(berdasarkan kriteria insklusi)
Jumlah artikel yang masuk (n=8)
dalam pengkajian
(n=2)

2) Hasil download jurnal

A COMPARISON BETWEEN THE EFFECTS OF GINGER,


PYRIDOXINE (VITAMIN B6) AND PLACEBO FOR THE
TREATMENT OF THE FIRST TRIMESTER NAUSEA AND
VOMITING OF PREGNANCY (NVP)
Fatemeh Sharifzadeh, Maryam Kashanian, Jalil Kouhpayehzadeh, Fatemeh
Rezaian, Narges Sheikhansari & Nooshin Eshraghi
To cite this article: Fatemeh Sharifzadeh, Maryam Kashanian, Jalil
Kouhpayehzadeh, Fatemeh Rezaian, Narges Sheikhansari & Nooshin
Eshraghi (2017): A comparison between the effects of ginger, pyridoxine
(vitamin B6) and placebo for the treatment of the first trimester nausea and
vomiting of pregnancy (NVP), The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal
Medicine, DOI: 10.1080/14767058.2017.1344965
A COMPARISON BETWEEN THE EFFECTS OF GINGER,
PYRIDOXINE (VITAMIN B6) AND PLACEBO FOR THE
TREATMENT OF THE FIRST TRIMESTER NAUSEA AND
VOMITING OF PREGNANCY (NVP).
Fatemeh Sharifzadeh MD: Assistant professor of Iran University of Medical
Sciences, Department of Obstetrics & Gynecology, Akbarabadi Teaching
Hospital, Tehran, Iran.
Maryam KashanianMD: Professor of Iran University of Medical Sciences,
Department of Obstetrics & Gynecology, Akbarabadi Teaching Hospital,
Tehran, Iran.
Jalil Kouhpayehzadeh, MD, Associate professor of Iran University of
Medical Sciences, Department of Community Medicine, Tehran, Iran.
Fatemeh Rezaian MD: Resident, Iran University of Medical Sciences,
Department of Obstetrics & Gynecology, Akbarabadi Teaching Hospital,
Tehran, Iran.
Narges Sheikhansari, MSC: Public Health, Faculty of Medicine, University
of Southampton, Southampton, UK.
Nooshin Eshraghi, MD: Assistant Professor of Iran University of Medical
Sciences, Department of Obstetrics & Gynecology, Akbarabadi Teaching
Hospital, Tehran, Iran.
Corresponding author: Maryam Kashanian
Abstract
Introduction:
Nausea and vomiting of pregnancy (NVP) are one of the most common
complains of the early pregnancy period and are bothersome for pregnant
women. Some prefer to use herbal medicine instead of chemical agents.
Objective:
The purpose of the present study was to compare the effects of ginger,
pyridoxine (vitamin B6) and placebo for the treatment of nausea and
vomiting of pregnancy (NVP).
Method:
The study was performed as a triple blind clinical trial on pregnant women
suffering mild to moderate NVP between 6-16 weeks of pregnancy. In these
women ginger, 500 mg twice daily, vitamin B6 40 mg twice daily and
placebo twice daily were administered for four days. Rhodes questionnaire
was used for evaluation of the severity of symptoms. The severity of NVP
was evaluated 24 hours before entering the study and up to four days after
using medications and results were compared between the 3 groups.
Results:
77 women finished the study (28 in Ginger group, 26 in B6 group and 23 in
placebo group).The women of the 3 groups did not have significant
differences according to age, gestational age, parity, and severity of each
symptom before treatment and educational status. Total score of Rhodes
questionnaire for nausea was decreased significantly in 3 groups after
treatment. (P<0.001, P=0.012, and P=0.03 for ginger, vitamin B6 and
placebo respectively). Also total score of Rhodes questionnaire for vomiting
was decreased in 3 groups (P=0.03 for ginger, P=0.02 for B6 and P=0.04 for
placebo).
Ginger and vitamin B6 could reduce the severity of all items of Rhodes
questionnaire significantly; however, placebo was significantly effective
only on the frequency of nausea, intensity of vomiting and frequency of
retching.
Ginger and vitamin B6 were more effective than placebo (P=0.039 and
P=0.007 respectively), however, total score of Rhodes did not show
significant difference
between ginger and vitamin B6 (P=0.128). Ginger was more effective for
nausea (intensity and distress) and distress of vomit.
Conclusion:
Ginger is more effective than placebo for the treatment of mild to moderate
NVP and is comparable with vitamin B6.
Key words:
Nausea and vomiting of pregnancy (NVP), ginger, vitamin B6, placebo,
Rhodes questionnaire and Likert scale.
Introduction
Nausea and vomiting of pregnancy (NVP) or morning sickness, are common
complains during early pregnancy and 60 – 80% of women experience it in
the first half of pregnancy (1, 2, and 3). Epidemiologic studies propose that
NVP shows a better pregnancy outcome in women with NVP in comparison
with the women without it (4). Although its cause is not utterly known, the
relationship between human chorionic gonadotropin (HCG) and estrogen has
been reported (5). Simultaneously, it seems that there is a possible
relationship between the women’s symptoms of NVP and accommodation
with paternal antigens of feto-placental unit (4). Gastrointestinal factors,
such as gastric neuromuscular dysfunction could be cofounding to this
problem (6). Since in cases of molar pregnancy NVP is more severe, it
seems that the main stimulator of NVP is placenta and not the fetus (7).
Also, it has been proposed that NVP may prevent harmful factors for the
fetus, to be released into the women’s body (1), and for this reason, NVP is
linked to the lower risk of abortion and better pregnancy outcome (1,7).
Vitamin B6 deficiency has been proposed as a cause for NVP too (7). In
35% of cases, NVP can be clinically significant enough to cause negative
impact on social life, daily life and family relationships (7).Ten percent of
women need medication (7). Various pharmacological treatments and
therapeutic approaches have been suggested for this purpose such as vitamin
B6 (8,9), antihistamines (7,9) herbal medications and ginger (10,11), a
combination of vitamin B6 and other agents (12,13), metoclopramide
(7,14,15), ondansetron (15,16), methyl prednisolone for refractory cases (7),
and alternative medicine (7). Ginger and vitamin B6 have been proposed as
effective and safe medications for NVP (17, 18). Ginger is a competitive
antagonist for HT3 receptors, and its effects begin a few days after treatment
and the utmost results could be viewed by 4 days after consumption (17, 18).
Since placebo is also effective in many cases of NVP, it seems prudent to
compare every medication with placebo.
The purpose of the present study was to compare the effects of ginger,
vitamin B6 and placebo in cases of NVP.
Materials and method: JUST
The study was performed as a triple blind clinical trial on women who were
6-16 weeks pregnant and had mild to moderate NVP between September
2012 – January 2015 in Akbarabadi Teaching Hospital, Tehran, Iran. Written
informed consent was obtained from all participants and they were fully
informed about the study. Institutional review board approval and also
institutional ethics committee approval was given to the study which was
also registered in Iran Registry of Clinical Trial (IRCT) (Trial registration
number IRCT2015020320923N1).
Inclusion criteria included gestational age between 6-16 weeks of pregnancy
(according to a reliable LMP and ultrasound confirmation of the first
trimester), having mild to moderate NVP without a need of hospitalization,
singleton pregnancy with a live normal fetus, not having any known
gastrointestinal disorder, being literate, maternal age between 20-35 year
old, and not having any known allergy or hypersensitivity to herbal
medications.
Exclusion criteria were severe NVP needing hospitalization, no acceptance
for herbal medicine, having any other symptoms showing pathologic
problems such as diarrhea, having any known gastrointestinal or any other
systemic disorder or any drug use except common supplementation (folic
acid), any known intolerance to herbal medicine or allergy to ginger or
vitamin B6 and any disorder which could cause nausea and vomiting.
Sampling was performed randomly and consecutively. The pregnant women,
investigator and statistician were not aware of the groups of study. To obtain
a power of 80% [α = 0.05 (two-sided)], we planned to include 23
participants in each group as we assumed that it would be possible to detect
a difference of 50 percentage points in the Rhodes Score after treatment.
Rhodes questionnaire2 was used (19, 20, and 21) to evaluate the severity of
NVP. It consists of 8 questions with 5 answers for each, using Likert scale
(22). This questionnaire was fulfilled by patients. The questions were about
the severity of nausea (duration, number or frequency of nausea and distress
due to nausea), and severity of vomiting (number or frequency of vomiting,
amount of vomit each time and distress due to vomiting) and retching
(number or frequency of retching and distress due to retching). The score of
zero – 1 – 2 – 3 – 4 (from the best to the worst) were given to the questions
(total score was 32). This questionnaire was first used by Zhou et al. in 1996
(19, 20, 21) and its validity and reliability was confirmed. Eligible women
were randomly (block random sampling) assigned to the 3 groups of A, B
and C. Ginger, vitamin B6 ad placebo were made by the same
manufacture( Botanical Yas herbal production, Tehran, Iran) completely
similar for the shape, color, taste and smell and were administered to these 3
groups. No one was aware of group’s categories in the study. After finishing
the study and statistical analysis, the content of capsules was revealed by the
manufacturer. Ginger capsules each 500mg and vitamin B6 capsules each
40mg, were administered to the women, 2 capsules per day, for four days.
Rhodes score was determined 24 hours before entering the study and again
four days after entering the study. The effectiveness of interventions was
determined by reduction in the total score after the intervention. Then the
total scores of Rhodes questionnaire and each item of Rhodes questionnaire
were separately compared between the 3 groups. 77 women finished the
study. (28 women in ginger group, 26 women in B6 group and 23 women in
placebo group.)
Statistical analysis was performed using SPSS22 software. Variance
analysis, Fisher exact test, student t test, chi square testes, Kruskal–Wallis
one-way analysis of variance and analysis of variance (ANOVA) were used
to compare data. P value of less than 0.05 was considered significant.
Results:
The women of the 3 groups did not show significant difference according to
age, parity, gestational age, and severity of symptoms and level of education
(table 1). Table 2 shows the severity of each symptom before and after
treatment. Total Rhodes score showed significant improvement in 3 groups
after treatment (Table 3) (pair t test). Also, severity of nausea and vomiting
were separately compared between 3 groups and results showed
improvement in all 3 groups (table 4).
Using analysis of variance (ANOVA) and Tukey method, the 3 groups were
compared 2 by 2. This comparison showed that ginger was more effective
than placebo(P=0. 039) (table 5). Also, vitamin B6 was more effective than
placebo (P=0.007) (table 5), but the total score of ginger and vitamin B6 did
not show significant difference (P=0.128) (table 5). Kruskal–Wallis one-way
analysis of variance showed that ginger was more effective for the items of
nausea including intensity (p= 0.027) and distress (p= 0.027) and also
distress of vomiting (p= 0.025).
Discussion:
In the present study, all 3 medications were effective for reducing the
severity of NVP and both ginger and vitamin B6 were more effective than
placebo. Ginger was more effective for severity of nausea and amount of
vomiting in each time, and vitamin B6 was more effective for retching and
distress of vomiting.
In the performed studies, pyridoxine was effective and safe for improvement
of NVP alone (8, 10) or in combination with doxylamine pyridoxine (2, 23).
The other studies on ginger proposed that ginger is also safe and effective
(10, 11, 24). There have been some studies to compare the effects of ginger
and pyridoxine on NVP.
Ensiveh et al (25) in a double blind study compared ginger and vitamin B6
without placebo control and used VAS (Visual analogue scale) for
determination of the severity of NVP. Amount of medications were similar
to the present study. They concluded that ginger was more effective than
pyridoxine for improving the severity of nausea, but was equal to pyridoxine
for decreasing the frequency of nausea and vomiting, which is in accordance
with the present study.
A meta-analysis of 12 RCTS (11), reported improvement in nausea by
ginger in comparison with placebo, however the frequency of vomiting
episodes did not decrease in comparison with placebo. Also, a study by
Smith et al (24), showed that ginger is effective for alleviating the cases of
nausea, dry retching and vomiting in early pregnancy and is comparable with
vitamin B6. The other study which compared ginger in an amount of 650 mg
and vitamin B6 (26) in a dose of 25 mg for NVP, considered only 3
symptoms of Rhodes scale including the frequency of episodes of nausea
and duration of nausea and frequency of vomiting, and reported that both
methods are effective for NVP, but ginger is more effective than vitamin B6.
The study by Portnoi et al (27) showed that ginger had a mild effect on NVP
and did not have adverse effects on pregnancy outcome.
Ginger is a powerful herbal medicine which has pharmacologic mechanism.
It should be used for special indications and with consideration of the
contraindications and its adverse effects (the most important one being its
anticoagulation effects) (28). Ginger consumption in women who wishe to
use herbal medicine for NVP has been reported to be effective in comparison
with placebo (29, 30).
In a systematic review (31), ginger has been proposed as an effective and
safe medication which can reduce the frequency of vomiting and severity of
nausea in comparison with placebo; however, its maximum safe dose is not
clear and further studies are required, in order for an absolute conclusion to
be reached. The other studies performed on this subject (32) confirm this
study’s results. However one mentioned study (33) could not find a
difference between ginger and vitamin B6 on NVP (33).
According to the previous and present studies, it seems that ginger is a safe
and effective medication in NVP, and is comparable to or even better than
vitamin B6, for some symptoms of NVP, however, more studies should be
performed to find the highest effective dose, patient selection according to
the severity of each symptom of NVP, using ginger for more severe cases of
NVP or using for the cases of the others medications failure.Also, future
studies should be focused on the combination of these treatments.
Conflict of Interest statement: None.

J Matern Fetal Neonatal Med. 2018 Oct;31(19):2509-2514. doi:


10.1080/14767058.2017.1344965. Epub 2017 Jul 7.
A comparison between the effects of ginger, pyridoxine (vitamin B6) and placebo for
the treatment of the first trimester nausea and vomiting of pregnancy (NVP).
Perbandingan antara efek jahe, piridoksin (vitamin B6) dan plasebo untuk pengobatan
mual trimester pertama dan muntah kehamilan (NVP).

Author information

Abstrak
Pengantar:
Mual dan muntah kehamilan (NVP) adalah salah satu keluhan paling umum dari
periode kehamilan awal dan mengganggu bagi wanita hamil.Beberapa lebih suka
menggunakan obat herbal daripada bahan kimia.
Objektif:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek jahe, piridoksin
(vitamin B6), dan plasebo untuk pengobatan NVP.
Metode:
Penelitian ini dilakukan sebagai uji klinis triple blind pada wanita hamil yang
menderita NVP ringan sampai sedang antara 6 dan 16 minggu kehamilan. Pada
wanita ini jahe, 500 mg dua kali sehari, vitamin B6 40 mg dua kali sehari dan plasebo
dua kali sehari diberikan selama 4 hari. Kuesioner Rhodes digunakan untuk evaluasi
keparahan gejala. Tingkat keparahan NVP dievaluasi 24 jam sebelum memasuki
penelitian dan hingga 4 hari setelah menggunakan obat dan hasilnya dibandingkan di
antara ketiga kelompok.
Hasil:
Tujuh puluh tujuh wanita menyelesaikan studi (28 pada kelompok Jahe, 26 pada
kelompok B6, dan 23 pada kelompok plasebo). Wanita dari ketiga kelompok tidak
memiliki perbedaan yang signifikan sesuai dengan usia, usia kehamilan, paritas, dan
tingkat keparahan masing-masing gejala sebelum pengobatan dan status pendidikan.
Total skor kuesioner Rhodes untuk mual menurun secara signifikan pada tiga
kelompok setelah perawatan. (p <0,001, p = 0,012, dan p = 0,03 untuk masing-
masing jahe, vitamin B6, dan plasebo.) Juga skor total kuesioner Rhodes untuk
muntah menurun dalam tiga kelompok (p = 0,03 untuk jahe, p = 0,02 untuk B6, dan p
= 0,04 untuk plasebo). Jahe dan vitamin B6 dapat mengurangi keparahan semua item
kuesioner Rhodes secara signifikan; Namun, plasebo secara signifikan efektif hanya
pada frekuensi mual, intensitas muntah dan frekuensi muntah. Jahe dan vitamin B6
lebih efektif daripada plasebo (p = 0,039 dan p = 0,007, masing-masing); Namun,
skor total Rhodes tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara jahe dan
vitamin B6 (p = 0,128). Jahe lebih efektif untuk mual (intensitas dan tekanan) dan
tekanan muntah.
Kesimpulan:
Jahe lebih efektif daripada plasebo untuk pengobatan NVP ringan hingga sedang dan
sebanding dengan vitamin B6. Nomor pendaftaran percobaan dan situs web
pendaftaran: IRCT2015020320923N1.
Kata Kunci:
Jahe; NVP; Kuisioner Rhodes dan skala Likert; plasebo; vitamin B6
PMID: 28629250 DOI: 10.1080/14767058.2017.1344965

Pengantar:
Mual dan muntah kehamilan (NVP) atau mual di pagi hari, adalah keluhan umum
selama awal kehamilan dan 60 - 80% wanita mengalaminya di paruh pertama
kehamilan (1, 2, dan 3).Studi epidemiologis mengusulkan bahwa NVP menunjukkan
hasil kehamilan yang lebih baik pada wanita dengan NVP dibandingkan dengan
wanita tanpa NVP (4).Meskipun penyebabnya tidak diketahui, hubungan antara
human chorionic gonadotropin (HCG) dan estrogen telah dilaporkan (5).Secara
bersamaan, tampaknya ada kemungkinan hubungan antara gejala NVP wanita dan
akomodasi dengan antigen paternal dari unit feto-plasenta (4).Faktor-faktor
gastrointestinal, seperti disfungsi neuromuskuler lambung dapat menjadi penyebab
masalah ini (6).Karena dalam kasus kehamilan NVP molar lebih parah, tampaknya
stimulator utama NVP adalah plasenta dan bukan janin (7). Juga, telah diusulkan
bahwa NVP dapat mencegah faktor-faktor berbahaya bagi janin, untuk dilepaskan ke
dalam tubuh wanita (1), dan untuk alasan ini, NVP terkait dengan risiko aborsi yang
lebih rendah dan hasil kehamilan yang lebih baik (1,7) . Kekurangan vitamin B6 telah
diusulkan sebagai penyebab NVP juga (7).Dalam 35% kasus, NVP dapat secara klinis
cukup signifikan untuk menyebabkan dampak negatif pada kehidupan sosial,
kehidupan sehari-hari dan hubungan keluarga (7).Sepuluh persen wanita
membutuhkan pengobatan (7). Berbagai pengobatan farmakologis dan pendekatan
terapeutik telah disarankan untuk tujuan ini seperti vitamin B6 (8,9), antihistamin
(7,9) obat herbal dan jahe (10,11), kombinasi vitamin B6 dan agen lainnya (12,13) ),
metoclopramide (7,14,15), ondansetron (15,16), metil prednisolon untuk kasus
refraktori (7), dan pengobatan alternatif (7). Jahe dan vitamin B6 telah diusulkan
sebagai obat yang efektif dan aman untuk NVP (17, 18).Jahe adalah antagonis
kompetitif untuk reseptor HT3, dan efeknya dimulai beberapa hari setelah pengobatan
dan hasil maksimal dapat dilihat 4 hari setelah konsumsi (17, 18).Karena plasebo juga
efektif dalam banyak kasus NVP, tampaknya lebih bijaksana untuk membandingkan
setiap obat dengan plasebo.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek jahe, vitamin B6 dan
plasebo dalam kasus NVP.

Bahan dan metode:


Studi ini dilakukan sebagai uji klinis triple blind pada wanita yang hamil 6-16
minggu dan memiliki NVP ringan sampai sedang antara September 2012 - Januari
2015 di Rumah Sakit Pendidikan Akbarabadi, Teheran, Iran. Informed consent
tertulis diperoleh dari semua peserta dan mereka sepenuhnya diberi informasi tentang
penelitian ini.Persetujuan dewan peninjau kelembagaan dan juga persetujuan komite
etik kelembagaan diberikan untuk penelitian yang juga terdaftar di Iran Registry of
Clinical Trial (IRCT) (nomor registrasi percobaan IRCT2015020320923N1).
Kriteria inklusi termasuk usia kehamilan antara 6-16 minggu kehamilan (menurut
LMP yang dapat diandalkan dan konfirmasi ultrasonografi trimester pertama),
memiliki NVP ringan hingga sedang tanpa perlu rawat inap, kehamilan tunggal
dengan janin normal hidup, tidak diketahui gangguan pencernaan, melek huruf, usia
ibu antara 20-35 tahun, dan tidak memiliki alergi atau hipersensitif terhadap obat
herbal.
Kriteria eksklusi adalah NVP parah yang membutuhkan rawat inap, tidak menerima
obat herbal, memiliki gejala lain yang menunjukkan masalah patologis seperti diare,
memiliki gastrointestinal yang diketahui atau gangguan sistemik lainnya atau
penggunaan obat apa pun kecuali suplementasi umum (asam folat), segala intoleransi
terhadap obat herbal atau alergi terhadap jahe atau vitamin B6 dan segala kelainan
yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan berurutan.Wanita hamil, peneliti dan
ahli statistik tidak mengetahui kelompok studi. Untuk mendapatkan kekuatan 80% [α
= 0,05 (dua sisi)], kami berencana untuk memasukkan 23 peserta dalam setiap
kelompok karena kami mengasumsikan bahwa mungkin untuk mendeteksi perbedaan
50 poin persentase dalam Skor Rhodes setelah perawatan.
Rhodesioneraire 2 digunakan (19, 20, dan 21) untuk mengevaluasi tingkat keparahan
NVP.Ini terdiri dari 8 pertanyaan dengan 5 jawaban untuk masing-masing,
menggunakan skala Likert (22).Kuisioner ini dipenuhi oleh pasien. Pertanyaannya
adalah tentang keparahan mual (durasi, jumlah atau frekuensi mual dan kesusahan
karena mual), dan keparahan muntah (jumlah atau frekuensi muntah, jumlah muntah
setiap kali dan kesusahan karena muntah) dan muntah-muntah (jumlah atau frekuensi
muntah dan hanya diterima kesusahan karena muntah-muntah). Skor nol - 1 - 2 - 3 - 4
(dari yang terbaik ke yang terburuk) diberikan untuk pertanyaan (skor total adalah
32).Kuisioner ini pertama kali digunakan oleh Zhou et al. pada tahun 1996 (19, 20,
21) dan validitas serta reliabilitasnya dikonfirmasi. Wanita yang memenuhi syarat
secara acak (block random sampling) ditugaskan untuk 3 kelompok A, B dan C. Jahe,
vitamin B6 dan plasebo dibuat oleh pabrik yang sama (produksi herbal Botanical Yas,
Teheran, Iran) benar-benar mirip untuk bentuk, warna , merasakan dan mencium dan
diberikan kepada 3 kelompok ini. Tidak ada yang menyadari kategori grup dalam
penelitian ini.Setelah menyelesaikan studi dan analisis statistik, isi kapsul
diungkapkan oleh produsen. Kapsul jahe masing-masing 500mg dan kapsul vitamin
B6 masing-masing 40mg, diberikan kepada para wanita, 2 kapsul per hari, selama
empat hari. Skor Rhodes ditentukan 24 jam sebelum memasuki studi dan lagi empat
hari setelah memasuki studi. Efektivitas intervensi ditentukan oleh pengurangan skor
total setelah intervensi. Kemudian skor total kuesioner Rhodes dan setiap item
kuesioner Rhodes secara terpisah dibandingkan antara 3 kelompok. 77 wanita
menyelesaikan studi.(28 wanita dalam kelompok jahe, 26 wanita dalam kelompok B6
dan 23 wanita dalam kelompok plasebo.)
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS22. Analisis
ragam, uji eksak Fisher, uji t siswa, uji chi square, analisis varian satu arah Kruskal-
Wallis dan analisis ragam (ANOVA) digunakan untuk membandingkan data. Nilai P
kurang dari 0,05 dianggap signifikan.
Hasil:
Wanita dari 3 kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sesuai dengan
usia, paritas, usia kehamilan, dan tingkat keparahan gejala dan tingkat pendidikan
(tabel 1). Tabel 2 menunjukkan tingkat keparahan setiap gejala sebelum dan sesudah
perawatan.Total skor Rhodes menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam 3
kelompok setelah perawatan (Tabel 3) (uji t pasangan).Juga, keparahan mual dan
muntah secara terpisah dibandingkan antara 3 kelompok dan hasilnya menunjukkan
peningkatan pada ketiga kelompok (tabel 4).
Menggunakan analisis varians (ANOVA) dan metode Tukey, 3 kelompok
dibandingkan 2 dengan 2. Perbandingan ini menunjukkan bahwa jahe lebih efektif
daripada plasebo (P = 0, 039) (tabel 5). Juga, vitamin B6 lebih efektif daripada
plasebo (P = 0,007) (tabel 5), tetapi skor total jahe dan vitamin B6 tidak menunjukkan
hanya diterima perbedaan signifikan (P = 0,128) (tabel 5). Analisis varian satu arah
Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa jahe lebih efektif untuk item mual termasuk
intensitas (p = 0,027) dan tekanan (p = 0,027) dan juga tekanan muntah (p = 0,025).
Diskusi:
Dalam penelitian ini, ketiga obat ini efektif untuk mengurangi keparahan NVP dan
jahe dan vitamin B6 lebih efektif daripada plasebo.Jahe lebih efektif untuk keparahan
mual dan jumlah muntah di setiap waktu, dan vitamin B6 lebih efektif untuk muntah
dan muntah. Dalam studi yang dilakukan, pyridoxine efektif dan aman untuk
perbaikan NVP saja (8, 10) atau dalam kombinasi dengan doxylamine pyridoxine (2,
23). Studi lain pada jahe mengusulkan bahwa jahe juga aman dan efektif (10, 11, 24).
Ada beberapa penelitian untuk membandingkan efek jahe dan piridoksin pada NVP.
Ensiveh et al (25) dalam penelitian double blind membandingkan jahe dan vitamin
B6 tanpa kontrol plasebo dan menggunakan VAS (Visual analogue scale) untuk
menentukan keparahan NVP.Jumlah obat serupa dengan penelitian ini. Mereka
menyimpulkan bahwa jahe lebih efektif daripada piridoksin untuk meningkatkan
keparahan mual, tetapi sama dengan piridoksin untuk mengurangi frekuensi mual dan
muntah, yang sesuai dengan penelitian ini.
Sebuah meta-analisis dari 12 RCTS (11), melaporkan peningkatan mual oleh jahe
dibandingkan dengan plasebo, namun frekuensi episode muntah tidak berkurang
dibandingkan dengan plasebo.Juga, sebuah studi oleh Smith et al (24), menunjukkan
bahwa jahe efektif untuk mengurangi kasus mual, muntah kering dan muntah pada
awal kehamilan dan sebanding dengan vitamin B6. Studi lainyang membandingkan
jahe dalam jumlah 650 mg dan vitamin B6 (26) dalam dosis 25 mg untuk NVP,
dianggap hanya 3 gejala skala Rhodes termasuk frekuensi episode mual dan durasi
mual dan frekuensi muntah, dan melaporkan bahwa kedua metode ini efektif untuk
NVP, tetapi jahe lebih efektif daripada vitamin B6. Penelitian oleh Portnoi et al (27)
menunjukkan bahwa jahe memiliki efek ringan pada NVP dan tidak memiliki efek
buruk pada hasil kehamilan.
Jahe adalah obat herbal kuat yang memiliki mekanisme farmakologis.Ini harus
digunakan untuk indikasi khusus dan dengan pertimbangan kontraindikasi dan efek
sampingnya (yang paling penting adalah efek antikoagulasinya) (28).Konsumsi jahe
pada wanita yang ingin menggunakan obat herbal untuk NVP telah dilaporkan efektif
dibandingkan dengan plasebo (29, 30).
Dalam tinjauan sistematis (31), jahe telah diusulkan sebagai obat yang efektif dan
aman yang dapat mengurangi frekuensi muntah dan keparahan mual dibandingkan
dengan plasebo; namun, dosis aman maksimumnya tidak jelas dan penelitian lebih
lanjut diperlukan, agar kesimpulan absolut dapat dicapai. Penelitian lain yang
dilakukan pada subjek ini (32) mengkonfirmasi hasil penelitian ini. Namun satu
penelitian yang disebutkan (33) tidak dapat menemukan perbedaan antara jahe dan
vitamin B6 pada NVP (33).
Menurut penelitian sebelumnya dan sekarang, tampaknya jahe adalah obat yang aman
dan efektif dalam NVP, dan sebanding dengan atau bahkan lebih baik daripada
vitamin B6, untuk beberapa gejala NVP, namun, lebih banyak penelitian harus
dilakukan untuk menemukan yang paling efektif dosis, pemilihan pasien sesuai
dengan keparahan setiap gejala NVP, menggunakan jahe untuk kasus NVP yang lebih
parah atau menggunakan untuk kasus-kasus kegagalan obat lain. Juga, studi masa
depan harus difokuskan pada kombinasi perawatan ini.

Pernyataan Benturan Kepentingan: Tidak ada


a. TAHAP IV
Melakukan quality assessment/apraisal
Penilaian terhadap hasil penelitian/bukti yang didapat diperlukan untuk
menentukan apakah hasil penelitian tersebut merupakan hasil penelitian terbaik
yang tidak menimbulkan bahaya jika diterapkan.

No Pertanyaan Fokus Respon Komentar


Iya Tidak Tidak
dilaporkan
Section A: Apakah hasil studi nya valid?
1 Apakah studi tersebut  Studi populasi
menjelaskan
masalahnya secara  Intervensi yang √
focus diberikan
 Kelompok
control/komparasi
 Hasil/ outcome
2 Apakah pembagian  Bagaimana ini √
pasien ke dalam dilakukan
kelompok intervensi
dan control dilakukan  Apakah alokasi
secara acak pasien dilakukan
secara tersembunyi
 dari peneliti dan
pasien
3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan √
yang terlibat dalam lebih awal
penelitian
dicatat dengan benar di  Apakah pasien
kesimpulannya? dianalisis dalam
kelompok untuk
yang mereka acak
4 Apakah pasien, petuga √
kesehatan
dan responden pada
penelitian ini
‘Blind’ terhadap
intervensi yang
dilaksanakan?
5 Apakah waktu √
pelaksanaan untuk
setiap grup sama?
6 Selain intervensi yang √
dilaksanakan, apakah
setiap grup
dipelakukan sama/adil?
Seciton B: Apa hasilnya?
7 Seberapa besar efek  apaoutcome yang
dari intervensi tersebut diukur?
 Apakah hasil √
dijelaskan secara
spesifik
 • hasil apa yang
ditemukan untuk
 Apa hasil dari setiap
outcome yang
diukur
8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence √
akurat efek intervensi? limitnya
Seciton C: Akankah hasil membantu secara lokal?
9 Bisakah hasilnya  Apakah √
diterapkan karakteristik pasien
populasi lokal, atau di sama dengan tempat
konteks saat ini bekerja/populasi
dilingkungan anda?
sekarang?
 Jika berbeda, apa
perbedaannya
10 Apakah hasil  Apakah infomasi √
penelitian ini penting yang anda inginkan
secara klinis untuk sudah terdapat
dipertimbangkan? dalam penelitian
 Jika tidak, apakah
akan berpengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak √
sepadan dengan tercantum dalam
bahaya dan biaya yang penelitian,
dibutuhkan? bagaiman menurut
anda

No Pertanyaan Fokus Respon Komentar


Iya Tidak Tidak
dilaporkan
Section A: Apakah hasil studi nya valid?
1 Apakah studi tersebut  Studi populasi
menjelaskan
masalahnya secara  Intervensi yang
focus diberikan √
 Kelompok
control/komparasi
 Hasil/ outcome
2 Apakah pembagian  Bagaimana ini √
pasien ke dalam dilakukan
kelompok intervensi
dan control dilakukan  Apakah alokasi
secara acak pasien dilakukan
secara tersembunyi
 dari peneliti dan
pasien
3 Apakah semua pasien  Apakah dihentikan √
yang terlibat dalam lebih awal
penelitian
dicatat dengan benar di  Apakah pasien
kesimpulannya? dianalisis dalam
kelompok untuk
yang mereka acak
4 Apakah pasien, petuga √
kesehatan
dan responden pada
penelitian ini
‘Blind’ terhadap
intervensi yang
dilaksanakan?
5 Apakah waktu √
pelaksanaan untuk
setiap grup sama?
6 Selain intervensi yang √
dilaksanakan, apakah
setiap grup
dipelakukan sama/adil?
Seciton B: Apa hasilnya?
7 Seberasa besar efek  apaoutcome yang √
dari intervensi tersebut diukur?
 Apakah hasil
dijelaskan secara
spesifik
 • hasil apa yang
ditemukan untuk
 Apa hasil dari setiap
outcome yang
diukur
8 Seberapa tepat dan  Berapa confidence √
akurat efek intervensi? limitnya
Seciton C: Akankah hasil membantu secara lokal?
9 Bisakah hasilnya  Apakah √
diterapkan karakteristik pasien
populasi lokal, atau di sama dengan tempat
konteks saat ini bekerja/populasi
dilingkungan anda?
sekarang?
 Jika berbeda, apa
perbedaannya
10 Apakah hasil  Apakah infomasi
penelitian ini penting yang anda inginkan
secara klinis untuk sudah terdapat
dipertimbangkan? dalam penelitian √
 Jika tidak, apakah
akan berpengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan
11 Apakah manfaatnya Meskipun tidak √
sepadan dengan tercantum dalam
bahaya dan biaya yang penelitian,
dibutuhkan? bagaiman menurut
anda
b. TAHAP V
Hasil analisi jurnal

Author/ Tahun Jenis Sample Intervensi Hasil Quali


Peneliti Penelitian Penelitian ty
Ass
Fatemeh 2017
Sharifzad
eh,
Maryam
Kashania
n, Jalil
Kouhpay
ehzadeh,
Fatemeh
Rezaian,
Narges
Sheikhan
sari &
Nooshin
Eshraghi

Poin Feedback :

A. Hasil analisis jurnal

Dari hasil analisis jurnal yang pertama yang berjudul“A comparison between the effects of
ginger, pyridoxine (vitamin B6) and placebo for the treatment of the first trimester nausea and
vomiting of pregnancy (NVP)”. Dengna kesimpulan Hasil studi ini menunjukkan bahwa
Jahe lebih efektif daripada plasebo untuk pengobatan NVP ringan hingga sedang dan sebanding
dengan vitamin B6

B. Pertimbangan Kemampuan klinik perawat di ruangan/wilayah


Dari jurnal di atas apabila dikaitkan dengan fenomenal kasus yang terjadi di
poli kebidanan tentu kemampuan perawat untuk menerapkan intervensi
sangatlah penting untuk pasien dengan kasus hiperemesis gravidarumyaitu
dengan

C. Pertimbangan kemampuan klinik mahasiswa


Dari hasil jurnal di atas untuk pertimbangan kemampuan klinik mahasiswa
adalah mahasiswa dapat mengedukasi terhadap para pasien dan keluarga untuk
mampu melakakukan metode

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari data dan fakta bahwa yang telah dipaparkan sebelumnya maka penyusun
menyimpulkan bahwa

3.2 SARAN
a. Bagi Perawat di Rumah Sakit
Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluargatentangmampu melakakukan metode
Breathing control, Thoracic Expansion Exercises, Forced Expiration Technique
untuk meningkatkan nilai ekspansi toraks dan mengatasi masalah kesulitan
untuk mengeluarkan sputum untuk mengurangi akumulasi sputum dalam
saluran pernapasan, mengurangi sesak nafas, dan meningkatkan mobilisasi
sangkar toraks sehingga kebutuhan oksigennya terpenuhi.
b. Bagi Mahasiswa
1) laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya tenaga
kesehatan. Dan untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis
tentang penanganan pasien ppok dengan ACBT
2) Mahasiswa harus mampu untuk melaksanakan EBP dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien, dan keluarga
3) Mahasiswa harus mampu merumuskan kebutuhan asuhan keperawatan
berdasarkan evidence yang terbaru.
4) Mahasiswa harus mampu membuat rumusan pertanyaan klinis dengan
menggunakan format PICOT.
5) Mahasiswa harus mampu melakukan pencarian evidence (hasil-hasil
penelitian) terbaru sesuai dengan pertanyaan PICOT.
6) Mahasiswa harus mampu melakukan quality assessment/apraisal
terhadap hasil penelitian yang ditemukan dengan menggunakan
format.
7) Mahasiswa harus mampu mengintegrasikan hasil penelitian
terbaikdengan pandangan ahli di ruangan dan praktik klinik serta
memperhatikan nilai-nilai pasien dalam membuat asuhan/tindakan
keperawatan yang berdasarkan pada EBP.

Anda mungkin juga menyukai