Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Partai politik
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut
serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara.
Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang, meskipun juga
belum cukup tua. Bisa dikatakan Parpol merupakan organisasi yang
baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda dibandingkan
dengan organisasi negara (Budiardjo, 2008: 397).

1. Definisi Partai Politik


Secara etimologis kata partai dapat ditelusuri jejaknya dari
bahasa Latin, yaitu partire, yang bermakna “membagi” atau
“memilah” atau juga bisa disejajarkan dengan kata benda “part”
dalam bahasa Inggris bermakna bagian. Apabila “part”
dikembangkan menjadi kata kerja berubah jadi “to participate”,
yang berarti turut ambil bagian. Dengan pengertian tersebut,
partai bisa dipahami sebagai “bagian dari masyarakat yang turut
ambil bagian dalam kegiatan bertujuan” (Damsar, 2012: 245).
Menurut Miriam Budiardjo, (2004) dalam bukunya yang
berjudul “Dasar-dasar Ilmu Politik” pengertian partai politik
adalah: Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang
sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kekuasaan politik dengan cara konstutisional
untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanan mereka.
Menurut Undang-undang Nomor 31 tahun 2002 pasal 1 (1)
Partai politik adalah: Organisasi yang dibentuk oleh sekelompok
warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan

4
5

kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui


pemilihan umum”.
Dari Beberapa penjelasan definisi partai politik menurut para
ahli di atas maka kelompok dapat menarik kesimpulan bahwa
partai politik didalamnya terdapat kumpulan orang-orang yang
terorganisir yang memiliki tugas dan fungsi, tujuan bersama, visi
dan misi, program, yang pada akhirnya menguasai pemerintah,
dengan cara menduduki jabatan politik.
2. Asal-usul partai politik
Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu
Politik” ada tiga teori munculnya Partai Politik antara lain
sebagai berikut:
a. Teori Kelembagaan
Teori ini mengatakan bahwa partai politik dibentuk oleh
kalangan legislatif dan eksekutif, karena ada kebutuhan para
anggota parlemen untuk mengadakan kontak dengan
masyarakat dan membina dukungan dari masyarakat.
b. Teori Situasi Historis
Teori ini mengatakan bahwa partai politik terjadi adanya
situasi krisis historis terjadi manakala sistem politik
mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari
bentuk trasisional yang berstruktur sederhana menjadi
masyarakat modern yang berstruktur kompleks.
c. Teori Pembangunan
Teori ini mengatakan bahwa partai politik terjadi adanya
modernisasi sosial ekonomi, seperti  pembangunan teknologi
komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan
dan  peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi,
perluasan kekuasaan negara seperti  birokratisasi,
pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi
profesi, dan  peningkatan kemampuan individu yang
6

mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan


akan suatu organisasi politik maupun memadukan dan
memperjuangkan berbagai aspirasi tersebut (Surbakti,
1992:113-114).
3. Fungsi Partai Politik
Partai politik bisa dikatakan sebagai jembatan penghubung
antara pemerintah dengan masyarakat, dimana ketika masyarakat
ingin menyampaikan aspirasinya, partai politik harus  berperan
aktif dalam hal penampung dan penyampai aspirasi tersebut. Hal
ini merupakan  penjabaran salah satu fungsi partai politik.
Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-dasar Ilmu Politik” ada beberapa fungsi partai politik
sebagai berikut:
a. Partai Politik sebagai sarana komunikasi politik
b. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik
c. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik
d. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik
(Budiardjo,2002:163)
4. Tipologi
Setiap partai politik memiliki asas dan orientasi yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Semakin banyak
kepentingan politik yang diusung oleh partai politik dalam suatu
negara, maka ini mencerminkan bahwa kepentingan masyarakat
yang ada di negara tersebut beragam. Untuk melihat banyaknya
kepentingan dalam suatu negara, maka dapat dilihat dari asas
dan orientasi yang di anut dari masing-masing partai politik
dalam negara tersebut. Ramlan Surbakti dalam bukunya
“Memahami Ilmu Politik” mengklasifikasi asas dan orientasi
partai politik menjadi tiga tipe yaitu:
7

a. Partai politik pragmatis


Yaitu suatu partai yang mempunyai program dan
kegiatan yang tidak terikat kaku pada suatu doktrin dan
ideologi tertentu.
b. Partai politik doktriner.
Yaitu suatu partai politik yang memiliki sejumlah
program dan kegiatan konkret sebagai  penjabaran
ideologi.
c. Partai politik kepentingan
Yaitu suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola
atas dasar kepentingan tertentu, seperti  petani, buruh,
etnis, agama, atau lingkungan hidup secara langsung ingin
berpartisipasi dalam  pemerintahan (Surbakti,1992:112).
B. Kekuasaan, wewenang dan legitimasi, dimensi-dimensi
kekuasaan
Dalam konteks Sosiologi, kekuasaan dan wewenang adalah
gejala kemasyarakatan yang umum sifatnya, dimana dan pada
bentuk masyarakat bagaimanapun gejala ini selalu timbul;
namun yang lebih perlu digaris bawahi disini, bahwa Sosiologi
selalu memandang netral dari seperangkat gejala-gejala sosial
yang menjadi obyek perhatiannya, netral dalam arti tidak
menilai suatu gejala itu baik atau buruk, yang pasti gejala itu
ada hidup dalam masyarakat. Walaupun kekuasaan itu senantiasa
ada dalam setiap masyarakat, namun bukan berarti bahwa
kekuasaan dapat dibagi rata para semua anggota masyarakat;
dengan ketidak merataan ini justru kemudian timbul makna
pokok dari kekuasaan, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruhi fihak lain agar menurut pada kehendak yang
ada pada pemegang kekuasaan.
8

1. Kekuasaan
a. Definisi
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan
dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu (Max
Webber).
Kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau
sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku
sesorang atau sekelompok orang lain sehingga tingkah
lakunya menjadi sesuai dengan keinginan/tujuan
seseorang/kelompok orang yang mempunyai kekuasaan
tersebut (Miriam Budiarjo).
b. Unsur-unsur kekuasaan
Soerjono Soekanto (1983) mengambarkan beberapa
unsur kekuasaan yang dapat dijumpai pada hubungan
sosial antara manusia maupun antar kelompok, yaitu yang
meliputi:
1) Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang pada orang lain
menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala
kemauan dan tidakan pada orang yang ditakuti tadi;
rasa takut ini bernuansa negatif, karena orang tersebut
tunduk pada orang lain dalam keadaan yang terpaksa.
Untuk menghindari dari hal-hal yang dapat
merugikan dirinya, seseorang atau sekelompok orang
akan patuh atau berbuat apa saja sesuai dengan
keinginan fihak yang ditakutinya. Disamping
kepatuhan, adakalanya secara disadari atau tidak
orang atau sekelompok orang itu meniru tindakan
9

orang-orang yang ditakuti (disebut sebagai matched


dependend behavior). Rasa takut merupakan gejala
umum yang terdapat dimana-mana, dan bila
dilekatkan pada suatu pola pemerintahan negara rasa
takut ini biasanya dipergunakan sebaik-baiknya
dalam masyarakat dengan pemerintahan otoriter.
2) Rasa Cinta
Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta
menghasilkan perbuatan-perbuatan yang bernuansa
positif, orang-orang dapat bertindak sesuai dengan
keinginan yang berkuasa, masing-masing fihak tidak
merasakan dirugikan satu sama lain. Reaksi kedua
belah fihak, yaitu antara kekuasaan dan yang
dikuasai, bersifat positif, dari keadaan ini maka suatu
sistem kekuasaan dapat berjalan dengan baik dan
teratur.
3) Kepercayaan
Suatu kepercayaan dapat timbul sebagai hasil
hubungan langsung dari dua orang atau lebih, satu
pihak secara penuh percaya pada pihak lainnya,
dalam hal ini pemegang kekuasaan, terhadap segenap
tindakan sesuai dengan peranan yang dilakukannya;
dengan kepercayaannya ini maka orang-orang akan
bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
penguasa. Unsur kepercayaan ini penting
ditumbuhkan untuk melanggengkan suatu bentuk
kekuasaan.
4) Pemujaan
Suatu perasaan cinta atau sistem kepercayaan
mungkin pada suatu saat dapat disangkal oleh orang
lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka
10

seseorang, sekelompok orang, bahkan hampir seluruh


warga masyarakat akan selalu menyatakan
pembenaran atas segala tindakan dari penguasanya,
ke dalam maupun ke luar masyarakat
c. Distribusi kekuasaan
Hak-Hak Istimewa dan Prestise yang Tidak Merata.
Kekuasaan didefenisikan sebagai kemungkinan individu
atau kelompok untuk memaksakan keinginan meraka
kepada yang lainnya, bahkan bila mendapat penolakan dan
pertentangan dari orang lain. Pada saat anda memaksakan
keinginan anda terhadap orang lain yang tidak ingin
dikontrol oleh anda, anda berarti memiliki kekuasaan.
Penggunaan paksaan merupakan manifenstasi yang paling
nyata dari kepemilikan kekuasaan
1) Privilege
Privilege mengacu pada hak, keuntungan dan
kekebalan yang diasosiasikan dengan suatu posisi
hirarki. Distribusi privilege membagi masyarakat ke
dalam kelompok yang memiliki dan yang tidak
memiliki. Kelompok strata atas memiliki kekebalan,
pendapatan, dan hak-hak prerogatif, kebebasan, dan
pilihan-pilihan yang kurang sesuai dengan strata
bawah. Privilege memiliki dua aspek utama yakni
ekonomi dan kultural.
Beberapa privilege secara langsung dihubungkan
dengan posisi ekonomi individual. Orang-orang
dengan kesejahteraan yang lebih besar dapat
memperoleh banyak keuntungan seperti pelayanan
kesehatan yang baik dan dapat menghindari setiap
kesulitan hidup. Norma-norma budaya dapat
11

meberikan keuntungan atau ketidakberuntungan


kepada orang-orang tertentu
2) Prestige
Prestige mengacu pada distribusi kehormatan dan
status sosial. Dalam masyarakat pada umumnya ada
kelompok yang memiliki prestige yang tinggi, namun
ada pula kelompok masyarakat dengan prestige yang
rendah.
2. Wewenang
a. Definisi
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata
wewenang disamakan dengan kata kewenangan, yang
diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,
kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang/badan lain.
Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang
berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat
dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan
dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hubungan
hukum publik.
Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum
tidak sama dengan kekuasaan. `Kekuasaan hanya
menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.
Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.
Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan
wewenang yang dimiliki seorang pejabat atau institusi
menurut ketentuan yang berlaku, dengan
demikiankewenangan juga menyangkut kompetensi
tindakan hukum yang dapat dilakukan menurut kaedah-
kaedah formal.
12

b. Sumber kewenangan
Di dalam negara hukum dikenal asas legalitas yang
menjadi pilar utamanya dan merupakan salah satu prinsip
utama yang dijadikan dasar dalam setiap penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum
terutama bagi negara-negara hukum dan sistem
kontinental.
Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa kewenangan
diperoleh melalui tiga sumber yaitu;
1) atribusi pemberian wewenang pemerintahan oleh
pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan
2) Delegasi pelimpahan wewenang pemerintahan dari
satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan
lainnya
3) Mandat terjadi ketika organ pemerintahan
mengizinkan kewenangan dijalannya oleh organ lain
atas namanya
c. Peralihan kewenangan
Menurut Paul Conn, secara umum terdapat tiga cara
peralihan kewenangan, yakni secara turun temurun,
pemilihan dan paksaan.
Secara turun temurun ialah jabatan dan kewenangan
dialihkan pada keturunan atau keluarga pemegang jabatan
terdahulu.
Peralihan dengan pemilihan dapat dilakukan secara
langsung melalui badan perwakilan rakyat, Hal ini
dipraktekan dalam sistem politik demokrasi.
Peralihan kewenangan secara paksaan ialah jabatn dan
kewenangan terpaksa dialihkan kepada orang atau
kelompok lain tidak menurut prosedur yang telah
disepakati, melainkan dengan menggunakan kekerasan
13

seperti revolusi dan kudeta, dan ancaman kekerasan


(paksaan tak berdarah)
3. Legitimasi
a. Definisi
Legitimasi dampar dianggap sebagai menyamakan
persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh
suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diingikan,
pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai,
kepercayaan, dan definisi yang dikembangkan secara sosial
(suchman, 1995 dalam irama, 2009).
b. Cara mendapatkan legitimasi
Adapun cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan
dan mempertahankan legitimasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1) Simbolis yaitu dengan cara menumbuhkan
kepercayaan terhadap masyarakat dalam bentuk
simbol-simbol seperti kepribadian yang baik,
menjunjung tinggi nilai- budaya dan tradisi.
2) Prosedural yaitu menjanjikan kesejahteraan materiil
kepada rakyat, seperti fasilitas pendidikan dan
kesehatan lebih baik,  kesempatan kerja lebih besar,
dan menjamin tersedianya pangan yang dibutuhkan
rakyat.
3) Materiil yaitu dengan cara mengadakan pemilihan
umum untuk menentukan para wakil rakyat, perdana
menteri, presiden, dan sebagainya. Para anggota
lembaga tinggi negara atau referendum untuk
mengesahkan suatu kebijakan umum

c. Tipe legitimasi
14

Tipe legitimasi ada lima yaitu:


1) Legitimasi tradisional adalah masyarakat memberikan
pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
kepemerintahan karena pemimpin tersebut merupkan
keturunan pemimpin ‘berdarah biru’ yang dipercaya
harus memimpinmasyarakat.
2) Legitimasi ekologi adalah masyarakat memberikan
dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena
pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan
pelaksana ideologi.
3) Legitimasi kualitas pribadi adalah masyarakat
meberikan pengakuan dan dukungan kepada
pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki
kualitas pribadi berupa kharismatik maupun
penampila pribadi dan prestasi cemerlang dalam
bidang tertentu.
4) Legitimasi prosedural adalah masyarakat memberikan
pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena
pemimpin tersebut mendapat wewenang karena
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
5) Legitimasi instrumental adalah masyarakat
memberikan pengakuan dan dukungan kepada
pemerintah karena pemimpin tersebut manjanjikan
atau menjamin kesejahteraan materi kepada
masyarakat.
4. Dimensi-dimensi kekuasaan
a. Kekuasaan potensial vs actual
Kekuasan potensial adalah sumber-sumber energi yang
dimiliki baik berupa kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan,
informasi, jabatan dan sebagainya, yang belum digunakan.
15

Kekuasaan aktual terjadi apabila sumber-sumber energi yg


dimiliki tersebut digunakan dalam kegiatan politik
b. Kekuasaan konsensus vs paksaan
Kekuasaan paksaan memandang kekuasaan sebagai
intrumen untuk memaksakan kehendak & mendominasi klp
lain. Kepatuhan diperoleh dengan cara ancaman fisik dan
non fisik.
Kekuasaan konsensus berarti menggunakan kekuasaan
untuk mencapai tujuan masyarakat secara bersama.
Kepatuhan diperoleh tidak dengan cara mengancam.
Kepatuhan diperoleh melalui kesadaran dari orang yg
mengikuti.
c. Kekuasaan positif vs negative
Kekuasan positif berarti penggunaan sumber-sumber
kekuasaan untuk mencapai tujuan yang penting dan
diharuskan. Kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-
sumber kekuasaan untuk mencegah pihak lain mencapai
tujuan yang dipandang tidak perlu dan dapat merugikan
pihaknya. Postif dannegatif tergantung adalah persialan
debatable.
d. Kekuasaan jabatan vs pribadi
Kekuasaan jabatan adalah kekuasan yg bersumber dari
jabatan formal, seperti Presiden, Gubernur,Bupati
Walikota, dsb. Kekuasaan pribadi adalah kekuasan yang
bersumber dari kualitas pribadinya. Penggunaan kekuasaan
jabatan akan dipengaruhi oleh kekuasaan pribadi. Dalam
msyarakat modern jabatan dan kualitas pribadi merupakan
sumber kekuasaan efektif. Dalam masyarakat sederhana
kekuasaan yang didasarkan pada kualitas pribadi lebih
menonjol
e. Kekuasaan implisit vs eksplisit
16

Kekuasaan implisit adalah pengaruh yang tidak dapat


dilihat tetapi dapat dirasakan. Contoh: Kekuasaan mantan
Presiden Soeharto saat ini, kekuasaan Bakri. Kekuasaan
eksplisit adalah pengaruh yang jelas dapat terlihat dan
dirasakan.
5. Peran Partai politik dalam pelayanan Keperawatan
a. Sejarah, Prinsip Aktifitas Keperawatan di Area Politik
Menurut sejarah, keterlibatan perawat dalam politik
terbatas. Walaupun secara individu, seperti florence
nightingale, lilian wald, margaret sanger, dan lavinia dock
telah mempengaruhi dalam pembuatan keputusan dibidang
seperti sanitasi, nutrisi, dan keluarga berencana, keluarga
kurang dihargai sebagai kelompok (Hall- Long, 1995).
Akan tetapi gerakan wanita telah memberikan inspirasi
pada perawat masalah perawatan kesehatan. Selain itu
dengan banyaknya lulusan berpendidikan tinggi masuk
sebagai anggota profesi, mereka membawa keperawatan
kedalam aktivitas dan kegiatan di kampus universitas.
Pada tahun 1974, ANA membentuk the nurses
coalition in poltics (N-CAP), yang menjadi komite aksi
politik (political action commitee (PAC)) pertama bagi
perawat. Organisasi ini, yang kemudia dikenal sebagai
ANA-PAC, merupakan komite aksi politik utama yang
mencari dukungan bagi kandidat yang ingin kedalam
kantor federal (Mason, 1990).
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi atau meyakinkan seseorang untuk memihak
kepada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan
dari pihak tesebut membentuk hasil yang diinginkan
(Rogge, 1987).
17

Dahulu, perawat merasa tidak nyaman dengan politik


karena mayoritas perawat adalah wanita dan politik
merupakan dominasi laki-laki. Perawat juga tidak
menyadari preseden historis yang ditetap oleh perawat
dalam arena politik, dan karena mereka tidak pada secara
politik, perawt kurang mendapatkan pendidikan politik
untuk memenangkan kompetensi dalam berpolitik (Mason
dan Talbott, 1995; mason, 1990).
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan
perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan,
organisai profesional dan tempat perawatan kesehatan
(stanhope dan belcher, 1993).
Organisasi keperawatan telah memperkerjakan
seseorang yang mampu melobi untuk mendorong
terbentuknya legislasi negara bagian dan U.S Congress
untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Kalisch
dan kalisch (1982) menuliskan bahwa ANA “bekerja untuk
meningkatkan standar kesehatan dan ketersediaan
pelayanan perawatan kesehatan bagi semua orang;
mendorong standar keperawatan yang tinggi, menstimulasi
dan meningkatkan pengembangan perawat profesional dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan umum. Tujuan
ini tidak dibatasai oleh pertimbangan kenegaraan, ras,
keturunan, gaya hidup, warna kulit, seks dan usia“
ANA memperkerjakan seorang perawat terdaftar dalam
melakukan lobi setingkat federal, dan organisai
keperawatan negara bagian juga memperkerjakan
seseorang yang mampu melobi dan spesialis legislasi
unutk bekerja pada isu-isu keperawatan di negara bagian
dan membantu upaya federal. Akhirnya, ahli melobi yang
bekerja atas nama perawat diperkerjakan di washington
18

DC, oleh kelompok minat profesional seperti American


Federation Of Teachers, NLN, American College Of
Nurse-midwives, American Public Health Assosiation, dan
AACN. Kelompok ini bertujuan untuk menghilangkan
kendala finansial dari perawatan kesehatan, meningkatkan
asuahn keperawatan yang tersedia, meningkatkan
penghargaan ekonomi untuk perawatan dan memperluas
peran perawat profesional (Aiken, 1982).
Selain itu, perawat secara individu dapat mempengaruhi
keputusan politik pada semua tingkat pemerintahan dan
organisasi keperawatan menggabungkan semua upaya
seperti nursing’s Agenda for health care reform (Tri-
council, 1991) akan secara kritis menerapkan pengaruh
perawat dalam proses politik sedini mungkin (Hall-long,
1995). Strategi spesifik mencakup pengintegrasian
peraturan publik kedalam kurikulum keperawatan,
sosialisai dini dan berpartisipasi dalam organisai profesi,
memperluas lingkungan tempat praktik klinik, dan
menjalankan tempat pelayan kesehatan di masyarakat. Jika
perawat menjadi mahasiswa yang serius dalam
memperhatikan kebutuhan sosial, menjadi aktivis dalam
mempengaruhi perataura untuk memenuhi kebutuhan dan
menjadi kontributor waktu dan uang yang terbuka bagi
keperawatan dan organisasi mereka dan menjadi kandidat
untuk bekerja bagi asuahan kesehatan yang baik secar
universsal, maka masa depan akan menjadi cemerlang.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat
dalam berperan secara aktif maupun pasif dalam dunia
politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam
bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai
“Sense of Politic”.
19

b. Pentingnya Perawat Berada di Area Politik


Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan
adalah bahwasanya dunia politik bukanlah dunia yang
asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin
akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini
ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat
dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga
rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih dan
tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-
wakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak
ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi
keperawatan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu
saja, karena profesi kita pun membutuhkan penyampaian
aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya
permasalahan yang ada, yang tentunya akan membawa
kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya
menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan
dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di
badan legislative sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia,
diharapkan seorang perawat mampu mewakili banyaknya
aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di
profesi keperawatan salah satunya seperti yang disebutkan
diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan
keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya
kualitas perawat bias dipertanggung jawabkan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak
bermunculnya institusi pendidikan keperawatan yang
hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang
tidak melakukan penjaminan mutu akan output perawat
20

yang di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi


pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi,
profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai
jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak
kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan, dimana
regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita
melakukan persiapan yang matang sebelum membuat dan
memulai (perencanaan), dimana kita melakukan
pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang
mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat
yang siap tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan
klinik akan menjadiakan profesi keperawatan semakin
mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang
mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan menjadikan
perawat semakin professional dan proporsional sesuai
dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu,
dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi
adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah
menghindari terjadinya malpraktik yang kemungkinan
dapat terjadi.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat sehingga mampu terjun ke dunia politik. Salah
satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung
salah satu partai politik. Partai politik ini akan menjadi
motor penggerak pembawa di kancah perpolitikan
Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi
legislative, ada partai yang melakukan pengkaderan dari
awal yang mampu menyiapkan calon-calon legislative
dari embrio yang akan diberikan suntikan ideology dari
partai tersebut, ada juga partai yang memberikan
21

kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang


bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon
legislative.
Selain penjelasan diatas, pentingnya dunia politik bagi
keperawatan adalah :
1) Politik menciptakan iklim yang kondusif bagi
keperawatan terutama mendapatkan legitimasi
masyarakat dalam upaya mendukung usaha-usaha
memberikan asuhan keperwatan.
2) Politik memberikan kemudahan terhadap pencapaian
tujuan keperawatan dalam melakukan intervensi
kepada masayarakat melalui serangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh profesi keperawatan berupa
kebijakan strategis dalam memberikan asuhan
keperawatan.
c. Manfaat Keterlibatan Perawat di Area Politik
1) Terciptanya suatu regulasi dalam pendidikan perawat
Banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan
ketika regulasi (undang-undang) keperawatan telah di
tetapkan, salah satunya adalah mengenai regulasi
pendidikan keperawatan di Indonesia. Walaupun
regulasi pendidikan seharusnya wewenang Dinas
Pendidikan Tinggi, namun saat ini profesi keperawatan
mengalami dualisme arah, kiblat pendidikan
keperawatan yang ganda ini menjadikan profesi
keperawatan semakin ruwet dan kemungkinan akan
menyulitkan dalam birokasi-birokrasi pengurusannya.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak
bermunculnya institusi pendidikan keperawatan yang
hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang
22

tidak melakukan penjaminan mutu akan output perawat


yang di luluskan setiap periodenya.
Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua
menjadi terstandardisasi, profesi keperawatan yang
mempunyai nilai tawar, nilai jual dan menjadi profesi
yang di pertimbangkan.
2) Terciptanya suatu regulasi kewenangan perawat di lahan
klinik
Tidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan,
dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita
melakukan persiapan yang matang sebelum membuat
dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan
pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang
mensupport akan terbentuknya generasi perawat-
perawat yang siap tempur.
Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan
menjadikan profesi keperawatan semakin mantap dalam
langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri,
terstruktur dan ranah yang jelas akan menjadikan
perawat semakin professional dan proporsional sesuai
dengan tanggung jawab yang harus di penuhi, selain itu
dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi
adanya overlap dan salah satu yang paling penting
adalah menghindari terjadi malpraktek yang
kemungkinan dapat terjadi.
d.  Ruang Lingkup Ilmu Politik di Dalam Keperawatan
Lingkup keberadaaan perawat di dalam area politik tidak
hanya terbatas pada kepentingan perawat itu sendiri seperti
menciptakan iklim yang kondusif bagi keperawatan terutama
mendapatkan legitimasi masyarakat dalam upaya mendukung
usaha-usaha memberikan asuhan keperwatan.tapi juga
23

bagaiman suatu regulasi/undang-undang di keperwatan itu


bisa tercipta.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat
dalam berperan secara active maupun passive dalam dunia
politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki bidang
politik hingga talenta yang harus di miliki mengenai sense of
politic.

Anda mungkin juga menyukai