Anda di halaman 1dari 26

Karbohidrat dan Diabetes Melitus

Oleh :
Kelompok …?
Kelas F

Cyntia Indriani L. 110115047


M. Rifani R. 110115059
Kim Stephanie 1120051
Novi Tri A. 1120277
Intan Puspita 1120297
Lia Puji R. 1120299
Dian Perwati 1120352

Laboratorium Biokimia
Departemen Farmasi Klinis dan Komunitas
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
2016
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif


2. Mempelajari proses glikolisis
3. Menentukan kadar glukosa darah
4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik
untuk diabetes mellitus

I.1 Uji Benedict


Tujuan : Menentukan gula pereduksi
I.2 Uji Barfoed
Tujuan : Mendeteksi Monosakarida
I.3 Uji Seliwanoff
Tujuan : Identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa
I.4 Uji Iod
Tujuan : Mengetahui adanya polisakarida amilum
I.5 Uji Fehling
Tujuan: Identifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi

2
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

Tabel Hasil Pengamatan Analisis Kualitatif Karbohidrat


Reaksi Uji Benedict
Glukosa
terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi
1%
Sukrosa tidak terdapat presipitasi berwarna
(-) tidak mengandung gula pereduksi
1% merah bata/ hijau/ kuning
Fruktosa
terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi
1%
Laktosa
terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi
1%
Amilum tidak terdapat presipitasi berwarna
(-) tidak mengandung gula pereduksi
1% merah bata/ hijau/ kuning

Reaksi Uji Barfoed


Sukrosa 1% tidak berubah warna (-) tidak mengandung monosakarida

Laktosa 1% tidak berubah warna (-) tidak mengandung monosakarida


terjadi perubahan warna menjadi
Maltosa 1% (-) tidak mengandung monosakarida
hijau
terjadi perubahan warna menjadi
Glukosa 1% biru kehijauan dengan endapan (+) mengandung monosakarida
merah bata

Reaksi Uji Seliwanoff


(-) tidak adanya gugus
Glukosa tidak mengalami perubahan warna
ketosa
Fruktosa berwarna merah (+) adanya gugus ketosa

3
(-) tidak adanya gugus
Laktosa tidak mengalami perubahan warna
ketosa
Sukrosa berwarna merah bata (++) adanya gugus ketosa

Reaksi Uji Iod


(+) mengandung
amilum berwarna biru dongker
polisakarida amilum
(+) mengandung
dekstrin berwarna kuning kecoklatan
polisakarida amilum
(+) mengandung
gum arab berwarna coklat kehitaman
polisakarida amilum

Reaksi Uji Fehling


Glukosa

Fruktosa

Laktosa

Sukrosa

Tabel Hasil Uji Peragian


1 2 3
Tabung
Kontrol + Kontrol - Uji
Tinggi kolom CO2
4.4 cm 4.4 cm 4.8 cm
yang terbentuk (cm)
Biru Biru tua Biru muda
Kadar glukosa
(0%) (0%) (0%)
*
penentuan kadar glukosa dengan Uji Benedict semi kuantitatif

Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah


No Nama/NRP Kelompok Kadar Gula Darah

4
(mmol/L)
1
2
3
4
5
6

TUGAS BACA
1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia.
Pengecekan melalui laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri, jarum
dideteksi oleh alat pengukur gula tersebut? Dan mengapa jenis gula
tersebut yang dapat mewakili ‘kadar gula darah’ seseorang?
Jawaban :
Glukometer membantu mendeteksi kadar gula dalam tubuh pada
saat tertentu, yakni pada saat sampel diambil dari tubuh penderita.
Peran glukometer semakin besar dan menjadi fungsi utama adalah
memberdayakan penderita Diabetes Melitus untuk memonitor dirinya
sendiri tanpa perlu berkunjung ke dokter atau ke rumah sakit.
Glukometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk
mendapatkan nilai kadar glukosa dalam darah perifer atau sentral. Nilai-
nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam bentuk satuan, yakni dalam
mg/dL atau mmol/L. Nilai tersebut dalah nilai klinis yang penting untuk
gangguan metabolisme, seperti Diabetes Melitus, denutrisi dan
konsekuensi lainnya seperti koma hiperosmolar, sindrom malabsorbsi, dan
yang paling parah adalah hiperglikemia atau hipoglikemia. Glukometer
dan pengobatan farmasi yang tepat adalah dasar kontrol glikemik pada
pasien diabetes. Dirumah , beberapa glukometer memiliki beberapa jenis
strip untuk memonitor variabel-variabel lain seperti keton yang dihasilkan
ketika seorang pasien mengalami hiperglikemia. Bagian yang paling
penting adalah strip bebentuk persegi panjang yang berfugsi sebagai
sensor untuk menempatkan darah dan mendapatkan pengukuran
ditentukan dengan konverter analo-digital dari mikrokontroler.

5
Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan
bakar. Ini kerana sel darah merah tidak memiliki mitokondria, tempat
berlangsungnya sebagian besar reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak
dan bahan bakar lain. Sel darah merah memperoleh energi melalui proses
glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan
dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat
kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa
glukosa. Tanpa sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan
menderita kekurangan energi karena jaringan memerlukan oksigen agar
dapat sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO2 dan H2O (Aswani

V., 2010).

Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, juga ditemukan jenis


gula-gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya
tingkatan glukosa yang diatur melalui hormon insulin dan leptin.

2. Tuliskan karakteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah
dibawah ini!
Jenis Karakteristik/definisi Nilai normal
Gula darah acak Dilakukan setiap waktu < 11,1 mmol/L
pada pasien dalam (70-110 mg/dL)
keadaan tanpa puasa.
Spesimen dapat berupa
serum, plasma, atau darah
kapiler. Pemeriksaan
glukosa darah sewaktu
plasma dapat digunakan
untuk pemeriksaan
penyaring dan
memastikan diagnosa

6
DM, sedangkan
pemeriksaan gula darah
yang berasal dari darah
kapiler hanya untuk
pemeriksaan penyaring.
Tes ini mengukur glukosa
darah yang diambil kapan
saja tanpa memperhatikan
waktu makan
Gula darah puasa Pada pemeriksaan ini , <100 mg/dL
pasien harus puasa 10-12 Atau
jam sebelum < 5,6 mmol/L
pemeriksaan. Spesimen (60-100 mg/dL)
dapat berupa serum,
plasma, atau kapilar
darah. Pemeriksaan
glukosa darah puasa
plasma dapat digunakan
sebagai pemeriksaan
penyaring,memastikan
diagnosis, dan
pemantauan
pengendalian, sedangkan
pemeriksaan yang berasal
dari kapiler hanya untuk
pemeriksaan penyaring
dan pemantau
pengendalian
Gula darah 2 jam post Tes ini menggunakan <140 mg/dL
prandial parameter yang paling Atau
sensitif dalam <7,8 mmol/L

7
mendiagnosa Diabetes (80-120 mg/dL)
Melitus.Kadar gula darah
akan di cek 2 jam setelah
makan. Dilakukan
demikian karena pada
orang normal, gula darah
setelah 2 jam
mengkonsumsi makanan
akan kembali normal.
Namun, tidak demikian
dengan orang yang
mengidap DM

3. Defisiensi insulin baik absolut atau relative menyebabkan abnormalitas


proses metabolism sehingga menimbulkan hiperglikemia, ketoasidosis dan
hipertrigliseridemia. Pemantauan kadar glikemik yang ketat diperlukan
untuk meningkatkan keberhasilan terapi diabetes mellitus serta
menghindari terjadinya komplikasi seperti gagal ginjal, glaucoma,
impoten, stroke, dan lain-lain. Jelaskan mekanisme terjadinya
Hiperglikemia dan Ketoasidosis pada penderita DM!
Jawaban:
Kekurangan relative/absolut insulin menyebabkan penurunan ambilan
glukosa oleh jaringan yang sensitive terhadap insulin. Lipolysis dan
proteolysis otot menyebabkan penurunan BB & kelemahan. Kadar asam
lemak bebas dan gliserol dalam darah meningkat. Kelebihan Asetil CoA
yang dihasilkan dalam hati & diubah menjadi asam asetoasetat yang
mengalami reduksi menjadi asam β-hidroksibutirat atau mengalami
dekarboksilasi menjadi aseton. Badan ketok ini terakumulasi dalam darah
dan menuenanlam asidosis (Ketoasidosis). Hiperglikemia terjadi karena
kurangnya Insulin (DM II) atau tidak berfungsinya insulin (DM I) yang

8
berfungsi membawa gula ke dalam sel. Hal ini menyebabkan gula darah
tertimbun dalam darah.
(At a glance farmakologi klinis peranan gizi dalam siklus kehidupan,
2012, Dr. Nidia Suriani, Jakarta)

Analisi Kasus
1. Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang ke klinik kesehatan, dengan
keluhan haus yang berebihan, banyak minum dan sering buang air kecil,
sebelumnya tidak pernah ada keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter.
Hasil pengamatan fisik, umumnya normal, dan dokter mengatakan wanita
tersebut tidak dalam sakit akut. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
menunjukan kadar glukosa meningkat, dimana kadar glukosa serum sewaktu
adalah 320 mg/dL.
a. Apakah dugaan penyakit yang dialami oleh wanita tersebut? Jelaskan
alasannya!
b. Jelaskan mekanisme terjadinya polydipsia dan polyuria pada ibu tersebut!
Jawaban
a. Menurut kami, penyakit yang dialami oleh wanita tersebut adalah diabetes
melitus. Gejala diabetes melitus berupa:
- Poliuria (banyak berkemih)
- Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
- Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
- Pada penderita obesitas maka gangguan DM dapat dipastikan apabila
terdapat hiperglikemia dan glikosuria secara laboratoris.

Gejala yang dialami oleh wanita tesebut adalah :

- Rasa haus yang berlebihan


- Banyak minum dan sering buang air kecil

Sehingga, kami menduga bahwa wanita tersebut mengalami diabetes


melitus tipe II. Diabetes melitus tipe II atau adult-onset diabetes, obesity-

9
related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio
insulin di dalam sirkulasi darah. DM tipe II ini merupakan penyakit
sindrom metabolik yang diakibatkan hiperglikemia sekunder kronis.
Penyebab hiperglikemia sekunder kronis tersebut adalah resistensi
jaringan terhadap insulin atau disertai dengan defisiensi insulin relatif.
Pada penderita DM Tipe II, jumlah insulin endogen dalam sirkulasi tubuh
mampu mencegah terjadinya ketoasidosis, namun tidak cukup untuk
menekan hiperglikemia yang diakibatkan oleh menurunnya sensitivitas
jaringan terhadap insulin. DM tipe II merupakan sindrom penyakit yang
disebabkan oleh baik penurunan sensitivitas jaringan (resistensi jaringan
pada insulin) atau hilangnya sel pankreas-β. Kedua hal tersebut dapat
disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan seperti obesitas.

Diagnosis DM tidak hanya didasarkan atas ditemukannya glukosa pada


urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah
dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil
terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler
dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia
mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200


mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126
mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
≥200 mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/dL

10
Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita
tersebut 320 mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal
yaitu <200 mg/dL.

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM
  Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah Plasma <100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dL) vena
Darah <90 90-199 ≥200
kapiler
Kadar glukosa darah Plasma <100 100-125 ≥126
puasa (mg/dL) vena
Darah <90 90-99 ≥100
kapiler

Secara teori, orang yang memiliki kadar glukosa yang normal, glukosa
tersebut akan digunakan untuk menghasilkan energi bagi tubuh. Glukosa akan
mengalami beberapa tahap hingga pada akhirnya dapat menghasilkan energi
berupa ATP.

b. Resistensi insulin pada jaringan adiposa menyebabkan peningkatan


lipolisis sehingga akan terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam
lemak bebas yang tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi
glukosa di hepar, sehingga kadar glukosa darah meningkat. Pada orang
yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dimakan diubah menjadi
energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau
glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses
glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.

Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara


meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan, termasuk
glukokinase, fosfofruktokinase dan piruvat kinase. Bertambahnya

11
glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa sehingga secara tidak
langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin juga
menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang berada di hati
dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Kerja insulin
dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat protein
kinase lain atau merangsang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi
meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini
memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada aktivitas
enzim tersebut

Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin


memainkan peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga
mengurangi terbentuknya cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap
insulin. Insulin meransang terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan
demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.

Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi(Hiperglikemia) maka gula


tersebut akan dikeluarkan melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus
ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan ke dalam
sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas
ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar
glukosa amat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas
ambang untuk direabsorpsi dan glukosa dikeluarkan melalui urine. Gejala
ini disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes
mellitus. Glikosuria ini mengakibatkan kehilangan kalori yang sangat
besar.

Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal,
mengubah tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan
mengadakan osmosis untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal
akan menerima lebih banyak air, sehingga penderita akan sering buang air

12
kecil(Poliuria). Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh kekurangan air.
Penderita mengalami dehidrasi (hiperosmolaritas) bertambahnya rasa haus
dan gejala banyak minum (polidipsia).

2. Dua mahasiswa yang demo dengan cara mogok makan, akhirnya di larikan ke
RS terdekat. Mereka telah mogok makan selama tiga hari. Kondisinya lemah,
pucat dan gemetar. Jelaskan hal berikut ini:
a. Apakah perubahan aspek biokimia terkait pemakaian bahan bakar yang
terjadi pada kondisi kelaparan tersebut?
b. Bagaimana pengaruh kelaparan terhadap protein tubuh, terutama protein
otot?
c. Bagaimana perubahan sumber utama glukosa darah saat kelaparan?
Jawaban:
a. Saat berpuasa Panjang, seseorang akan merasa kelaparan, kelaparan yang
mencapai 3 hari tesebut, liber membentuk sejumlah besar senyawa keton
(karena kekurangan oksaloasetat), yang kemudian dilepaskan ke dalam
darah. Otak dan jantung mulai menggunakan keton.
b. Jika cadangan lemak & asam amino yang terbiasakan untuk produksi
energi sebagai pengganti peran karbohidrat maka dapat terjadi penyusutan
massa otot (atrofi) dan gangguan pertumbuhan
c. Dalam kelaparan, ada pergeseran dari glikolisis (pemacahan glukosa) ke
lipolysis (pemecahan lemak) dan ketogenesis untuk kebutuhan energi
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Uji Bennedict


Uji benedict bertujuan untuk mengetahuo adanya gula pereduksi dalam
suatu larutan dengan indicator yaitu adanya perubahan warna, khusunya menjadi
merah bata.

13
Prinsip kerja dari uji benedict semikualitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasa basa akan tereduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (missal oleh glukosa). Dalam suasana
alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida keculai sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah
bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.
Reaksi uji Benedict adalah sebagai berikut:

Reaksi Uji Benedict


(+) mengandung gula
glukosa 1% terdapat presipitasi berwarna merah
pereduksi
tidak terdapat presipitasi berwarna (-) tidak mengandung gula
sukrosa 1%
merah bata/ hijau/ kuning pereduksi
fruktosa (+) mengandung gula
terdapat presipitasi berwarna merah
1% pereduksi
(+) mengandung gula
laktosa 1% terdapat presipitasi berwarna merah
pereduksi
tidak terdapat presipitasi berwarna (-) tidak mengandung gula
amilum 1%
merah bata/ hijau/ kuning pereduksi

Dari hasil pengamatan maka diketahui jenis karbohidrat mana saja yang
menunjukan hasil positif dan negative terhadap uji benedict, yaitu :
a. hasil positif : Glukosa, Fruktosa, dan Laktosa
b. hasil negative : sukrosa dan amilum
Sehingga dapat diketahui bahwa larutan glukosa, fruktosa, dam laktosa
merupakan gula pereduksi. Hal ini dikarenakan glukosa mampu mereduksi
senyawa pengoksisdasi, dimana ujung pereduksinya adalah ujung yang

14
mengandung aldehida. Sedangkan pada laktosa yang menghasilkan D-Glukosa
dan D-Galaktosa, dimana laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebeas
pada residu gula glukosa, sehingga laktosa adalah disakarida pereduksi.
Pada sukrosa dan amilum tidak menunjukan adanya perubahan sehingga
kedua karbohidrat ini todak merupakan pereduksi. Hal ini dikarenakan sukrosa
tidak mengandung atom karbon anomer bebas, karena atom karbon kedua
anomernya yaitu yang terdapat pada glukosa dan aktosa berikatan satu sama
lainnya. Sedangkan pati tersusun dari D-glukosa yang banyak.

2.2 Uji Barfoed


Uji barfoed merupakan uji biokimia untuk menguji adanya monsakarida
pereduksi dalam larutan Reagan berupa campiran asa, asetat dan tembaga (II)
asetat. Zat yang mengandung gula pereduksi akan mengjasilkan warna merah
tembaga (II) oksida (Cu2O). reaksi ini dirancang oleh seorang dokter asal swedia
(Barfoed). Berbeda dengan pereaksi-pereaksi lain yang digunakan untuk
menunjukan karbohidrat pereduksi, pereaksi barfoed bersifat asam.
Pemanasan karbohidrat dengan pereaksi barfoed terjadi reaksi oksidasi
karbohidrat pereduksi menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed
menjadi ion kupri (Cu2+) menjadi endapat kupro oksida> suasa asam pada
pereaksi barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada
reaksi dengan monosakarida. Juga dengan mengontrol kondisi percobaan, seperti
pH dan waktu pemasan. Berdasarkan hal uji barfoed dapat digunakan untuk
membedakan disakarida dan monosakarida.
Reaksi uji Barfoed adalah sebagai berikut:

15
Reaksi Uji Barfoed
(-) tidak mengandung
sukrosa 1% tidak berubah warna
monosakarida
(-) tidak mengandung
laktosa 1% tidak berubah warna
monosakarida
Terjadi perubahan warna menjadi (-) tidak mengandung
maltosa 1%
hijau monosakarida
terjadi perubahan warna menjadi
(+) mengandung
glukosa 1% biru kehijauan dengan endapan
monosakarida
merah bata

Pada hasil pengamatan, hanya glukosa yang menghasilkan endapan merah


bata. Hal terebut dikarenakan glukosa merupakan monosakarida, tersusun dari 6
atom, karbon (heksosa). Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar
untuk membedakan antara gula reduksi dan non-reduksi. Glukosa merupakan gula
reduksi, hal ini didasarkan pada adanya gugus aldehid (-CHO) yang dapat
meredeksi larutanCu2SO4 membentuk endapan merah bata. Fruktosa merupakan
gula non reduksi dimana gula ini tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus
aldehid, gugus yang dimiliki fruktosa adalah gugus keton (C=O). sedangkan,
sukrosa, laktosa dan maltose merupakan oligosakarida (disakarida) sehingga tidak
menghasilkan endapan merah bata. Laktosa dan maltose merupakan gula reduksi.
Sukrosa tidak termasuk gula reduksi (non reducing)

2.3 Uji Seliwanof


Uji seliwanoff dipakai untuk mewujudkan adanya gugus keton
(ketoheksosa), misalnya fruktosa. Pereaksi seliwanoff adalah resorsinol dalam
asam klorida encer. Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan
dengan pereaks seliwanoff akan menunjukkan warna merah bata sebagai reaksi
positifnya. Warna merah bata yang terbentuk merupakan hasil kondensasi dari
resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidrosimetil furfural.
Proses pembentukan hidroksimetil furfural berasal dari jonversi fruktosa oleh
HCL panas yang kemudian enghasilkan asam levulenat dan hidroksimetil furfural.

16
Reaksi uji Seliwanof adalah sebagai berikut:

Reaksi Uji Seliwanoff


glukosa tidak mengalami perubahan warna (-) tidak adanya gugus ketosa
fruktosa berwarna merah (+) adanya gugus ketosa
laktosa tidak mengalami perubahan warna (-) tidak adanya gugus ketosa
sukrosa berwarna merah bata (+) adanya gugus ketosa

Dari hasil percobaan, glukosa dan laktosa memberikan hasil yang negative.
Sedangkan fruktosa dan sukrosa (fruktosa+galaktosa) adalah karbohidrat yang
positif memiliki gugus keton. Sukrosa memberikan hasil yang positif karena
disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan sukrosa cepat
bereaksi karena merupakan jenis karbohidrat yang memiliki gugus keton (ketosa).
Ketosa bila di dehidrasi oleh pereaksi Seliwanoff memberikan turunan fulfural
yang selanjutnya berkondensasi dengan resosinol memberikan warna merah bata.
Pada percobaan terbukti bahwa fruktosa dan sukrosa adalah karbohidrat yang
mengandung gugus keton.
Glukosa dan galaktosa tidak menghasilkan hasil positif karena glukosa dan
galaktosa hanya memiliki gugus aldehid. Hal ini menyebabkan tidak ada gugus
keton yang bereaksi dengan reagen Seliwanoff.

2.4 Uji Iod


Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagen yang
digunakan adalah larutan iodin yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodida. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida
(berwarna biru/coklat/ kuning). Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat

17
berantai pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur
heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.

Reaksi Uji Iod


(+) mengandung polisakarida
amilum berwarna biru dongker
amilum
(+) mengandung
dekstrin berwarna kuning kecoklatan
polisakarida amilum
(+) mengandung polisakarida
gum arab berwarna coklat kehitaman
amilum

1. Amilum
 Amilum terindentifikasi mengandung polisakarida
 Amilum (disebut juga pati) merupakan karbohidrat kompleks yang tidak
larut dalam air.
 Karbohidrat penyusun amilum terdiri dari 2 yaitu: amilopektin dan
amilosa.
2. Dekstrin
 Dekstrin teridentifikasi mengandung polisakarida.
 Dekstrin (sejenis tepung/pati) merupakan suatu polisakarida hasil
hidrolisis pati atau glikogen.
 Dekstrin adalah bentukan dari polimer D-glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan alpha (1->4) atau alpha (1->6) glikosida.
 Secara teori, dekstrin dapat mengikat iodin membentuk kompleks
poliiodida.
3. Gum Arab
 Gum arab teridentifikasi mengandung polisakarida.
 Gum arab merupakan suatu getah yang dihasilkan oleh pohon acacia.
Getah ini mengandung glikoprotein dan polisakarida, dimana
polisakaridanya tersusun dari arabinose dan ribose.

18
 Karena terdapat polisakarida, ketika di tambah iodin akan terbentuk
komplek poliiodida.

2.5 Uji Fehling


       Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat
mereduksi  juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri dari
dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO4 
dalam air, sedangkan Fehling B adalah larutan garam KNatrat dan NaOH dalam
air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang
digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion
Cu²+   direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
menjadi CuO2. Fehling B berfungsih mencegah Cu²+  mengendap dalam suasana
alkalis.
                                 2 Cu+ + 2 OH-            Cu2O + H2O
                                                                         Endapan
Uji   fehlings   bertujuan   untuk   memperlihatkan   ada   atau   tidaknya   gula  
pereduksi.   Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah
dapat ditentukan cuplikan yang mengandung karbohidrat.  Pada   percobaan  
terlihat   bahwa  dari 5 (glukosa, sukrosa, laktosa, kanji, madu) sampel yang
diujikan hanya 3 sampel yang positif terhadap uji ini, sampel yang memberikan  
hasil   positif   adalah glukosa, laktosa dan  madu. Sedangkan pada sukrosa dan
kanji diperoleh reaksi yang negatif. Sudah diketahui  bersama bahwa sukrosa
tidak mengahasilkan hasil positif terhadap uji fehling (lihat dasar teori),
sedangkan   kanji adalah   polisakarida   atau   biasa   disebut   juga   karbohidrat  
kompleks   sebab polisakarida  tidak memiliki  gugus  gula reduksi sehingga
memberikan  reaksi yang negatif pada uji Fehling.

Reaksi Uji Fehling


Glukosa

Fruktosa

Laktosa

Sukrosa

1. Glukosa
Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum).
Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam

19
glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan
sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai sifat:
– Memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (+52.70)
– Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat larutan merah bata
– Dapat difermentasi menghasilkan alkohol (etanol) dengan reaksi sebagai
berikut:
C6H12O6 ==> 2C2H5OH + 2CO2
– Dapat mengalami mutarotasi
2. Fruktosa
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai
rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan
dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3
dhidroksi-benzena) dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula buah,
dperoleh dari hdrolisis sukrosa; dan mempunyai sifat:
– Memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri (-92.40C)
– Dapat mereuksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata
– Dapat difermentasi
3. Laktosa
Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa.
Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa
mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Beberapa sifat lakotsa:
– Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan galaktosa
– Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia
– Dapat dperoleh dari hasil samping pembuatan keju
– Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens
4. Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa
dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi.
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang

20
diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekular. Sukrosa bereaks negatif terhadap pereaksi fehling, benedict,
dan tollens.

BAB IV
KESIMPULAN

a. Uji Benedict

Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Pada fruktosa uji positif
terbentuk larutan berwarna merah bata, menandakan bahwa mengandung
gula pereduksi sedangkan glukosa dan sukrosa uji negatif.

b. Uji Barfoed

Hasil dari uji ini bernilai negatif pada sukrosa dan glukosa, sedangkan
pada fruktosa bernilai positif, karena kelompok monosakarida. Uji positif
ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.

c. Uji Seliwanoff

21
Hasil dari uji ini bernilai positif pada fruktose dan sucrose, sedangkan
pada glukosa dan laktosa bernilai negatif. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah.

d. Uji Iod

Hasil dari uji iod bernilai positif pada amilum dan gum arab, sedangkan
pada dextrin bernilai negatif. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya
warna biru.

e. Uji Fehling

Hasil dari uji Fehling bernilai positif pada glukosa, laktosa. Sedangkan
pada …. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah bata

DAFTAR PUSTAKA

 Murray, R.K. 2006. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC.
 Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioesakta. Jakarta:
EGC.
 Lehninger, A.L. 2008. Principles of Biochemistry 5th edition. New York:
W.H Freeman Company.
 Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI press.
 Aswani V., 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose Levels?.
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/438144 [Accesed 12
April 2010]

22
LAMPIRAN

Uji Bennedict
1. Glukosa 1 % 2. Sukrosa 1%

23
3.Fruktosa 1 % 4. Laktosa 1 %

5. Amilum 1 %

Uji Barfoed

24
Laktosa 1 % Sukrosa 1 %

Maltosa 1 % Glukosa 1 %

Uji Seliwanof

1. Glukosa 2. Fruktosa

3.Laktosa 4. Sukrosa

25
Uji Iod

Uji Glikolisis dalam Sel Ragi

26

Anda mungkin juga menyukai