JURUSAN FARMASI
2019
KELARUTAN ASETAMINOFEN DI DALAM PROFILENGLIKOL
-GLISEROL – AIR
LAPORAN
OLEH
821419104
1
I. KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Sehingga selesailah tugas saya
dalam menyusun laporan ini untuk memenuhi tugas dalam mencapai ujian tengah
semester (UTS) di fakultas kesehatan dan olahraga Universitas Negeri Gorontalo.
Dengan selesainya tugas saya dalam menyusun laporan ini telah banyak budi baik,
maka pada kesempatan kali ini, izinkan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Abd. Wahidin sebagai dosen pengajar fisika serta yang telah
sudi memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan moril dalam penyusunan
laporan ini.
Demikian, saya ucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung
saya dalam penyelesaian laporan ini dalam bentuk doa. Saya ucapkan terima kasih
juga kepada teman sejawat saya, terutama suci safira ramadhani dude dan wafiq
azizah mokodompit yang telah mendukung dan membantu saya dalam proses
penyelesaian laporan ini.
Akhir laporan ini, saya persembahkan kepadamu almamater fakultas olahraga dan
kesehatan tentunya di jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo dengan harapan
semoga bermanfaat, bagi masyarakat umumnya dan masyarakat khususnya.
Penyusun
II. RINGKASAN ISI JURNAL
Secara global, larutan lebih banyak dikenal semua kalangan dan dapat di temui dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu pula ahli kefarmasian larutan tidak akan lepas penggunaannya
dalam setiap kegiatan farmasi seperti meracik obat. Larutan pun terjadi jika sebuah bahan padat
tercampur atau terlarut secara fisika ke dalam bahan cair. Interaksi dapat terjadi antara pelarut
dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut, dan zat terlarut dengan zat terlarut. (Syamsuni, 2007).
Larutan erat kaitannya dengan kelarutan. Kelarutan itu sendiri merupakan sebuah
peristiwa yang tidak lepas dalam suatu fisika. Pengetahuan tentang kelarutan ini sangat penting
untuk ahli farmasi, sebab dapat membantunya memilih medum pelarut yang palin baik untuk
obat atau kombinasi obat. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada factor temperature, tekanan,
Ph lrutan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada banyaknya terbaginya zat terlarut.
Pada saat ini banyak obat influza, yang beredar dalam masyarakat yang mengandung
asetaminofen atau nama umumnya yang diketahui masyarakat adalah paracetamol yang
mempunyai khasiat analgestik dan antipiretik. Salah satu penyebab asetaminofen digunakan
sebagai obat pilihan analgesic dan antipiretik adalah efek samping yang relative keoil
dibandingkan dengan obat-obatan lainnya misalnya, antipirina dan juga paracetamol atau
asateminofen tidak memiliki sifat antiradang.
Asetaminofen banyak diproduksi orang, baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun sediaan
campuran. Namun, asetaminofen ini sukar larut dalam air (H20). Sedangkan penggunaan dosis
lazim lebih tinggi dalam sirup yakni sekitar 120 mg/ 5 ml. Sehingga hanya menggunakan pelarut
air saja, tidak akan dapat melarutkan seluruh asetaminofen yang ada di dalam sediaan tersebut,
padahal sediaan yang di inginkan adalah sediaan berbentuk larutan dengan mempertimbangkan
kecepatan melarut, kemampuan distribusi dan bioavilitas yang lebih baik.
Dari berbagai permasalahan di atas, maka sebagai pokok ringkasan materi yang secara
mendetail adalah penggunaan sistem kosolven untuk meningkatkan kelarutan asetaminofen
dengan membuat sistem kosolven yang masih jarang digunakan yaitu profilenglikol-gliserol-air.
III. KEUNGGULAN PENELITIAN
Bahan obat asetaminofen ini memiliki beberapa keungguan dalam pelayanan
kesehatan baik di apotek, rumah sakit, maupun puskesmas yang berada di jangkauan
masyarakat.
Adapun beberapa kelebihannya tersebut antara lain :
1. Sebagai anti analgesic dan antipiretik, dimana asetaminofen ini salah satunya
sebagai obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti nyeri haid, dan sakit gigi.
2. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan secara bertahap, bukan
secara instan atau cepat untuk peradangannya.
3. Belum adanya laporan mengenai terjadinya kecatatan pada janin ketika
paracetamol di gunakan oleh ibu hamil pada umumnya.
4. Bebas racun, obat-obatan kimia pada umumnya tetap akan menimbulkan efek
samping jika di konsumsi secara terus-menerus dan juga tidak boleeh di konsumsi
secara sembarang, akan tetapi, obat asetaminofen tersebut bebas racun dan juga
karena obat ini termasuk obat bebas dalam tanda kutip dikonsumsi jika terjadi
demam atau nyeri pada tubuh.
5. Meredakan akar penyakit, seperti yang telah saya jelaskan pada point kedua yakni
obat ini bekerja dengan cara mengurangi atau meredakan peradangan seperti
demam, nyeri.
OH
HN
O
Struktur molekul Parasetamol
Nama Kimia : 4- Hidroksiasetanilida
Rumus Molekul :
Molekul : 151,16
Pemerian : serbuk, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
n : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol
Kaitan Sifat Fisis, kimia & Gugus Fungsi dengan Fungsi Paracetamol
1. Mekanisme reaksi parasetamol
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu
enzim CycloOksigenase ( COX ). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat
yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi.
Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat
paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa
menyebabkan efek samping yang tidak seperti analgesik-analgesik lainnya.
2. Metabolisme
Paracetamol terutama dimetabolismekan melalui konjugasi di hati dengan mengubahnya
menjadi senyawa yang tak aktif melalui konjugasi dengan sulfat dan glucuronide kemudian
diekskresikan melalui ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan
enzim sitokrom P450. Parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau dan memiliki rasa
yang sedikit pahit dengan titik lebur 169-170.5 . Parasetamol mudah larut ke dalam air
mendidih, sangat mudah larut dalam chloroform, larut dalam etanol, metanol, dimetil
formamida, aseton dan etil asetat, namun praktis tidak larut dalam benzen.
Parasetamol memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang
245 nm (A11=668a) dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 257 nm (A11=715a)
sedangkan pada inframerah memperlihatkan puncak pada 1506, 1657, 1565, 1263, 1227, 1612
cm−1.
Parasetamol merupakan senyawa yang bersifat asam dengan pKa 9.5. Parasetamol dapat
diabsorpsi cepat melalui usus dan konsentrasi tertinggi dalam plasma yang di capai dalam waktu
½ jam dan masa paruh dalam plasma antara 1-3 jam, di metabolisme oleh enzim mikrosom dan
di eksresi melalui ginjal. Turunan dari para-aminofenol ini bekerja sebagai analgetik-antipiretik
serta memiliki aktivitas antiinflamasi yang rendah dan dapat di berikan secara oral, intravena
serta rektal. Parasetamol merupakan obat pilihan pertama dalam penanganan nyeri dan demam
karena relatif aman, tidak mengiritasi lambung dan dapat digunakan untuk anak-anak serta
pasien asma.
Dalam golongan obat analgetik, parasetamol atau nama lainnya asetaminofen memiliki
khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID)
lainnya. Parasetamol atau asetaminofen memiliki khasiat yang hampir sama dengan aspirin yaitu
sebagai analgesic dan antipiretik serta lebih aman bagi lambung. Seperti aspirin, parasetamol
berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai
penghambat postaglandin perifer.Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs, obat ini tidak memiliki
aktivitas antiinflamasi (antiradang) dan tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek
kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan
usia.
Meski demikian, penggunaan obat secara rutin atau berlebihan dapat menganggu
kesehatan apalagi bagi penderita penyakit asma, dan penyakit paru-paru obstruktif menahun atau
chronic obstructive pulmonary disease (COPD) karena apabila obat ini digunakan setiap hari
maka dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Hasil ini berdasarkan data survei yang
dikumpulkan oleh “Third National Health and Nutrition Examination Survey” dari tahun 1988-
1994 pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika Serikat. Mereka semua memberikan
informasi akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol dan Ibuprofen.
Dosis tinggi dari Parasetamol akan menurunkan kadar dari salah satu antioksidan yang
penting, yaitu Glutathion, yang ada pada jaringan paru. Jadi, kemungkinan gangguan paru yang
terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan karena terjadi penurunan Glutathion,
yang menyebabkan peningkatan resiko dari kerusakan jaringan paru dan peningkatan dari
penyakit pernafasan. Over dosis dari parasetamol dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Efek
samping yang ditimbulkan adalah methemoglobin dan hepatotoksik.
Takar lajak asetaminofen dapat menjadi sangat toksik dan berbahaya terhadap sel-sel hati
yang menimbulkan hepatotoksisitas. Jika dosis tunggal 10 gram atau 30 tablet masing-masing
(325 mg). Asetaminofen atau parasetamol yang diminum berlebihan memicu timbulnya
kerusakan di hepar.
Overdosis dari asetaminofen atau parasetamol dapat menyebabkan kematian. Overdosis
dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas dan keringat berlebih. Dan
kematian dapat terjadi dalam waktu 1-4 hari setelah mengkonsumsi asetaminofen atau
parasetamol yang berlebih karena timbulnya nekrosis hati. Jika seorang anak memakan tablet
atau sirup asetaminofen dalam jumlah yang berlebihan maka anak tersebut harus segera dibawa
ke ruang gawat darurat sebab hal ini dapat mengakibatkan gangguan kronis di hepar.
Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan
keracunan. Keracunan parasetamol disebabkan karena akumulasi dari salah satu metabolitnya
yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI), yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien
malnutrisi, atau pada peminum alkohol kronik. Keracunan parasetamol biasanya terbagi dalam 4
fase, yaitu:
Fase 1
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh yang tak nyaman
(malaise) dan banyak mengeluarkan keringat.
Fase 2
Pembesaran liver, peningkatan bilirubin dan konsentrasi enzim hepatik, waktu yang dibutuhkan
untuk pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang-kadang terjadi penurunan volume
urin.
Fase 3
Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah munculnya gejala awal) serta
terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak kuning karena terjadinya penumpukan
pigmen empedu di kulit, membran mukosa dan dan sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan
pembekuan darah, dan penyakit degeneratif pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga
mungkin terjadi gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung
(cardiomyopathy)
Fase 4
Penyembuhan atau berkembang menuju gagal hati yang fatal
Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan
kematian. Parasetamol jika diminum dalam dosis sangat besar, dapat menyebabkan kerusakan di
hati dan ginjal. Oleh karena itu, sebaiknya dijauhkan dari jangkauan anak-anak
Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan paracetamol :
- Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri
semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.
- Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat ini.
- Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
- Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat
NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.
- Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.
- Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.
B. Program pembangunan di Indonesia
Farmasi fisika adalah bidang ilmu yang mempelajari aplikasi dari sifat-sifat fisika kimia
suatu zat aktif untuk pembuatan sediaan farmasi, agar menghasilkan bentuk sediaan obat yang
baik dan memenuhi persyaratan.
Prof. Jessie mengungkapkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi pelepasan zat aktif dari
bentuk sediaannya. Misalnya pelepasan obat dari sediaan tablet konvensional tergantung pada
kekerasan, porositas, dan sifat permukaan tablet yang akan memfasilitasi masuknya air ke dalam
tablet sehingga tablet bisa pecah. Selanjutnya proses melarutnya zat aktif yang sudah dilepaskan
dari tablet tersebut dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika-kimia zat aktif dan pH cairan saluran
pencernaan. Pada tahap absorpsi kemampuan suatu zat aktif melintas membran biologi menuju
sirkulasi darah tergantung oleh permeabilitas zat tersebut yang dipengaruhi oleh difusitas,
koefisien partisi lemak air, dan ketebalan membran.
Menurutnya, suatu zat aktif farmasi harus mempunyai kelarutan dan laju disolusi yang baik,
karena umumnya obat baru dapat diabsorbsi dalam bentuk terlarut. Laju disolusi adalah
kecepatan melarutnya zat padat dalam pelarut per satuan waktu. “Bila obat dapat memenuhi
persyaratan laju disolusi, maka obat tersebut juga akan dapat diabsorbsi dengan baik oleh tubuh,
“ ujarnya.
Selain farmasi fisika, dirinya mengungkapkan bahwa biofarmasi sebagai bidang ilmu yang juga
sangat penting dalam pembuatan sediaan farmasi yang aman dan berkhasiat. Biorfarmasi
merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara karakteristik sifat-sifat fisika-kimia
suatu zat aktif, bentuk sediaan, dan rute pemberiannya terhadap jumlah dan kecepatan
absorbsi obat yang dikenal dengan istilah ketersediaan hayati obat. Penelitian Prof. Jessie yang
berfokus pada bidang farmasi fisika dan biofarmasi ini, lebih banyak mengenai kelarutan, laju
disolusi, stabilitas, penetrasi obat dan ketersediaan hayati obat dalam tubuh.
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisika-kimia suatu senyawa obat yang dapat digunakan
untuk meramalkan derajat absorbsi obat dalam saluran pencernaan dan ketersediaan hayatinya.
Obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah dalam air, seringkali menunjukkan ketersediaan
hayati yang rendah pula. Begitu pula dengan kecepatan disolusi suatu zat yang sukar larut, akan
menentukan proses absorbsi obat di dalam saluran cerna. Artinya, semakin mudah suatu obat
larut dalam saluran cerna maka akan semakin cepat pula obat tersebut diabsorpsi. Disamping itu
bila jumlah obat yang diabsorbsi tidak dapat mencapai jendela terapetiknya, maka obat tersebut
tidak akan mempunyai khasiat. Kebalikannya, bila absorbsi obat itu melampaui batas konsentrasi
yang dapat ditoleransi oleh tubuh, maka tentunya akan membahayakan nyawa pasien karena
akan bersifat toksik.
Permasalahan yang banyak dihadapi oleh industri farmasi saat ini adalah kenyataan bahwa
hampir 70% dari kandidat senyawa obat baru dan 40% dari senyawa obat yang telah beredar di
pasaran merupakan senyawa yang sukar larut dalam air. Tidak sedikit kandidat obat yang gagal
dipasarkan karena memiliki kelarutan yang rendah, meskipun aktivitas farmakologinya potensial.
Hal ini menyebabkan obat yang memiliki kelarutan rendah diberikan dalam dosis yang lebih
besar dari kebutuhannya. Menurutnya, industri farmasi harus berupaya untuk meningkatkan
kelarutan dan laju disolusi zat aktif agar diperoleh suatu sediaan farmasi yang memenuhi syarat.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Prof. Jessie dalam rangka usaha untuk
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi zat yang sukar larut dalam air diantaranya adalah
pembentukan kompleks dengan siklodekstrin , pembentukan dispersi padat, pembentukan serat
nano, dan pembentukan mesopori silika.
Penelitian tentang stabilitas obat selama penyimpanan dan saat digunakan dalam tubuh juga tak
kalah pentingnya untuk diperhatikan agar khasiat dan keamanan obat bisa terjamin. Obat yang
terurai dalam saluran cerna akan menyebabkan obat tidak efektif karena jumlah obat yang
tersedia untuk diabsorpsi menjadi berkurang. Beberapa penelitian tentang usaha peningkatan
stabilitas obat dalam tubuh telah dilakukan antara lain dengan cara mikroenkapsulasi, pengaturan
waktu penggunaan obat dll.
Disisi lain, kemanjuran obat secara klinik sulit untuk ditentukan secara kuantitatif karena respon
yang diberikan setiap pasien sangat beragam dan dibutuhkan banyak pasien untuk
penelitiannya. “Uji klinik biasanya dilakukan pada saat pertama kali obat tersebut diperkenalkan
oleh industri farmasi, yang kemudian memegang paten obat tersebut selama 10 hingga 15
tahun. Setelahnya akan mulai bermunculan industri-industri lokal yang akan membuat copy-nya.
Industri yang pertama membuat obat copy tersebut dan memperoleh ijin edar akan dapat
menguasai pasaran,” pungkasnya.
Ijin edar dimaksud didapat setelah produk obat lulus uji bioekivalensi (BE), artinya ketersediaan
hayati copy-nya hasilnya harus bioekivalen atau sebanding dengan produk inovatornya. Hal ini
dimaksudkan agar khasiat dan keamanannya juga sebanding. Di Indonesia, persyaratan tersebut
berlaku untuk obat yang tercantum dalam daftar obat yang wajib dilakukan Uji BE sesuai
peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. HK.03.1.23.12.11.10217 Tahun
2011. Prof Jessie juga telah melakukan banyak penelitian bioekivalensi di Sekolah Farmasi ITB
dengan bekerja sama dengan berbagai industri farmasi di Indonesia.
Selain penetrasi obat melalui mulut, peningkatan penetrasi obat melalui kulit juga merupakan
usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati obat. Beberapa penelitiannya antara lain dengan
pembuatan mikro emulsi (dengan ukuran globul minyak dibawah 1 mikron)
dan iontoforesis (penggunaan arus listrik ber-voltase rendah untuk memfasilitasi penetrasi obat
melalui kulit).
Jadi, bagaimana obat itu dapat aman dan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit? Disinilah,
letak peranan penting dari keilmuan Farmasi Fisika dan Biofarmasi. Ilmu Farmasi
Fisika mengintegrasikan pengetahuan dasar farmasi dan membantu seorang farmasis untuk
usahanya memprediksi hubungan antara kelarutan, kecepatan disolusi, stabilitas, ketercampuran
bahan dengan mutu suatu produk obat. Sedangkan ilmu biofarmasi memberikan gambaran
bagaimana obat dalam bentuk sediaan (yang diberikan melalui rute tertentu) bisa mencapai
sirkulasi darah dan mencapai reseptor dalam konsentrasi tertentu dan memberikan efek
farmakologi.
C.Pembahasan
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol
digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-
antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002) Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan
metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol
(asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti
radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993). Hal ini
disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada
tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya
tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011) Parasetamol, mempunyai
daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak
berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak
menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik
Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol
mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di
bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus
lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal
dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri.
(Sartono 1996).
Pada tahun 1946, Lembaga Studi Analgetik dan obat-obatan sedative telah memberi bantuan
kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen
analgetik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen
bukan aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak
berbahaya.(Yulida.A.N. 2009) Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod
mengaitkan penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia, dan mendapati pengaruh
analgetik asetanilida adalah disebabkan metabolit Parasetamol aktif. Mereka membela
penggunaan Parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak mengahasilkan racun
asetanilida.(Yulida.A.N. 2009) Derivat- asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang
dahulu banyak digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetik dan antipiretik,
tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling
aman, juga untuk swamedikasi(pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh kafein
dengan kira-kira 50% dan kodein. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal
lebih lambat. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan
darah. (Yulida.A.N. 2009) Overdosis bisa menimbulkan mual, muntah dan anoreksia.
Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-
asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi.
Wanita hamil dapat menggunakan Parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun
mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi memperkuat efek antikoagulansia, dan pada
dosis biasa tidak interaktif.(Tjay, 2002).
digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria, kina.
Karena pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an, sumber alternatif mulai dicari. Terdapat
dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887.
Pada masa ini, parasetamol telah disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan
p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser. Walaupun proses ini telah dijumpai pada
tahun 1873, parasetamol tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade
setelahnya. Pada 1893, parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang
mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit.
Pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan
ini tidak dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-obatan
Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji
masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah
ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan aspirin dikaitkan dengan adanya
methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948,
Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak
Obat anti-Inflamasi non steroid (OAINS) adalah sekelompok besrar obat yang memilki
sifat anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik dengan derajat yang bervariasi. Obat golongan ini
Parasetamol ini analgesik yang lebih lemah dari pada aspirin, dan tidak mempunyai efek anti-
inflamasi. Obat ini tidak mengiritasi lambung dan dapat diberikan secara aman pada pasien
dengan riwayat dispepsia atau tukak lambung. Sediaan elixir parasetamol untuk anak-anak lebih
sam seperti aspirin tetapi lebih aman bagi lambung. Analgesik Asetaminofen (derivat-para-fenol)
adalah obat tanpa resep yang populer yang di pakai oleh bayi, anak-anak, dewasa, orang lanjut
usia untuk nyeri, rasa tidak enak dan demam. Hampir semua obat sakit kepala atau demam yang
berada di pasaran menggunakan zat aktif praseamol ini. Penggunaan parasetamol yang
berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada ginjal dan hati. Kata asetaminofen dan
parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan tersebut: Versi Amerika yaitu N-asetil-
Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi
parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan
diindikasikan juga untuk demam. Parasetamol itu aman terhadap lambung juga merupakan
Analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun menyusui. Tapi bukan berarti parasetamol tidak
mempunyai efek samping. Efek samping parasetamol berdampak ke liver atau hati. Parasetamol
Asetaminofen atau parasetamol memiliki efek antipiretik dan nonnarkotik yang hampir
sama dengan aspirin. Asetaminofen atau parasetamol tidak menghambat agregasi trombosit juga
tidak menyebabkan distres atau pendarahan lambung. Ia hanya mempunyai respons inflamasi
yang lemah. Asetaminofen diabsorpsi oleh saluran gastrointestinal dan dimetabolisme dalam hati
untuk mengaktifkan zat-zat metabolisme dalam hati. Waktu puncak bagi asetaminofen terjadi
Parasetamol (Panadol, Tylenol) adalah obat antinyeri dan antidemam paling banyak
digunakan karena pada takaran biasa bersifat aman, tanpa memberikan efek samping, juga aman
bagi anak kecil dan wanita hamil apabila dimakan dalam waktu singkat. Daya kerja parasetamol
hampir sama kuatnya dengan asetosal dan lama kerjanya cenderung lebih singkat.
Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat sakit
2.2 Deskripsi
Rumus molekul C8H9NO2; Berat molekul 151,16 g/mol; Berat Jenis 1.293 (air=1); Titik
lebur 169-170oC; Titik didih >500oC; Oktanol / Koefisien partisi air (P) log P 0,49.
Penampilan kristal berwarna atau bubuk kristal putih. Sangat sedikit larut dalam air dingin;
Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2,
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya
Bentuk obat Tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum, supositoria, suntik dan infus
Paracetamol adalah jenis obat yang umum dan bisa dibeli secara bebas di apotek. Obat ini bisa
berbentuk tablet, kapsul, atau cairan. Terdapat banyak merek obat-obatan paracetamol.
Paracetamol Digunakan sebagai penurun demam. Selain itu parasetamol juga dapat digunakan
untuk mengatasi kepala pusing (headache). Parasetamol memiliki efek Analgesik dan
Antipiretik yaitu mengurangi rasa nyeri dan pernurun demam. Obat Paracetamol memiliki Aksi
utama di CNS (Central Nervous System), tidak bekerja dijaringan perifer (tepi) sehingga efek
Berikut ini terdapat beberapa merek dagang atau nama dagang obat yang mengandung
Panadol
Pyrexin
Xepamol
Sanmol
Analpim
Buscopan Plus
Calapol
Citamol
Cymacold
Erphamol
Farmadol
Fasidol
Fasidol Forte
Grafadon
Hufagesic
Mirasik
Nalgesik
Nasamol
Novagesic
Omegrip
Ottopan
Pacetik
Pamol
Paracetol
Paradyn
Procet
Progesic
Propyretic
Pyrexin
Pyridol
Samconal
Sanmol
Scopma Plus
Sistemol
Sumagesic
Tempra
Termagon
Termagon Forte
Tropigesic
Turpan
Uni Cetamol
Varsemol
Xepamol
Zetamol
2.5 Indikasi Parasetamol
Parasetamol berguna untuk menurunkan panas dan nyeri ringan sampai sedang seperti sakit
kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif sebagai
analgesik. Parasetamol atau Asetaminofen saja adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi
seperti arthritis rheumatoid, sekalipun ia dapat dipakai sebagai tambahan analgesik terhadap
terapi anti inflamasi. Untuk analgesik ringan, Aseataminofen adalah obat yang lebih disukai pada
pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilamana salisilat tidak bisa di toleransi. Ia lebih disukai
dari pada aspirin pada pasien dengan hemophilia atau dengan riwayat ulkus peptikum dan pada
mereka yang mengalami bronkospasme yang dipicu oleh aspirin. Berbeda dengan aspirin,
Seseorang bisa dikatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat di atas normal. Suhu tubuh yang
normal berkisar antara 36,5°C - 37,5°C. Pengukuran suhu tubuh anak sebaiknya menggunakan
Ketika anak mengalami demam, salah satu langkah yang bisa dilakukan orangtua adalah dengan
memberikan obat penurun demam. Obat penurun demam anak yang terkenal adalah parasetamol.
Parasetamol mempunyai efek analgesik yaitu bekerja dengan meningkatkan ambang rasa sakit
atau pereda nyeri. Efek lain dari parasetamol adalah antipiretik (diduga bekerja langsung pada
Di pasaran, seperti di apotek, toko obat, dan pasar moderen, banyak sekali dijumpai merek
sesuai dengan usia anak, orangtua juga perlu mengetahui perhitungan dari dosis pemakaian
Dosis parasetamol disarankan diberikan berdasarkan berat badan. Pertimbangan dosis menurut
berat badan dipilih karena berat badan anak pada umur yang sama belum tentu mempunyai berat
Aturan pakai parasetamol berdasarkan berat badan adalah 10 - 15 mg parasetamol per kilogram
Dengan melihat aturan pakai di atas, dapat diilustrasikan dengan contoh di bawah ini.
Umur anak 2 tahun dengan berat badan 10 kg, artinya anak bisa diberikan obat penurun deman
anak parasetamol dengan dosis minimal 100 mg parasetamol (10 mg parasetamol × 10 kg berat
Umur anak 6 tahun dengan berat badan 20 kg, artinya bisa diberikan obat penurun demam anak
badan).
Salah satu sediaan dari parasetamol yang mudah diberikan kepada anak dan praktis adalah
sediaan suspensi dan sirup. Sediaan suspensi dan sirup mudah dihitung berdasarkan berat badan
anak.
Komposisi yang sering ditemui pada kemasan obat demam anak parasetamol adalah setiap 5 ml
Dari keterangan komposisi yang tercantum pada kemasan dan dengan melihat berat badan anak,
bisa diartikan untuk anak umur 2 tahun dengan berat badan 10 kg seperti ilustrasi di atas bisa
berat badan) tiap 1 sendok takar (5 ml) dan dosis maksimal 150 mg parasetamol (15 mg
Sementara untuk anak berumur 6 tahun dengan berat badan 20 kg seperti ilustrasi di atas dapat
berat badan) tiap 1 sendok takar (5 ml) dan dosis maksimal 300 mg parasetamol (15 mg
Parasetamol bisa diberikan kembali paling cepat 4 - 6 jam setelah pemberian sebelumnya dengan
Paracetamol Tablet
KEMASAN
Paracetamol suppositoria.
2.7 Mekanisme Kerja
Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum
sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu
jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan.
parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol
untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan
Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung
reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami
otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.
Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi prostaglandin, yang berperan dalam
proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada
kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi
parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan
parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di
sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
MEKANISME REAKSI
cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang
tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi.
Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat
paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa
Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat pusat pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Selain untuk demam, paracetamol digunakan juga untuk analgetik yaitu obat yang dapat
Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti sakit
kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek
mengurangi nyeri pada radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab
Paracetamol tidak menimbulkan iritasi lambung sehingga aman dikonsumsi. Hanya saja obat ini
tidak boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi hati berat dan penderita yang alergi
dengan paracetamol
Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang,
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan
demam. Selain itu, parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.
Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-
steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian
parasetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan
diteliti jumlahnya untuk menghindari overdosis. Risiko kerusakan hati lebih tinggi pada
peminum alkohol, pemakai parasetamol dosis tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu
Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa gejala ringan seperti
pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati, reaksi alergi dan
gangguan darah. Reaksi alergi dapat berupa bintik – bintik merah pada kulit, biduran, sampai
reaksi alergi berat yang mengancam nyawa. Gangguan darah dapat berupa perdarahan saluran
cerna, penurunan kadar trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih. Penggunaan
parasetamol jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua trimester dan ibu menyusui.
2.11 Interaksi Obat
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau
lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat
menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat
dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang
memuat lebih dari dua macam obat. Dan penderita biasanya mengonsumsi obat dengan makanan
apabila obat tersebut diminum, setelah itu penderita makan makanan yang berinteraksi dengan
obat itu sendiri dan mengakibatkan toksik atau merugikan kesehatan bagi tubuh penderita.
Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang
seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat
bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan
Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya
toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat
bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker
Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk
mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii pengetahuan
farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan
itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada
orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi
Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan, efek sampingnya
ringan dan jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak diinginkan, jarang. Kebanyakan
laporan dari efek samping parasetamol berhubungan dengan dosis yang berlebihan.
Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita payah hati dan disfungsi ginjal.
2.13 Toksisitas
paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi
Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma
t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini
diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-
berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan
efek yang berlebih seperti dapat menurunkan fungsi paru-paru, merusak ginjal
kematian.
asetaminofen agar jauh dari jangkauan anak-anak. Dan orang tua di harapkan
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Heri dan William R. Forte. 2010.Apa yang Anda Kerjakan Jika Tidak Ada Dokter
Yogyakarta: Andi press.