Anda di halaman 1dari 2

NAMA: THERESIA PUTRI ALVINIYASTRI BENTARI

KELAS: XI IPA 1

Sistem Pembelajaran Di Familia. Online atau Ofline?

Sejak akhir tahun 2019 dunia digegerkan dengan munculnya wabah


korona yang berasal dari Wuhan, China. Dimana penyebarannya sangatlah cepat
dan menyerang siapa saja. Hingga Pertengahan Maret masuk ke Negara kita
Indonesia, yang akhirnya menyebar seluruh provinsi di Indonesia, tanpa
terkecuali. Dengan maraknya wabah tersebut, pemerintahan Indonesia dengan
sigap mengeluarkan peraturan mengenai percepatan penanganan covid-19 yang
tertuang dalam peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 2020 tentan
Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan penanganan covid-19. Hampir sumua
aktifitas dihentikan, salah satunya aktifitas belajar mengajar yang dilakukan di
sekolah. Mentri Pendidikan mengeluarkan kebijakan untuk melakukan KBM
secara Daring (dalam jaringan).

Kebijakan ini tentu memiliki pro dan kontranya. Apa saja pro dan kontra
yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut? kebijakan tersebut, jika mengikuti
tren wabah ini sudah sangat tepat. Pembukaan sekolah di berbagai jenjang
dikhawatirkan akan menjadi sarang penyebaran Covid-19. Akan tetapi, masih
banyak yang menilai, bahwa kebijakan yang ditelah dibuat dianggap bentuk
diskriminasi mengingat fasilitas setiap daerah berbeda-beda. Belum lagi masalah
jaringan, banyak daerah yang tidak terjangkau jaringan internet.

Banyak para siswa/I mengalami kesulitan dalam menghadapi sesuatu yang


baru, belum lagi tugas ang diberikan sangat banyak. Saya sendiri mengalami
kesulitan dalam belajar, dikarenakan pemberian materi tanpa didasari penjelasan
dari guru-guru. Hal ini memang sangat baik, dimana melatih kemandirian siswa
dalam mencari ilmu, akan tetapi untuk didesa sendiri, jaringan kurang memadai,
serta mengalami kekurangan seperti tidak adanya pulsa. Bukan hanya itu banyak
para orangtua yang mengeluh, dimana orang tua dibebankan untuk melatih dan
mengajar anaknya yang masih menginjak sekolah dasar. Beruntung yang
orangtuanya berpendidikan, tetapi bagaimana bagi yang tidak memiliki latar
pendidikan yang baik? Sangat sulit bukan? Belum lagi para orangtua yang
memiliki pekerjaan sebagai petani. Mereka akan dipusingkan antara membantu
anak dalam belajar atau mencari nafkah.

Beruntung sekarang sekolah kita menerapkan dua cara dalam proses


pembelajaran, siswa dapat memilih sesuai kemampuan dari latar belakang mereka,
antara memilik sistem secara online maupun ofline. Pihak sekolah memberikan
bantuan kepada mahasiswa berupa pulsa maupun uang. Namun satu yang menjadi
perhatian saya, dimana kebijakan tersebut menjadi alasan siswa/I memaksa orang
tuan mereka agar membelikan smarphone untuk menunjang kegiatan belajar
siswa/i. hal yang mengganjal yaitu, saya berpikir bagaimanak dengan keluarga
yang tidak mampu?

Saya sendiri memlih sistem secara ofline, dimana di hari tertentu, kami
mengadakan pembelajaran tatap muka, tentunya sesuai dengan protocol
kesehatan. Menurut saya itu sangatlah eektif, di mana guru masih bisa memberi
penjelasan mengenai mata pelajaran yang belum bisa dimengerti. Terkait sistem
pembelajaran secara online, tidak sedikit teman-teman saya mengeluh, memang
diberikan pulsa, akan tetapi banyak siswa/i menggunakan pulsa tersebut dengan
hal lain, seperti menonton youtube dan lain-lain. Alhasil, apabila pembelajaran
online mulai, pulsa tersebut tidaklah cukup. Belum lagi tempat-tempat yang
memiliki koneksi jaringan yang buruk sehingga sistem tersebut kurang efektif.

Anda mungkin juga menyukai