Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MANDIRI

RESUME
MANAJEMEN PATIEN SAFETY

DISUSUN OLEH
Irwan Kusuma Wahdaniah

KELAS / NIM
D3 Pararel / 1921018

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
Keselamatan pasien merupakan masalah krusial bagi rumah sakit.
Keselamatan pasien juga merupakan prinsip fundamental dari perawatan pasien,
yang merupakan komponen penting dari manajemen mutu pelayanan kesehatan.
Banyak komponen yang terlibat didalam manajemen mutu layanan tersebut;
diantaranya adalah para pimpinan, karyawan, keamanan lingkungan ruang
perawatan yaitu rawat inap dan rawat jalan, termasuk juga pengendalian infeksi di
rumah sakit. Keamana kerja bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau
kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang aman di rumah sakit
membutuhkan pendekatan secara komprehensif, karena rumah sakitmerupakan
organisasi padat karya, padat profesi dan padat teknologi, oleh karenanya rumah
sakit harus dikelola dengan baik, banyak faktor resiko dan berpotensi untuk
terjadinya insiden keselamatan pasien yang disebabkan oleh pelayanan
kesehatan yang didapat di rumah sakit. Insiden keselamatan pasien seperti dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, insiden di fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi Kondisi Potensi Cedera (KPC), Keadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian
Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
Terjadinya insiden keselamatan pasien di suatu rumah sakit akan
memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien
sebagai penerima pelayanan. Adapun dampak yang ditimbulkan adalah semakin
meningkatnya perasaan tidak puas hingga maraknya tuntutan pasien atau
keluarganya. Dengan demikian keselamatan pasien merupakan hal yang sangat
penting dalam bidang kesehatan terutama dalam bidang pelayanan rumah sakit
(Sofyan, 2010). Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu,
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Kewaspadaan dini terhadap insiden keselamatan pasien dilakukan dengan upaya
meningkatkan keselamatan pasien, untuk dapat tercapainya hal ini diperlukan
komitmen yang sungguh-sungguh dari organisasi rumah sakit maupun seluruh
karyawan yang ada.
Banyak hal yang dapat menimbulkan atau mencegah terjadinya insiden
keselamatan pasien yaitu faktor manajemen, individu, lingkungan kerja, kerja tim.
Menurut WHO (2008), faktor manusia yang dapat mempengaruhi keselamatan
pasien adalah faktor organisasi/manajemen yaitu budaya keselamatan,
kepemimpinan dan komunikasi.
Pentingnya mengelola dan memanipulasi budaya di sektor organisasi
publik tidak dapat diremehkan dalam hal nya berdampak pada agenda
modernisasi. Sementara implikasi dari seperti pendekatan yang luas, fundamental
kunci manajemen budaya yang efektif adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan menghasilkan budaya keselamatan, seseorang pemimpin
harus senantiasa melakukan upaya secara terus-menerus untuk mencegah
terjadinya cidera pada pasien maupun staf rumah sakit (Krausse & Hidley, 2009)
dalam Lilian (2017) Jajaran direksi, manajer dan koordinator pelayanan klinis
harus bersama-sama dengan serius, tampak nyata (visible) dan komitmen tinggi
membuat system pelayanan yang konsisten bermutu tinggi (Lilian 2017).
Kepemimpinan harus berkomitmen
mempertahankan kinerja organisasi, sedangkan manajer di seluruh
organisasi yang bertanggung jawab untuk pengembangan efektif. Ada banyak
yang masih harus dilakukan untuk mengatasi kesenjangan jelas antara dampak
dari masalah budaya dan pendekatan yang diadopsi oleh manajer, pendekatan
yang cukup sederhana dalam banyak organisasi sektor publik.
Studi penelitian Katz&Navon et al., (2005) telah menunjukan bahwa
kepemimpinan yang baik mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku
keamanan kerja yang lebih baik dan menurunkan angka kecelakaan serta
meningkatkan kepatuhan terhadap keselamatan. Sebuah penelitian lain Shipton et
al, (2008) di Inggris mengungkapkan bahwa persepsi staf tentang efektivitas
kepemimpinan manajer senior memiliki hubungan dengan menurunnya keluhan
pasien dan meningkatnya kepemimpinan klinik. Penelitian serupa juga dilakukan
oleh McCaughan D. (2013), hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa komponen
kunci budaya keselamatan pasien yaitu kepemimpinan, kerjasama, dan belajar
dari kesalahan berperan besar terhadap keselamatan pasien.
Sistem manajemen keselamatan dalam organisasi pelayanan kesehatan di
rumah sakit sudah mulai bekerja sesuai dengan deskripsi dari sistem manajemen
keselamatan .Hubungan antara mutu dan keselamatan pasien dalam
keselamatan pasien didefinisikan sebagai Hal yang penting dalam
penyampaian pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti interaksi social,
konsultasi medis, pemeriksaan fisik, dan tindakan injeksi, ini merupakan aktivitas
bicara sebagai penyedia dan pertukaran informasi pasien tentang masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
Kompetensi dalam berkomunikasi menjadi suatu hal yang penting karena
komunikasi efektif berhubungan dengan pengelolaan dalam penyelesaian konflik.
Komunikasi efektif juga berperan dalam tersosialisasinya isu pelayananan
keperwatan dan siu organisasi. Komunikais memliki dua aspek penting, yaitu sikap
saat berkomunikasi dan alat untuk berkomunikasi (Wise & Kowalski, 2005). Hasil
penelitian Apriningsih (2013) Dalam team work di unit RS menunjukkan sejauh
mana anggota suatu divisi kompak dan bekerja sama dalam tim. Juga adanya
keterbukaan yang menunjukkan sejauh mana keterbukaan antar-anggota dan
pimpinan. Ada pula umpan balik dan komunikasi tentang kesalahan yang
menunjukkan sejauh mana umpan balik diberikan para pimpinan. Kemudian,
respon non-punitif terhadap kesalahan: menunjukkan sejauh mana pengakuan
akan kesalahan tidak ditanggapi dengan hukuman. Kompetensi dalam
berkomunikasi menjadi suatu hal yang penting karena komunikasi yang efektif
berhubungan dengan pengelolaan dalam menyelesaikan konflik. Komunikasi
efektif juga berperan dalam tersosialisasinya isu pelayanan keperawatan dan isu
organisasi.
Menurut Gunibala (2015), pengetahuan merupakan faktor penting dalam
seseorang mengambil keputusan, namun tidak selamanya pengetahuan
seseorang bisa menghindarkan dirinya dari kejadian yang tidak diinginkannya.
Berdasarkan laporan FDA Safety tahun pada 2001 mengungkapkan bahwa yang
menjadi kesalahan yang berhubungan dengan faktor manusia antara lain
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan sebesar 12,3%. Hal yang sama
disampaikan oleh Carayon tahun 2003 bahwa tipe error dan bahaya
diklarifikasikan menjadi tiga, salah satunya yakni organizational failure. Kegagalan
secara tidak langsung yang melibatkan salah satunya yaitu transfer pengetahuan.
AHRQ tahun 2003 menyatakan bahwa faktor yang dapat menimbulkan insiden
keselamatan pasien, salah satunya yakni transfer pengetahuan di rumah sakit
(WHO, 2009).
Beban kerja yang berlebih dapat menimbulkan suasana kerja yang kurang
nyaman bagi pekerja karena dapat memicu timbulnya stres kerja yang lebih cepat.
Keselamatan pasien telah menjadi salah satu prioritas utama pelayanan
kesehatan dan diupayakan secara ekstensif dari tingkat global sampai sistem
mikro. Manusia memiliki peran yang penting dalam keberlangsungan sebuah
perusahaan, maka penting bagi perusahaan untuk memberikan fokus lebih
terhadap kondisi para pekerjanya dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
perusahaan. Setiap pekerjaan memiliki beban kerja yang berbeda tergantung dari
jenis pekerjaan yang dilakukan. Kesesuaian beban kerja yang diatur oleh
perusahaan terhadap kondisi pekerja perlu diperhatikan.
Sedangkan faktor keamanan kerja dapat membawa dampak positif dan
negatif bagi karyawan dalam rangka mencapai hasil kerjanya. Keamanan
kerja yang berhubungan langsung dengan lingkungan kerja dalam suatu
rumah sakit sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Lingkungan kerja
yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya
lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja. Pada saat
ini lingkungan kerja dapat didesain sedemikian rupa untuk menciptakan hubungan
kerja yang mengikat pekerja dalam lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik
adalah yang aman, tenteram, bersih, tidak bising, terang dan bebas dari segala
macam ancaman dan gangguan yang dapat menghambat karyawan untuk
bekerja secara optimal. Lingkungan kerja yang kondusif akan membawa dampak
baik bagi kelangsungan karyawan bekerja, sebaliknya, lingkungan kerja yang
kurang kondusif akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan karyawan
bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu
kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat
mempengaruhi pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis.
Penelitian yang dilakukan oleh Lawton (2012) mengungkapkan bahwa
Berdasarkan review yang dilakukan pada beberapa penelitian yang terjadi
insiden keselamatan pasien. Faktor-faktor tersebut adalah kegagalan aktif, sistem
komunikasi, peralatan, kebijakan eksternal, faktor individu, ketanggapan,
manajemen SDM dan level staffing, faktor pasien, lingkungan fisik, kebijakan dan
prosedur, budaya keselamatan, beban kerja. Penelitian tersebut didukung oleh
Smits et al., (2012) menyatakan bahwa penyebab kejadian tidak diinginkan
dikelompokkan atas empat kategori yaitu tekhnikal, organisasi, manusia/individu,
dan faktor lingkungan kerja. Pada faktor individu terdapat faktor beban kerja.
Faktor organisasi dan individu berkontribusi 14 % dalam menyebabkan terjadinya
KTD.
Penerapan program keselamatan pasien lebih efektif dibandingkan dengan
faktor-faktor lain dalam menurunkan angka kejadian insiden keselamatan pasien.
Lima tahun setelah laporan IOM (1999), keselamatan pasien telah menjadi salah
satu prioritas utama pelayanan kesehatan dan diupayakan secara ekstensif dari
tingkat global sampai sistem mikro. Beberapa perubahan yang patut disyukuri,
yaitu kesadaran global akan arti dan pentingnya gerakan keselamatan pasien.
Sehingga penting bagi sebuah rumah sakit untuk megetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan program keselamatan pasien itu sendiri.
Raj Behal (2004) dalam The Patient Safety Handbook menjelaskan bahwa
keberhasilan pelaksanaan program keselamatan pasien oleh staf di rumah sakit
dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen.
Salah satu mengenai budaya keselamatan pasien dan pengaruhnya bagi
program keselamatan pasien telah dilakukan oleh beberapa tokoh. Penelitian
Nygren et al., (2013) menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien menjadi
faktor pendukung dalam meningkatkan keselamatan pasien. Budaya keselamatan
pasien akan mendorong pelaporan insiden dan menghilangkan kebiasaan blame
atau menyalahkan ketika terjadi insiden keselamatan pasien.
Penerapan program keselamatan pasien merupakan syarat untuk
diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Rumah
Sakit. Penyusunan program keselamatan pasien mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan
juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dan dari Joint
Commission International (JCI). Sasaran keselamatan pasien terdiri atas enam
sasaran, yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif,
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert), kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko jatuh.
Reiman (2010) mengemukakan untuk meningkatan keselamatan pasien
memerlukan beberapa hal yaitu :
1) Peningkatan kemampuan untuk belajar dari kesalahan,
melalui sistem pelaporan yang lebih baik
2) Mengantisipasi kesalahan dan memeriksa terhadap kelemahan
yang menyeebabkan kesalahan tersebut,
3) Mengidentifikasi sumberdaya yang ada
4) Perbaikan dalam berbagai system

Insiden internal, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kondisi Potensial Cedera


(KPC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian
Sentinel, Contoh Kasus

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien


lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. 

Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap


kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.:

 Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang


mengakibatkan cedera pada pasien
 Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
 Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera
 Kejadian Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
 Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera
permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi
untuk mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak
terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. 

Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan


insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran
Contoh kasus insiden internal (Pasien yang berobat di ruang pemeriksaan
umum dan kesehatan gigi dan mulut, mendapat 2 resep dengan masing-masing
resep terdapat antibiotika/double antibiotika)
Solusi permasalahan
1) Peningkatan kemampuan untuk belajar dari
kesalahan,
melalui sistem pelaporan yang lebih baik
2) Mengantisipasi kesalahan dan memeriksa terhadap
kelemahan
yang menyeebabkan kesalahan tersebut,
3) Mengidentifikasi sumberdaya yang ada
4) Perbaikan dalam berbagai system
Keselamatan pasien merupakan hak pasien yang dijamin dalam UU
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, untuk itu pihak rumah sakit
perlu meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam
setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien di rumah sakit. Salah satu
upaya meminimalkan kejadian-kejadian tersebut adalah dengan
pembentukan Tim Keselamatan Pasien di rumah sakit yang bertugas
menganalisis dan mengkaji kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
keselamatan pasien.
Early Warning Score System (EWSS)
merupakan pengembangan dalam layanan kegawatdaruratan pasien yang
dirawat di rumah sakit, yang berfungsi sebagai alat deteksi dini sehingga apabila
terjadi penurunan kondisi pasien dapat diketahui lebih awal dapat ditangani lebih
cepat. EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien
melalui pengamatan yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.
Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi
pendekatan asesmen dan menetapkan skoring parameter fisiologis yang
sederhana. Kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik pasien dalam
keadaan yang stabil maupun saat pasien dalam kondisi buruk. Deteksi dini,
ketepatan waktu merespon, dan kompetensi respon klinis merupakan serangkaian
kegiatan yang harus dilakukan untuk optimalisasi hasil klinis.

Prinsip
Pengamatan yang dihasilkan dibandingkan dengan rentang normal untuk
menghasilkan skor gabungan tunggal, misalnya berdasarkan diagram berikut
(EWS yang dimodifikasi awal):
Skor 3 2 1 0 1 2 3
Frekuensi >35 31-35 21-30 9-20 <7
pernapasan (napas /
menit)
SpO2 (%) <85 85-89 90-92 >92
Suhu (C) >38,9 38-38,9 36-37,9 35-35,9 34-34,9 <34
TD Sistolik (mmHg) >199 100-199 80-99 70-79 <70
Denyut jantung >129 110-129 100-109 50-99 40-49 30-39 <30
(bpm)
Peringatan AVPU Nyeri Verbal Tidak Merespo
ns

Skor lima atau lebih secara statistik terkait dengan peningkatan


kemungkinan kematian atau masuk ke unit perawatan intensif.
Di rumah sakit, EWS digunakan sebagai bagian dari sistem "lacak dan
pemicu" di mana skor yang meningkat menghasilkan respons yang meningkat
yang bervariasi dari peningkatan frekuensi observasi pasien (untuk skor rendah)
hingga tinjauan mendesak dengan respons cepat atau Tim Darurat Medis
(panggilan MET). Kekhawatiran oleh staf perawat juga dapat digunakan untuk
memicu panggilan tersebut, karena kekhawatiran dapat mendahului perubahan
pada tanda-tanda vital. [3]

Penggunaan yang optimal


Di seluruh dunia, EWS didasarkan pada prinsip bahwa kerusakan klinis
dapat dilihat melalui perubahan dalam beberapa pengukuran fisiologis, serta
perubahan besar dalam satu variabel. Namun, skala tersebut dikalibrasi untuk
populasi yang berbeda dan terkadang diperluas untuk memasukkan parameter
tambahan, khusus untuk berbagai belahan dunia. [4] Parameter yang dinilai dapat
bervariasi, begitu juga dengan bobot skor untuk perburukan yang semakin
memburuk. Beberapa sistem juga memberikan skor ke parameter lain termasuk
keluaran urin, saturasi oksigen, laju aliran pemberian oksigen dan skor nyeri.

Ada kurangnya konsensus tentang apa yang merupakan sistem skor


peringatan dini yang 'ideal'. Membandingkan sistem yang berbeda dalam
penggunaan klinis menunjukkan variasi di mana parameter dinilai dan bagaimana
skor tersebut ditetapkan ke tingkat kerusakan yang berbeda. [5] Namun ada
beberapa bukti bahwa parameter tertentu lebih baik dalam memprediksi pasien
mana yang akan meninggal dalam waktu 24 jam daripada yang lain. [6] Hal ini
menyebabkan seruan di beberapa negara untuk pengembangan skor peringatan
dini nasional yang akan memungkinkan pendekatan standar untuk menilai dan
menanggapi pasien yang memburuk. [1]

Variasi
Serangkaian Skor Peringatan Dini telah dikembangkan sebagai respons
terhadap kebutuhan jenis pasien tertentu (misalnya PEWS untuk anak-anak) atau
untuk mendukung praktik terbaik lokal (NEWS di Inggris).
Ini termasuk:
Nama Akronim Deskripsi Kutipan
Skor Peringatan Dini Pediatrik PEWS Dirancang untuk mendukung
penggunaan Track and Trigger dengan pasien di bawah 16 tahun, yang memiliki
rentang normal berbeda untuk observasi [7]
Modifikasi Skor Peringatan Obstetri Dini MEOWS Dirancang untuk
mendukung penggunaan Track and Trigger untuk semua wanita yang menerima
perawatan dari layanan bersalin [8]
Skor Peringatan Dini yang Dimodifikasi MEWS Dimodifikasi untuk
memenuhi persyaratan banyak orang dalam berbagai situasi klinis. [2]
National Early Warning Score NEWS & NEWS2 Dikembangkan oleh Royal
College of Physicians untuk memberikan standar nasional di Inggris untuk Skor
Peringatan Dini (2012 dan 2017) Skor Peringatan Dini Nasional, Inggris
Grafik NEWS2
Di Inggris, Royal College of Physicians mengembangkan National Early
Warning Score (NEWS) pada tahun 2012 untuk menggantikan skor lokal atau
regional Skor NEWS adalah upaya EWS nasional terbesar hingga saat ini dan
telah diadopsi di luar Inggris
Versi kedua dari skor tersebut diperkenalkan pada 2017. Versi revisi
dioptimalkan untuk identifikasi sepsis, target oksigen alternatif pada orang dengan
penyakit paru-paru yang mendasari, dan timbulnya delirium.Panduan implementasi
tambahan dikeluarkan pada Maret 2020. Sementara banyak rumah sakit masih
menggunakan skor lain, telah diusulkan bahwa semua organisasi perawatan
kesehatan harus menggunakan skor yang sama untuk kepentingan keselamatan
pasien.
Sejarah
EWS yang direkam pertama kali dikembangkan oleh sebuah tim di Rumah
Sakit Universitas James Paget, Norfolk, Inggris, dan dipresentasikan pada
konferensi Mei 1997 dari Intensive Care Society.

Infeksi nosokomial
adalah suatu infeksi yang berkembang di lingkungan rumah sakit.
Seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial jika penularannya didapat
ketika berada di rumah sakit, termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah sakit
dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang
terjadi pada pekerja di rumah sakit. Beberapa penyakit yang umum terjadi akibat
infeksi nosokomial, antara lain infeksi aliran darah primer (IADP), pneumonia,
infeksi saluran kemih (ISK), serta infeksi luka operasi (ILO).

Gejala Infeksi Nosokomial

Gejala yang dialami oleh pengidap harus timbul setelah perawatan di


rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah sakit.
Beberapa gejala umum infeksi nosokomial, antara lain:

 Batuk dengan dahak kental.


 Demam atau menggigil.
 Jantung berdebar cepat (takikardia).
 Tubuh terasa lemas.
 Nyeri punggung bawah atau perut bawah.
 Sesak napas.

 Penyebab Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit.


Bakteri tersebut bisa didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri
yang menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada di dalam tubuh dan
pada keadaan normal tidak menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau
bakteri yang mengontaminasi lingkungan dan alat-alat di rumah sakit. Selain
bakteri, jamur, virus, atau parasit juga dapat menjadi penyebab infeksi
nosokomial.

Bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik menjadi kurang efektif untuk
membunuh bakteri tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang
tidak sesuai dengan anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan
mengakibatkan bakteri yang ada di dalam tubuh manusia berubah karakter dan
menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit merupakan tempat berbagai jenis
pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan
rumah sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang.

 Faktor Risiko Infeksi Nosokomial

Beberapa faktor risiko infeksi nosokomial, antara lain:

 Orang dengan usia lanjut di atas 70 tahun, bayi, dan anak-anak.


 Daya tahan tubuh lemah, seperti pada HIV/AIDS, malnutrisi, pengguna
obat imunosupresan atau kemoterapi.
 Lamanya waktu perawatan di rumah sakit.
 Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari
satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang
mudah terserang infeksi nosokomial (misalnya pada ruang perawatan
intensif, ruang perawatan bayi, ruang perawatan luka bakar) pada satu
tempat.
 Pengidap dengan koma, gagal ginjal akut, cedera berat, luka bakar, dan
syok.
 Prosedur seperti tindakan operasi, pemasangan alat bantu napas
(ventilator), endoskopi, atau kateter.

 Diagnosis Infeksi Nosokomial

Dokter akan mendiagnosis infeksi nosokomial dengan melakukan


wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan urine, dahak, darah, atau cairan lainnya (misalnya cairan luka
operasi) untuk dibiakkan atau dikultur dalam sebuah medium untuk melihat
adanya pertumbuhan bakteri atau jamur.
Dokter juga dapat menganjurkan pemeriksaan USG saluran kemih untuk
mendeteksi infeksi saluran kemih, serta foto Rontgen dada untuk mendeteksi
pneumonia.

 Pencegahan Infeksi Nosokomial

Beberapa upaya pencegahan infeksi nosokomial, antara lain:

1. Mencuci tangan dengan cara dan waktu yang tepat, yaitu:

 Sebelum memegang pengidap.


 Sebelum melakukan prosedur kepada pengidap.
 Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urine, atau
feses).
 Setelah menyentuh pengidap.
 Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pengidap.

2. Menempatkan pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau


pengidap yang berpotensi untuk menularkan penyakit di ruang isolasi.
3. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti alat
bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya
sesuai dengan indikasi.
4. Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap melakukan
tindakan dengan menggunakan pelindung standar (sarung tangan,
masker, atau perlengkapan lain) yang dianjurkan.
5. Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan
pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai
dan 2 minggu sekali untuk dinding.

 Pengobatan Infeksi Nosokomial

Pengobatan awal untuk infeksi nosokomial adalah pemberian antibiotik


secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang tidak spesifik sebelum ada hasil
dari kultur. Setelah ada hasil pemeriksaan kultur, pemberian antibiotik akan
disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik.

Antijamur maupun antivirus juga dapat diberikan jika dicurigai


penyebabnya adalah jamur atau virus. Seluruh alat yang menempel pada tubuh
dan mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang napas, selang infus, atau
lainnya jika memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif seperti pemberian
cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan. Prosedur
operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan
cara memotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.

 Komplikasi Infeksi Nosokomial

Beberapa komplikasi infeksi nosokomial, antara lain:

 Endokarditis.
 Gagal ginjal.
 Sepsis.

Mikrobiologi dan parasitology keperawatan


Seperti yang telah diketahui bahwa mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik
dalam air, udara, tanah, maupun pada mahluk hidup termasuk pada jaringan tubuh
manusia (kulit dan selaput lendir). Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari- hari. Beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lainnya merugikan.
Mengingat bahwa mikroorganisme banyak terdapat di alam dan amat besar
peranannya, termasuk dalam bidang keperawatan dan kesehatan, maka sudah
selayaknya setiap mahasiswa yang belajar ilmu keperawatan mengetahui hal-hal yang
terkait dengan mikrobiologi. Misalnya: ruang lingkup mikroorganisme, pengendalian,
serta pemanfaatannya bagi kesejahteraan umat manusia, terutama dalam bidang
keperawatan dan kesehatan
materi yang akan dibahas terbagi menjadi 4 topik, yaitu:
1. Ruang Lingkup Mikrobiologi, yang membahas tentang pengertian dan sejarah
penemuan, struktur, jenis dan ukuran mikroba, pembiakan, faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan, dan manfaat mikroorganisme dalam kehidupan
manusia.

2. Bakteriologi, yang membahas tentang struktur, klasifikasi dan bentuk, serta


peranan bakteri dalam kehidupan.
3. Virologi, yang membahas tentang pengertian, struktur, bentuk, reproduksi, dan
infeksi virus pada manusia.
4. Mikologi, yang membahas sifat dan morfologi jamur serta macam-macam infeksi
jamur pada manusia.

A. PENGERTIAN MIKROORGANISME

Kata mikroorganisme merupakan istilah yang tidak asing bagi dunia kesehatan.
Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme hidup yang berukuran sangat
kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) dan hanya dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada
yang tersusun beberapa sel (multiseluler). Organisme yang termasuk ke dalam
golongan mikroorganisme adalah bakteri, archaea, fungi, protozoa, alga mikroskopis,
dan virus. Virus, bakteri dan archaea termasuk ke dalam golongan prokariot,
sedangkan fungi, protozoa, dan alga mikroskopis termasuk golongan eukariota.
Mikrobiologi (dalam Bahasa Yunani mikros = kecil, bios = hidup, dan logos =
ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme hidup yang berukuran mikroskopis.
Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin karena ilmu ini mencakup beberapa
bidang, pembagiannya dapat berdasarkan tipe mikrobiologi (pendekatan taksonomis)
atau berdasarkan aktivitas fungsional. Berdasarkan pendekatan taksonomis,
mikrobiologi dibagi menjadi virologi, bakteriologi, mikologi, fikologi, dan protozoologi.
Sedangkan berdasarkan pendekatan fungsional, mikrobiologi dibagi atas ekologi
mikroba, mikrobiologi industri, mikrobiologi pertanian, mikrobiologi kedokteran,
mikrobiologi pangan, fisiologi mikroba, genetika mikroba, dan sebagainya.

Mikrobiologi
adalah ilmu yang mempelajari mikroorganisme yang meliputi organisme bersel
satu dan multi sel, yang meliputi: virus, bakteri, jamur, protozoa, dan organisme yang
sangat kecil lainnya. Pemakaian mikroskop dan pewarnaan mikroorganisme
merupakan salah satu teknik untuk mengamati gambaran struktur mikroorganisme.
Mikrobiologi penting karena membatu memahami dan menangani serta mencegah
penyakit, juga penting secara ekonomi karena berdampak pada lingkungan,
penelitian dan bioteknologi.

Bakteri
merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain. Struktur bakteri terbagi menjadi dua, yaitu:
struktur dasar, yang dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri dan struktur tambahan
(dimiliki oleh

jenis bakteri tertentu), yaitu kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, vakuola gas,
dan endospora. Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),
dan spiral (spirilia), serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut
kokobasil.

Peranan bakteri yang menguntungkan, antara lain: sangat berperan dalam


mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri membersihkan dunia dari sampah-
sampah organik, menghasilkan vitamin yang berguna bagi tubuh, vitamin K, dan
membuat antibiotika. Sebaliknya terdapat beberapa bakteri yang merugikan,
contohnya: bakteri perusak makanan dan menghasilkan racun, seperti botulinum,
bersifat patogen dan menyebabkan penyakit infeksi seperti Streptococcus pyogenes,
Bacillus anthracis, Micobakterium Tuberculose, dan sebagainya.

Virus
adalah agen asellular yang menular. Virus itu sangat kecil dan memiliki satu
atau banyak potongan asam nukleat. Virus dapat menginfeksi manusia, hewan,
tumbuhan, dan bakteri, serta menyebabkan penyakit. Virus memiliki struktur yang
lebih sederhana dari bakteri. Virus tidak memiliki membran sel dan terdiri atas hanya
beberapa molekul organik. Virus dan viroid tidak melakukan metabolisme, seperti
transportasi nutrisi melintasi membran sel. Karakteristik virus utama, yaitu: jenis
bahan genetik (DNA atau RNA, beruntai tunggal atau ganda), ukuran virus, struktur
kapsid, dan host target digunakan untuk menentukan cara terbaik dalam
mengklasifikasikan virus. Genom virus dapat linear, satu bagian atau beberapa
molekul asam nukleat (mirip dengan kromosom eukariotik). Tidak semua virus
spesifik untuk host (meskipun sebagian besar). Beberapa dapat menginfeksi
beberapa host yang berbeda dan jaringan yang berbeda dalam sebuah host. Suatu
contoh dari virus yang paling umum adalah rabies. Rabies dapat menginfeksi banyak
mamalia yang berbeda dari manusia ke anjing ke kelelawar. Virus memiliki tiga
bentuk kapsid dasar, yaitu: heliks, polihedral, dan kompleks. Amplop mengelilingi
virus tertentu

Jamur
merupakan organisme eukariotik yang tidak mengandung klorolas, tetapi
memiliki dinding sel, struktur filamentus, dan menghasilkan spora. Jamur patogen
dapat eksis sebagai ragi atau sebagai hifa. Sebuah massa hifa disebut miselia. Ragi
adalah organisme uniseluler dan miselia adalah struktur filamen multiseluler, dibentuk
oleh sel tubular dengan dinding sel. Ragi berkembang biak dengan tunas. Bentuk
miselium bercabang dan pola percabangan dapat membantu identifikasi morfologi.
Jamur mampu menahan banyak pertahanan host. Infeksi karena jamur disebut
mikosis. Mikosis terjadi tergantung pada ukuran inokulum dan kekebalan host. Infeksi
jamur meliputi mikosis superfisial (dangkal) biasanya menyerang kulit, kuku, dan
rambut,mikosis sistemik menyerang bagian tubuh secara umum.

PARASITOLOGI
Mengingat bahwa mikroorganisme dan parasit yang terdapat di alam amat
besar peranannya, khususnya dalam bidang keperawatan dan kesehatan, maka
sudah selayaknya setiap mahasiswa yang belajar ilmu keperawatan memahami
dasar-dasar parasitologi, pengendalian, serta pemanfaatannya bagi peningkatan
kesejahteraan umat manusia, terutama dalam bidang keperawatan dan kesehatan.
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, di air, atau tempat yang basah, tetapi
beberapa jenis hidup sebagai parasit pada manusia dan binatang.
hubungan antara parasit dan host atau penjamu, klasifikasi parasit, patogenesis
infeksi protozoa, pola penularan penyakit akibat protozoa yang mendasari
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap penyakit infeksi, dan upaya-upaya
pencegahan efek parasit serta penularannya.

Parasit
adalah organisme yang hidupnya menumpang pada host (inang/tuan rumah).
Parasit yang hidup di tubuh manusia bisa dibawa oleh vektor. Parasit yang tidak bisa
hidup tanpa host disebut parasit obligat, sedangkan parasit yang bisa hidup tanpa
host disebut parasit fakultatif. Parasit yang hidupnya menempel di luar kulit manusia
disebut ektoparasit, sedangkan yang hidupnya di dalam tubuh manusia disebut
endoparasit. Ada beberapa hubungan seperti mutualisme, komensalisme, atau
parasitisme antara parasit dan host. Hubungan ini dapat menghasilkan berbagai efek
dan biasanya host cenderung bereaksi. Secara umum, protozoa, cacing, dan
arthropoda merupakan parasit yang paling sering dipelajari dan paling penting dalam
parasitologi medis.

Protozoa
merupakan orginisme bersel satu. Protozoa berbeda dengan eukarotik protista
lainnya karena kemampuannya bergerak pada beberapa stadium siklus hidupnya.
Protozoa ditemukan dalam semua habitat basah.
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, beberapa ditemukan habitat
komensal dalam usus manusia, salah satu organisme E. histolytica dapat
menginvasis jaringan dan menyebabkan penyakit. Sebagian besar protozoa hidup
bebas di alam, beberapa ditemukan habitat komensal dalam usus manusia, salah
satu organisme E. histolytica dapat menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit.
Dari organisme sporozoa, terdapat dua penyakit yang potensial mematikan manusia,
yaitu malaria dan toksoplasmosis.
Dalam kebanyakan parasit protozoa, tahap perkembangan yang sering
ditularkan dari satu host ke host yang lain adalah stadium kista. Proses reproduksi
juga berhubungan dengan pembentukan kista. Reproduksi aseksual beberapa siliata
dan flagelata dikaitkan dengan pembentukan kista, dan reproduksi seksual Sporozoa
selalu menghasilkan kista. Protozoa patogen dapat menyebar dari klien yang
terinfeksi ke orang lain dapat terjadi penularan fecal-oral melalui makanan dan air
yang terkontaminasi. Dapat pula melalui gigitan serangga atau gesekan feses
serangga yang terinfeksi pada area gigitan dan kontak seksual.

Anda mungkin juga menyukai