UROLOGIC TRAUMA
Urologi membidangi tractus urinarius pada laki-laki dan perempuan ditambah tractus genitalia pada laki-laki. Kalau tractus genitalia
wanita itu tugasnya obgyn
1. Renal trauma
2. Ureter trauma
3. Bladder trauma
4. Uretra trauma
5. External genitalia trauma
Traktus urinarius dibagi menjadi 2, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Tractus urinarius bagian atas terdiri atas ginjal dan ureter,
kemudian traktus bagian bawah terdiri atas bladder, buli-buli dan uretra
RENAL
Trauma yang paling sering dijumpai di system (>50%)
Cause : blunt (84-97%) or penetrating trauma (<10%)
Blunt renal injuries /trauma tumpul :
Kecelakaan kendaraan bermotor
Jatuh dari ketinggian
Assaults tarung bebas
Penetrating trauma/Trauma tajam : luka tembak, dll
Anatomi ginjal :
Ginjal sebenarnya tidak mudah mengalami trauma. Trauma ginjal hanya bisa terjadi jika
trauma yang dialami sangat keras karena ginjal dilindungi oleh :
High in retroperitoneal
Organ visceral
Spine & muscle
Lower ribs
Yang lebih sering terkena injuri :
Anak-anak(<16 tahun) karena organ-organ yang melindungi ginjal belum
berkembang sempurna pada anak-anak. Contohnya organ visceralnya masih
kecil, kemudian otot-otot pada dinding posteriornya masih lemah sehingga
lebih rentan terhadap trauma
Disertai kelainan-kelainan (cyst (ada penumpukan cairan didalam ginjal
sehingga ginjalnya tipis, sedikit mengalami trauma bisa langsung terjadi
trauma), tumor, ectopic(letak ginjal yang tidak pada tempatnya, yang sering
terjadi ditemukan di cavum pelvis, jadi terletak lebih superfisial, jadi tidak ada
organ yang melindungi dari posterior dan gampang terkena trauma), HN)
Jika trauma mengenai ginjal di bagian anterior, maka luka bisa terjadi ke segala arah
trauma pukul
Trauma jatuh dari ketinggian/posisi terduduk sehingga pantatnya jatuh duluan atau
jatuh pada posisi berdiri dimana tumit/kakinya menyentuh lantai/benda keras
1
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
dibawahnya jadi ini menimbulkan trauma yang disebut countrecoup of kidney
(lingkaran merah). Dia jatuh kebawah, jadi traumanya mengarah ke atas sedangkan
trauma dari atas ginjal mengarah kebawah, jadi dia saling berlawanan
Gambar yg ditendang sepatu kalau kena pukul/blunt trauma dari samping atau
dari belakang. Tanda patognomonisnya adalah kalau pada pemeriksaan rontgen
atau pemeriksaan klinis dijumpai fraktur pada costa 11,12atau fraktur pada prosesus
transversus harus dicurigai ada trauma ginjal
Luka tusuk yang mengarah ke organ curigai kena trauma ginjal
Luka akibat peluru harus diperhitungkan berat peluru, besar peluru, dan
kalibernya. Jadi di gambar ada luka masuk dan keluar jadi pasti ada organ yang kena.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat trauma/penyakit lain, bagaimana mekanisme of injurinya untuk mengetahui
trauma apa saja yang mungkin terjadi
Flank pain/ costa vertebra angle nyeri didaerah pinggang
Gros hematuria hematuri tidak selalu terjadi. Apabila pada trauma yang jatuh dari
ketinggian, arteri da ena renalisnya terputus sehingga tidak ada aliran darahnya ke
ginjal dia akan terjadi gross hematuria
Physical exam :
USG
Cannot clearly delineate parenchymal lacerations or vascular or collecting system
injuries hanya bisa menentukan ada/tidaknya trauma, tidak menentukan grade
Arteriografi
2
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Rarely used; time consuming, more invasive, more technical expertise
IVP
It has been used for years to evaluate urinary system injuries ; the exception is
“single-shot” intraoperative IVP dulu dijadikan pemeriksaan dasar
GRADING
3
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Grade II ada hematoma dan robekan < 1 cm
Grade III robekannya > 1cm , belum mengenai colecting system
Grade IV sampai ke pelviovascular system/ ada cidera pada segmental,sudah mengenai
colecting system jadi cortex, medula sudah terkena
Grade V complete shattered kidney, banyak robekan, robekan pada arteri vena renalis
MANAGEMENT
Umumnya, trauma ginjal jarang sekali isolated (trauma sendiri), biasanya diikuti trauma lain
(asociated trauma) seperti trauma usus (holo organ), fraktur pada costa, spinal, femur/tibia
jika jatuh duduk. Jadi perlu diperhatikan apakah ada SIRS, apakah pasien ada mengalami
syok apa tidak
Priority base (ATLS) amankan ABCD
Jika ada pasien masuk ke ER, harus diidentifikasi apakah stabil/tidak dengan cek
kesadarannya.
Surgical resucitation/pembedahan dilakukan apabila penanganan syok masih gagal
pada Grade V
98% of blunt renal injuries can be managed nonoperatively. Grade IV and V injuries more
often require surgical exploration hampir sebagian besar trauma ginjal tidak dilakukan
pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan apabila ada associated injury/trauma lain
seperti perforasi usus, dll
Penetrating trauma explorations 80% require surgical
Management Nonoperative :
Bed rest mengistirahatkan ginjal supaya tidak terjadi robekan yang lebih besar
Analgesia
Broad spectrum antibiotic mencegah infeksi/abses jika terjadi hematoma atau
urinoma
Observation
⁻ Quantity and quality of urine apakah ada hematuria, lakukan pemeriksaan
urin
⁻ Sign of bleeding apakah pasien mengalami syok?
⁻ Flank mass
Semakin berat traumanya, semakin sering dilakukan pemeriksaan urin dan
darah, misalnya setiap 6 jam, 12 jm, 2 jam. Jika memburuk segera lakukan
pembedahan
Management Surgical :
Renal parenchymal repair/renoraphy (preserve kidney function) memperbaiki
Partial nephrectomy memotong sebagian dari ginjalnya karena sudah
mati/nonviable
Retroperitoneal drainage
Renal vessel repair memperbaiki pembuluh darah
4
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
NEPHRECTOMY !!! pada umumnya jika sudah diputuskan untuk melakukan
tindakan pembedahan maka 90% dilakukan nephrectomy, jadi ginjalnya diangkat
dengan tujuan surgical resucitation/menyelamatkan nyawa
Intinya tetap pastikan dulu apakah stabil/engga (sadar/engga). Jika stabil tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang. Jika tidak stabil, lakukan resusitasi. Jika setelah dilakukan resusitasi masih
gagal, dilakukan laparotomi. Apabila dengan resusitasi pasien bisa stabil, dilakukan CT-Scan,
klasifikasikan Gradenya
5
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
6
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
COMPLICATION
Early Late
Renal bleeding Hypertension
Persistent hematuria Hydronefrosis
Urinoma Arteriovenous fistula
Perinephric abscess Pyelonefritis
Urosepsis Renal loss Chronic kidney disease
Urinoma/persistent hematuriabisa menyebabkan abses terutama yang urinoma jadi perlu
berikan antibiotik
Komplikasi lanjut biasanya muncul apabila trauma ginjal yang muncul banyak mengalami
sikatrik pada perjalanannya (renal fibrosis) sehingga bisa mengalami hidronefrosis,
pyelonefritis, CKD
URETER
Rare ( < 1% of urogenital trauma )
Etiologi :
External trauma ( 95% )
Surgical trauma ( 0,5-30%)
Blunt trauma (5%)
Surgical trauma (iatrogenic) : penyebab yang paling sering yaitu trauma akibat tindakan
Hysterectomy (54%) pengangkatan jalan lahir yang sering mencederai ureter
Colorectal surgery (14%)
Pelvic surgery (8%)
Abdominal vascular surgery (6%)
7
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Leakage urine fistula mencari jalan keluar bisa ke abdomen, vagina (jika
perempuan), uterus, bisa juga ke usus
2. Uretral ligation jika terligasi/terikat, akan mengakibatkan :
Obstruction hidronefrosis
Urosepsis decrease renal function
Symptoms Signs
Flank pain Flank mass
Fever Peritonitis
Nausea, vomite Infection
Urine leakage Ureterocutaneus fistula
Anuria Ureterovaginal fistula
DIAGNOSTIC TOOL
1. Lab 37% ureter trauma normal urinalysis
2. Imaging :
a. IVP/ CT :
Urinary extravasation
Hydronephrosis
Delayed function/non-visualization of ureter
b. RPG/APG hanya bisa dilakukan di RS dengan memasukkan kontras melalui saluran
kencing
c. Ini gambaran IVP kontras tidak ada masuk ke bagian distal sehingga dicurigai ada
robek/putus. Inilah yang akan menjadi urinoma, yaitu urin yang terkumpul di ruang
peritonial. Jika tidak dikeluarkan akan menjadi abses.
Urin ekstravasasi menjadi urinoma menjadi abses tidak dikeluarkan menjadi
fistula (mencari jalan keluar melalui vagina,usus, dll) bisa terligasi menjadi
fibronefrosis
8
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
COMPLICATION :
Ureter stricture hidronephrosis
Urine extravasation urinoma
Pyelonephritis
Abscess retroperitoneal
Fistula
MANAGEMENT
Hampir 100% harus dilakukan tindakan operasi. Melihat apakah ureternya
terpotong/terikat/terligasi
1. Debridement
2. Teknik penyambungan spatulasianastomosis & tidak tegang
3. Pasang stent
4. Pasang drain retroperitoneal
Jika ureter terpotong/terligasi dalam waktu yang lama maka fibrosisnya harus dihilangkan,
kemudian disambung antara proksimal dan distal kemudian dipasang stan (?)
Jika traumanya diatas sekali dan distalnya tidak ketemu, bisa disambungke kontral lateral
(disebelahnya) uretro uretrostomi
Didaerah ...., kita membuat ureter dari usus
Didaerah distal uretroimplatasi
Jika putusnya dibawah re-implantasi/neo implantasi
Jika ditengah uretroureterostomi disambung yang proksimal dengan distal
Jika diupper direc ureteroureterostomy/trans
9
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
BLADDER
Trauma kedua terbanyak setelah ginjal
ETIOLOGI :
1. 86% blunt abdominal trauma :
motor vehicle acc
falls from height
crush injury
2. 14% penetrating trauma
10
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
PATOFISIOLOGI
Extraperitoneal (60%) : robekannya tidak masuk ke cavum abdomen, hanya didaerah
retro
Disertai dengan pelvic fracture
Extravasated urine terbatas pad pelvis
Intraperitoneal (30%) : robekannya didaerah anterior/didaerah atas keluarnya urin
akan ke retroperitonial
Blunt abdominal trauma (> children)
Trauma to distended full bladder
High mortality karena sering mengakibatkan peritonitis
Yang sering mengendarai mobil jarak jauh dan menahan kencing terjadi bladder
destended. Jadi buli-bulinya penuh kemudian ada benda tumpul yang mengenai
suprasimfisis akhirnya buli-bulinya pecah dibagian anterior kemudian masuk ke
intraperitoneal
Jadi jangan menahan kencing
Gambar yang bawahan retroperitoneal ada fracture didaerah pelvis
DIAGNOSIS
Anamnesis
History of trauma (MOI)
Gross hematuria (90%)
Supra pubic pain
Unable to void
Physical exam
Bruise, hematoma or wound on supra pubic
Pelvic fracture di ekstraperitoneal
Peritonitis di intraperitoneal
Imaging :
CT – Cystography (nearly 100% accurate)
Cystography kalau tidak ada CT-Scan, cukup cystographi. Jadi catheter
dimasukkan ke uretra ke buli-buli kemudian masukkan kontras ke cateter lihat
apakah ada ekstravasasi kontras
IVP
11
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
MANAGEMENT
Intraperitonial injury Surgical repair karena urinya akan terus keluar ke cavum
abdomen dan megakibatkan peritonitis
Extraperitonial injury nonoperative by catheter drainage 10-14 days (kayaknya kurang
gambar sesuatu). Setelah 2 minggu, rupturnya akan menutup
COMPLICATION
Pelvic abscess
Peritonitis
Incontinensia
Erectile disfunction
Fistula
UTI
12
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
URETHRA
ETIOLOGI
Posterior urethra injury Associated with pelvic fracture anatomi posterior ada
membranacea dan prostatica
Anterior urethra injury Straddle injury (yang sering manjat pohon mangga atau yang
sering naik sepeda, trauma jatuh dalam keadaan tertutup. Daerah pelvis/testisnya
mengalami straddle injury. Misalnya pas naik pohon, jatuh, selangkangannya pas kena
dahan pohon)
PATOPHYSIOLOGY
The posterior urethra is fixed at both the urogenital diaphragm and the puboprostatic
ligaments
The bulbomembranous junction is more vulnerable to injury during pelvic fracture
Pada posterior jika terjadi fracture pelvis, tarikan membranacea akan mengakikbatkan
robekan atau fragmen frakturnya yang akan mengakibatkan robekan
Jatuhterduduk robekannya biasanya pada mukosa
DIAGNOSIS
Anamnesis
History of trauma (pelvis/straddle)
Unable to void
Suprapubic or perineal pain
Physical exam
Blood at meatus hanya darah, tidak bercampur kencing
Butterfly perineal hematoma
Distended bladder tidak bisa kencing
High riding prostate saat di RT
Classic triad
Imaging
Retrograde urethrography (RUG) catheter hanya masuk sampai ke naviculare,
tidak masuk semuanya dimasukkan kontras
Ideally under fluoroscopy
13
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Trauma uretra, baik itu karena injury maupun karena tindakan dapat mengakibatkan 3 hal
yang pasti yaitu inkontinen, impoten atau striktur
Apabila dijumpai pasien dengan fraktur pelvis dan bloody discharge, dilakukan uretrogram
Tidak ada bloody discharge bisa dilakukan pemasangan kateter. jika tidak bisa dilakukan
pemasangan kateter dilakukan uretrografi (curiga trauma uretra)
14
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Pada kasus multi trauma, semua hal berikut merupakan indikasi dilakukan uretrografi, kecuali :
a. Meatal bleeding
b. Butterfly perineal hematoma
c. Syok hipovolemik dan hematuri
d. Scrotal hematoma
e. Distended bladder and inability to void
TREATMENT
Initial :
Suprapubic cystostomy dilakukan karena tidak bisa kencing, kontraindikasi
pemasangan kateter
Definitif :
Repair dikerjakan setelah 3-4bulan
Primary endoscopic re alignment (PER)
Immediate repair
Delayed surgical repair
Ini sebelumnya ada trauma didaerah membranacea, akibat adanya trauma dia mengalami striktur,
strikturnya dibuang, jaringan yang sehat disambung sehingga tidak terjadi penyempitan. Komplikasi
ruptur uretra adalah striktur uretra kemudian dilakukan voiding uretrografi (dimasukkan kontras
lewat uretra). Ketemu gapnya, gapnya dipotong. Setelah dipotong yang sehat disambung.
Setelah 4-6 minggu dilakukan uretrografi lagi, gapnya sudah hilang
COMPLICATION
15
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
Stricture Impotence Incontinence bisa terjadi karena traumanya atau karena tindakan
kita karena disana ada NVB (Nerv Vascular Bladder). Jika nerv terpotong akan mengalami
impoten. Jika penyembuhannya tidak bagus akan terjadi striktur. Inkontinen terjadi kalau
rupturnya di daerah membranacea, sprincter uretra interna
Abscess
Sepsis
Fasciitis
DIAGNOSIS :
Tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Jarang banget kecuali ada ruptur gak keliatan
terutama di daerah testis
Anamnesis, physical exam
Imaging
Ultrasonografi
MRI
Radiologic evidence of a hematocele, rupture of the tunica albuginea, or intratesticular hematoma
mandates surgical exploration
MANAGEMENT
Nonoperative jika tidak ditemukan adanya luka
Surgical jika ada nekrosis
Removal and drainage of the scrotal hematoma
Excision of necrotic tissue
Suture reapproximation of the tunica albuginea
16
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
PENILE
Yang paling sering adalah circumcision complication. Jadi yang belum mahir salah potong. Gland nya
yang diporong bukan preputiumnya
Apabila gland yang terpotong masih seger, langsung disimpan di es atau NaCl yang dingin kemudian
dirujuk masih bisa direimplantasi
17
LECTURE 24 – TRAUMA UROGENITAL
18